Kamis, 15 Juni 2017

Dari Bubur Saren hingga Jadah Manten

Penampakan bubur saren dan jadah manten
JUJUR saja, baru tahun ini aku merasakan sensasi kelegitan bubur saren (ada pula yang menyebutnya jenang saren). Ya. Meskipun telah beberapa kali mengunjungi Pasar Tiban Ramadan di Kauman, Jogja, baru kemarin itulah aku sukses kebagian dua bungkus bubur saren. Pada kesempatan kunjungan-kunjungan yang sebelumnya, selalu kehabisan. Maklum saja. Aku datang kesorean. 

Nama yang seram

Mungkin Anda bertanya-tanya. Bubur saren? Apakah itu halal? Insya Allah halalan thoyyiban, dong. Dijualnya saja di tempat yang legendaris. Yakni di Pasar Tiban Ramadan, Kauman. Sebuah kampung yang kental nuansa Islamnya.  

Aih! Janganlah terjebak pada nama seramnya "bubur saren". Saren memang berarti darah hewan yang dibekukan. Tapi percayalah kepadaku. Bubur saren sama sekali tak mengandung darah hewan apa pun. Bubur saren adalah bubur tradisional yang umum dijumpai di wilayah Solo dan Jogja. 

Kok bisa berpenampilan selegam itu? Apa komposisinya? 

Komposisi bubur saren adalah tepung beras ketan, gula jawa, dan bubuk merang (batang padi yang dibakar). Bubuk merang inilah yang menjadikannya hitam legam. O, ya. Di atas bubur tentu disiramkan santan kental nan gurih.

Bagaimana rasanya?

Alhamdulillah rasanya manis, semanis diriku. Manis dalam takaran pas. Tidak berlebihan, tidak berkekurangan. Lalu, di lidahku terasa ada sensasi pedas tipis-tipis. Entahlah. Itu mungkin berasal dari bubuk merangnya.

Sudahlah. Yang jelas bubur saren itu nikmat. Bikin bahagia bilamana dijadikan sebagai takjil. Apalagi sebungkus bubur saren hanya seharga Rp2.000,00. Bungkusnya bikin tambah nikmat juga, lho. Pakai daun pisang.

Jadah Manten, Serabi Pisang Bakar

Selain membeli bubur saren, kemarin aku membeli jadah manten. Anda pasti sudah familiar dengan jadah mantan. Penampilannya 'kan khas. Pakai sapit. 

Bagaimana rasanya? Oh, rasa jadah manten itu mirip lemper dan semar mendem. Ketiga kue tradisional itu sama-sama dibuat dari beras ketan. Sama-sama diberi isian daging ayam atau daging sapi cincang. Perbedaannya--menurutku--terletak pada "dandanan" akhirnya.

Selain jadah manten, aku pun membeli serabi pisang bakar. Eh? Seingatku penjualnya mengatakan begitu. Entahlah kalau aku agak sedikit salah dengar. Haha! 

Sesuai dengan namanya, jajanan yang satu ini mengandung pisang. Komposisinya buah pisang dan tepung beras. Kukira ada santannya juga. Lalu, dibikin serabi (dicetak pakai cetakan serabi). Jadi bentuknya ya mirip dengan serabi. Namun rasanya, dominan pisang. Cara makannya tanpa kuah. Berbeda dengan cara makan serabi biasa 'kan?
 

Jadah manten dan serabi pisang bakar
Sudah, ya. Kali ini kuulas tiga jajanan saja. Insya Allah akan ada ulasan untuk jajanan tradisional yang lainnya. Kalau sudah kutemukan lagi kuliner zadoel lainnya.

MORAL CERITA:
Makanan adalah bagian dari kebudayaan. Fitrahnya bisa memudar seiring kemajuan zaman. Alangkah mulia para penjual bubur saren dan jajanan zadoel lainnya itu. Mereka termasuk pelestari budaya!

10 komentar:

  1. Baru tahu kalau saren itu darah hewan yang dibelikan. Kalau di Kediri sebutannya "dideh" 😀... Kayaknya gurih yaa..karena santannya. Belum pernah sih aku makan tiga-tiganya:D. Oh ya, setujuuu penjual jajanan lawas macam ini tergolong pelestari budaya. Trims ulasannya Mbak 👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Mbak. O, ya. Kalau di kampung asalku sana (Pati), sebutannya dideh juga. Yip, bubur saren itu gurih-gurih pedas.

      Hapus
  2. Wah, jadi penasaran sama Bubur Saren sama Jadah Manten ini. Iya, namanya kok berasa horor ya. Walopun gak tahu artinya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe...bubur saren itu bisa disalahpahami sebagai bubur yang dibuat dari darah binatang yang dibekukan, Mbak.Kalau jadah manten enggak ada hubungannya sama sekali dengan haram jadah, kok. Hehehe ...

      Makasih atas kunjungannya, ya.

      Hapus
  3. emm, masuk daftar makanan target operasi perut, kalau jalan-jalan lagi keyogya ni :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe .... bisa, bisa, itu makanan khusus lho, tradisional

      Hapus
  4. Bikin dhek-dhek syar gitu kalau teringat jadah manten... Hehehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. halahhhhh ojok baperrrr, iki makanan lhooo....kudune laper, bukan baperre

      Hapus
  5. Ya ampuuun.. itu tiga makanan kayanya enak buangeeet. Seleraku! Eh, aku berselera dengan semua jenis makanan sih (yg halal) 😁
    Aku tahunya ya dideh yang darah dibekukan itu. Saren itu kan tidur 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ideeeem... Aku juga berselera pada semua jenis makanan enak dan halal hihihi

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!