Selasa, 13 Juni 2017

Pengembara Pencari (Entah) Berkah

DULU, dulu sekali, aku kerap kali mengidentifikasi diri sebagai seorang pengembara. Mengapa? Sebab kala itu aku merasa tak punya tempat permanen untuk tinggal. Memang sih, aku punya kamar kos. Kamar kos itu pun tak pernah telat kubayar uang sewanya. Namun (entah mengapa), aku merasa tak sepenuh jiwa menetap di situ. 

Pindah kos bukanlah solusi dari rasa tak sepenuh jiwa tersebut. Hei! Jangan lupa. Ini persoalan rasa. Rasa tak menetap sepenuh jiwa. Bukan  persoalan fisik yang benar-benar tak punya tempat persinggahan permanen. Masak sih, bapakku tega membiarkan putrinya yang mahasiswa perantauan enggak punya tempat kos?

Jadi? Ini soal rasa, Bung. Mau pindah ke mana pun perasaan jadi pengembara itu selalu menghantui. Huft. Alangkah beratnya menanggung rasa ini! Yoi. Menjadi seorang pengembara itu tak ringan. Beraaat, Kak. Mesti tahan banting tahan angin.  Dan aku benci, mengapa aku terbebani rasa ini? #halah1000x

Baiklah. Kuakui bahwa semua ini bersumber dari hati. Hatiku sendiri. Sebuah hati yang sangat tak jelas klasifikasinya. Entah termasuk hati yang sepi ataukah hati yang kelewat ramai. Hmmm. Entahlah. Mungkin hatiku ini sejenis hati yang tak betah untuk tak bergerak. Mencoba diam di sini, ada yang terasa kurang. Mencoba diam di sana, masih pula ada yang terasa tak komplet.

Pendek kata, aku kurang suka kemapanan dan kemenetapan. Aku selalu merasa "bukan di sini tempatku, melainkan di sana". Padahal, "di sana"-nya tak kunjung ketemu. Maka voila! Jadilah aku (merasa sebagai) pengembara selamanya.  Apa boleh buat? Apalagi sekarang. Setelah kembali tak terikat, rasa menjadi pengembara abadi kembali menjalari hati ini. 

Ya sudah. Nikmati saja, jalani saja. Meskipun sesungguhnya, aku ingin sekali menjadi orang biasa saja. Menjalani hidup dengan sederhana sebagaimana orang kebanyakan. Namun, rupanya aku terlahir untuk menjadi pengembara yang selalu mencari entah berkah. Hmm. Sekali lagi, ya sudah. Ayo mengembara lagi.


Sang Pengembara Pencari Entah Berkah

MORAL CERITA:
Menjadi pengembara itu mesti tangguh lahir dan batin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!