SUDAH masuk minggu yang baru. Hari Senin pun tiba lagi. Seperti
biasa, dari Senin sampai Jumat aku mesti berkutat dengan perencanaan
bekal makan siang. Tentu perencanaan sekaligus eksekusi penyediaannya, dong.
Maklum
saja. Enggak peduli statusmu apa, entah guru-siswa-orang tua siswa,
asalkan terkait dengan program 5 hari sekolah, ya akan bersinggungan
dengan bekal makan siang untuk sekolah. Apa pun jenjang sekolahnya. Mulai SD sampai SMA.
Kalau
pihak sekolah menyediakan makan siang sih, tak perlu repot-repot.
Kita tinggal bayar dan menikmati apa pun yang nanti akan disediakan. Perkara suka atau tidak
suka dengan menu yang disediakan, itu soal lain. Yang jelas kalau ada katering dari sekolah, berarti lebih praktis.
Sebaliknya, jika pihak sekolah tidak menyediakan katering untuk makan siang, mesti berkreasilah pihak orang tua siswa. Eh? Bukan hanya orang tua siswa, dong. Para guru yang mengajar juga. Masak para siswa makan siang, sedangkan para gurunya tidak?
*Yang paling sibuk pastilah ibu guru yang anaknya bersekolah di sekolah yang menerapkan FDS tanpa kateringan makan siang dari sekolah*
Penyediaan bekal makan siang tampaknya sepele. Tapi sungguh tak sesepele yang kita kira. Tak bisa asal bawa makanan untuk bekal. Kecukupan nilai nutrisinya mesti diperhitungkan juga. Terlebih untuk bekal makan siang anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Jujur saja, aku merasa kesulitan manakala mesti merencanakan komposisi nutrisi bekal makan siang. Tapi ada sebuah buku yang menginspirasiku dalam hal ini. Jadi, aku lumayan terkendali dalam menyediakan bekal makan siang.
Hmmm. Sebenarnya sih, buku tersebut bukan buku khusus tentang makanan ataupun tentang gizi-nutrisi. Tapi lumayan bisa dijadikan pedoman. *Silakan baca di Bekal Makan Siang Totto Chan ini bila ingin tahu lebih jauh*
Namun yang namanya manusia itu tempatnya salah, dosa, dan kemalasan. Tak terkecuali kemalasan dalam menyediakan bekal makan siang. Hehehe ...
Atau, begini. Berniat kreatif penuh semangat untuk menyediakan bekal makan siang yang ideal (seperti dalam Totto Chan), tapi bodi sedang kurang sehat. Padahal, bekal makan siang mau tak mau wajib disiapkan.
Kalau di rumah ada pihak lain yang bisa dimintai tolong, tentu tak jadi soal. Tidak pula bakalan menjadi lembar jawaban. *halah* Tapi kalau tak enak bodi itu menimpaku, bakalan jadi kasus (baca: masalah). Mau minta tolong siapa?
Alhasil, aku menempuh cara preventif. Yakni menyimpan makanan beku. Iya sih, kurang sehat. Tapi untuk situasi-situasi kepepet tentu makanan beku jadi solusi penyelamat. Lagi pula, makanan bekunya jangan salah pilih. Pilih yang bahannya bagus, dong. Yang halal dan sehat. Seperti makanan beku andalanku, yang sedang kupanggang ini.
Udang tempura, sayap ayam, samosa, dan martabak (berbeda-beda jenis tapi satu KRAUKK) bertemu dalam teflon |
Penampakan udang tempura dan samosa yang masih terkemas utuh |
Terus,
nanti tinggal ditambahi dengan buah potong. Minumnya bawa sebotol air
putih saja. Jangan teh ataupun minuman manis lainnya. Jadi, tidak
ngaco-ngaco amat bekal makan siang kita meskipun sedang kepepet.
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!