Selasa, 15 Agustus 2017

Digitalisasi Pemasaran Industri Lifestyle

Jajaran orang penting di Kabupaten Sleman bersama Pak Erik Nainggolan

JUDUL postingan ini sengaja meminjam judul acara yang telah kuikuti pada tanggal 10 Agustus lalu. Mengapa mesti meminjam? Sebab aku tidak kunjung menemukan ide tepat untuk menjuduli postingan ini. Haha!

Jadi, ceritanya begini. Kami para blogger Jogja mendapatkan kesempatan untuk menghadiri sebuah undangan dari Dinas Pariwisata Sleman. Acara yang kami hadiri itu bertempat di Ground Floor Jogja City Mall, pada suatu siang yang cetar. 

Namun Alhamdulillah, kecetaran hanya ada di luar ruangan. Yang di dalam mal adem-adem saja, dong. Yup! Tetap adem meskipun ada satu hal yang mengganjal di hatiku (entah kalau di hati para blogger yang lainnya). 

Hal apakah? Yakni kemoloran dimulainya acara. Tak tanggung-tanggung. Kemolorannya sampai satu jam, lho. Luar biasa sekali 'kan? Tercantum di undangan bahwa acara akan berlangsung dari pukul 13.00 WIB-16.00 WIB. Eh, ternyata acara dimulai secara molor. 

Dan ajaibnya, diakhiri jauh lebih cepat. Bayangkan saja! Dari yang semula dijadwalkan berakhir pada pukul 16.00 WIB, faktanya sudah tamat sebelum azan Ashar berkumandang. Ya, sudah. Kuambil hikmahnya saja. Berarti aku bisa segera pulang. 

Digitalisasi Pemasaran Industri Lifestyle 

Pengisi acara adalah Pak Erik Nainggolan. Beliau dari SOULFY. Hmm. Tak usah bertanya-tanya tentangnya, ya. Lebih baik langsung main-main ke alamatnya saja. Aku 'kan tidak sedang meng-endorse. Haha!

Apa yang disampaikan Pak Erik? Oh, sangat banyak. Namun sayang sekali, menurutku tak ada pembahasan khusus (yang spesifik) terkait industri lifestyle. Beliau malah lebih banyak bercerita tentang SOULFY. 

Mohon jangan salah paham. Bukan berarti acaranya jelek lho, ya. Hanya saja, jadi kurang sesuai dengan judul. 

Bagaimanapun tetap ada manfaat yang dapat kuambil dari acara tersebut. Ya, aku jadi tahu bahwa yang dimaksud dengan digitalisasi pemasaran itu tidak sekadar berjualan dengan laptop dan pakai internet. Tapi juga melibatkan mental dan cara pandang.

Maka selain para produsen-penjual diajari cara berjualan online, mereka mestinya dididik juga supaya bermental digitalize. Salah satunya diberi pemahaman tentang HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Dengan demikian, mereka tidak bakalan sembarangan mencomot foto orang untuk mempromosikan jualan mereka. 

Menurutku, bagian yang ini noted banget. Mengapa? Sebab kita acap kali lalai untuk mengedukasi soal HAKI. 'Ntar kalau sudah kejadian dilaporkan, lalu didenda, dan akhirnya usaha bangkrut, baru deh menyesal tiada guna.

Pak Erik Nainggolan in action


Ronan Keating KW Kuadrat

Saat acara usai, seseorang berperawakan tinggi langsing naik panggung. Bawa gitar dia. O la la! Rupanya dia hendak menyanyi. Begitu mulai menyanyi, suaranya ternyata cetar juga. Wah, wah. Tak kalah dengan kecetaran sang surya siang tadi. Alhamdulillah aku hadir ke acara ini. Jadi, bisa ikut melihat si Ronan Keating KW Kuadrat. 

O, ya. Pada hari itu aku pun menorehkan sejarah dalam hidupku. Hihi .... Itu, lho. Bahwa kala itu merupakan pertama kalinya aku menginjakkan kaki di JCM. Kudet 'kan?

Nah. Ini ceritaku hari ini. Mana ceritamu, Kawan?
 
When you say nothing at all ...




#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia



2 komentar:

  1. gagal fokus ke Ronan Keating aku Mbak..kwkwkw..Btw,jadi mo komen apa..Oh ya HAKI, hargai hak cipta , noted:)

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!