PADA tanggal 18 Juni 2017 lalu, Alhamdulillah aku berkesempatan jadi peserta acara #AYOngabuburitTRIPMangunan (penyelenggaranya Dinas Pariwisata DIY dan GenPi Jogja). Sesuai dengan judulnya, kala itu peserta memang ngabuburit dengan cara berjalan-jalan di seantero wilayah Mangunan. Di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul sana.
Ngabuburitnya pun lama. Sejak siang bolong. Benar-benar bolong sebab cuaca kala itu sungguh terik. Yup! Sebuah ngabuburit yang panjang memang. Biasanya ngabuburit 'kan dimulai bakda Ashar. Tapi #AYOngabuburitTRIPMangunan dimulai sebelum azan Zuhur.
Enggak capek dan haus? Tentu, dong. Kami 'kan manusia biasa. Namun, semangat dan rasa senang yang menjalar di hati mampu menetralisirnya. Alhasil, capek dan haus itu menjadi kurang terasa. Terasa capeknya ya pas pulangnya ....
Di tepi jalan, menunggu saatnya naik bus (busnya malah lupa enggak dipotret) |
Ada banyak cara yang dilakukan tatkala menunggu |
Alkisah perjalanan dimulai dari depan SLB Giwangan, yang merupakan meeting point kami. Sebuah bus pariwisata besar mengangkut kami. Siapa kami? Kami adalah rombongan yang terdiri atas para blogger, fotografer, dan videografer.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, tibalah kami di wilayah Mangunan. Sebelum parkir entah di mana, bus menurunkan kami di dekat Sendang Mangunan. Selanjutnya di kompleks Sendang Mangunan tersebut, kami menerima briefing dari mentor masing-masing.
Kami diturunkan di sini |
Walaupun tergabung dalam "judul" yang sama, sesampainya di sana kami tidaklah selalu bersama-sama. Rombongan dibagi menjadi 3 kelas. Yaitu (1) Kelas Desa Adat; (2) Kelas Sejarah; (3) Kelas Wanawisata. Sementara masing-masing kelas terdiri atas blogger, fotografer, dan videografer.
Terkhusus di Kelas Wanawisata yang kuikuti, di antara sesama penghuni kelas mesti bekerja sama. Saling berbagi tugas demi menghemat waktu. Para blogger menyimak hal-hal yang perlu ditulis; para fotografer dan videografer berburu foto.
Begitu tiba di satu lokasi, para fotografer duduk manis menyimak penjelasan narasumber. Sementara para fotografer dan videografer langsung menyebar ke seantero penjuru. Mencari spot-spot yang sekiranya manis bin cucok untuk diviralkan di dunia maya.
Penghuni Kelas Desa Adat sedang serius menyimak mentor (entah mengapa daku suka banget melihat foto ini) |
Sekeping adegan dari prosesi mitoni (ini materi yang mesti ditulis oleh penghuni Kelas Desa Adat) |
Kaum fotografer dan videografer sedang beraksi (mereka tengah memotret prosesi mitoni di Sendang Mangunan) |
O, ya. Mulanya daku agak sedih sebab terpisah dari sesama kompasianer Jogja. Pikirku tatkala itu, "Masak sih dari empat kompasianer, hanya aku yang dimasukkan Kelas Wanawisata? Tiga yang lainnya kok bisa sama-sama di Kelas Desa Adat?"
Hihi .... Sedikit baper pada mulanya. Namun, Alhamdulillah. Pada akhirnya aku merasakan kebahagiaan yang membuncah sebab dipisahkan dari mereka. Mengapa? Sebab dipisahkan dari mereka berarti aku mesti berkenalan dengan kawan-kawan yang 100 % baru. Masak mau diem-dieman sepanjang perjalanan? Dan, menambah kawan berarti menambah probabilitas datangnya rezeki. Iya 'kan?
Selain itu, hal yang bikin daku sangat senang ikut Kelas Wanawisata adalah keliling-kelilingnya yang jauh. Tahu sendiri 'kan? Wanawisata! Hutan untuk wisata. Sementara Mangunan memiliki banyak hutan dan bukit yang menjadi objek wisata.
Dan surprise .... Penghuni Kelas Wanawisata diangkut pakai jeep yang diimpor dari Tebing Breksi! O la la! Begitu tahu bahwa kami akan menaiki jeep terbuka itu, daku langsung bersorak dalam hati. Kalau bersorak beneran kok rasanya norak. Haha!
Maklum saja. Malam sebelumnya aku sempat membatin, "Kapan ya aku bisa naik jeep kayak gitu?" (Tatkala itu aku sedang menonton tayangan di IG salah seorang kompasianer Jogja. Di tayangan itu dia beserta anggota Trip Breksi sedang melaju di atas jeep yang ku-mupeng-i). Maka ini serupa dengan impian yang jadi nyata bagiku. Hehehe ....
Maklum saja. Malam sebelumnya aku sempat membatin, "Kapan ya aku bisa naik jeep kayak gitu?" (Tatkala itu aku sedang menonton tayangan di IG salah seorang kompasianer Jogja. Di tayangan itu dia beserta anggota Trip Breksi sedang melaju di atas jeep yang ku-mupeng-i). Maka ini serupa dengan impian yang jadi nyata bagiku. Hehehe ....
Para penghuni Kelas Wanawisata bersiap mengelilingi hutan-hutan pinus dengan jeep yang diimpor dari Tebing Breksi (diriku naik jeep yang moncongnya berwarna oranye ini) |
Alhasil sejak siang hingga tiba waktu berbuka, seseruanlah aku bersama sesama penghuni Kelas Wanawisata. Tentu dengan ditemani oleh jeep dan hutan pinus. Jeep itulah yang mengantar perpindahan kami dari satu hutan ke hutan yang lainnya. Melintasi jalan dan pedusunan yang asri.
Aih! Sebab dahulu aku KKN di wilayah Dlingo dan lumayan sering main ke Mangunan, perjalanan ini pun seperti napak tilas. Meskipun napak tilasnya enggak jelas-jelas amat. Setidaknya aku masih bisa mengingat beberapa tempat dan peristiwa saat KKN dulu. Ehem, ehem.
Malam telah menggulita saat kami tiba di homestay ini untuk makan malam a.k.a. bukber tahap kedua (entah mengapa, aku juga suka banget melihat foto ini) |
Baiklah. Kiranya sekian dulu kisahku tentang #AYOngabuburitTRIPMangunan. Tapi ingat. Ini baru PROLOG-nya, lho. Belum kisah yang sesungguhnya. Jadi, tunggu saja postingan berikutnya yang tentu bakalan kubuat lebih ciamik. Tapi bukan berarti yang ini kurang ciamik lho, ya.
MORAL CERITA:
Selalu ada kisah di balik layar. Contohnya postingan ini. "Sekadar" kisah di balik kisah yang sesungguhnya saja sudah bisa dituliskan sepanjang ini.
.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!