HATIKU menggalau tatkala membaca status keluhan seorang teman. Aduh! Bagaimana, ya? Di hatiku ada sebuncah rasa tak terima atas status FB-nya itu.
Dalam status panjangnya itu, dia mengeluhkan iklan-iklan yang mampir di beranda FB-nya. Dugaanku, mayoritas daftar pertemanan FB-nya adalah penjual online. Maka wajar jika berandanya kerap terpapar aneka macam promosi. Sudah menjadi risikonya 'kan?
Atau bisa jadi, dia banyak ditandai dalam iklan-iklan yang berseliweran itu. Nah. Kalau dalam kasus begini, aku juga kesal. Namun hingga sekarang, aku lebih memilih menghapus tanda daripada mengomel tiada tara.
Nama kita ditandai dalam promosi-promosi memang menjengkelkan. Aku memaklumi jika dia merasa sangat kesal. Namun yang kusesalkan, dia menyebut promosi sebagai informasi sampah. Kok tega, sih?
Sejauh promosi itu isinya dapat dipertanggungjawabkan, barang yang dijual sesuai dengan spesifikasi yang ditawarkan, tentu bukan informasi sampah sebutannya. Sependek pengetahuanku, informasi sampah itu informasi yang menyesatkan. Tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Jadi kalau ada teman yang mengiklankan jualannya, itu bukan menebarkan informasi sampah dong. Kalau menurut pendapatku begitu. Hmmm. Bagaimana, ya? Boleh-boleh saja merasa jengkel dengan promosi yang bertubi-tubi. Tapi mbokyao jangan menyebutnya sebagai informasi sampah.
Ealaaah, aku baper. Padahal, aku belum menjadi penjual online. Hehe ....
MORAL CERITA:
Tak ada salahnya jika sesekali kita bersabar dalam menghadapi status promosi yang bertubi-tubi; demi memberikan kesempatan kepada para penjual online untuk mengais rezeki.
ya mbak kadang-kadang saya juga ngerasa terganggu tapi karena mereka penjual kecil dan selama pesan promosinya nggk ngerusak moral kayanya nggk masalah hehe.
BalasHapussoalnya kadang-kadang nemu iklan yang saya ngerasa pesan itu bisa "ngerusak" orang yang ngeliatnya apalagi anak kecil.
Iya, benar. Sejauh iklannya masih lurus-lurus saja, masih aman, lebih baik kita biarkan saja :)
Hapuspesan moralnya bijak sekali beri kesempatan mengais rezeki
BalasHapushehehe .... Alhamdulillah kalau dianggap bijak. Tapi memang kita harus bgitu kan, Mas?
HapusMakasih ya, atas kunjungannya.