MOMEN Agustusan memang selalu semarak. Meriah sejak awal hingga akhir bulan. Meskipun puncak pesta adalah 17 Agustus, saat republik ini lahir (diproklamasikan), kesemarakan baru benar-benar habis ketika September menjelang.
Di mana-mana aromanya adalah aroma kegembiraan. Kebahagiaan. Keceriaan. Pendek kata, di mana-mana yang terjumpai adalah sukacita. Selain itu, di kampung-kampung penuh dengan agenda lomba aneka rupa. Penuh panggung Agustusan (baik yang menampilkan hal-hal melenceng maupun tidak).
Silakan baca juga tulisan lain di blog ini, Panggung Agustusan atau , jika ingin tahu hal-hal melenceng itu.
Alhamdulillah. Semoga kesemarakan itu merupakan indikasi dari sesuatu yang bagus. Yakni indikasi dari masih tebalnya jiwa patriotisme di kalangan kita. Masyarakat luas. Rakyat jelata pada umumnya. Tanpa kecuali. Tanpa batasan.
Iya. Semoga kesemarakan itu tak sekadar dimaknai sebagai ajang untuk hura-hura hahahihi belaka. Boleh saja sih, tertawa-tawa gembira melepas stres dalam lomba-lomba Agustusan. Tapi sebaiknya, jangan sampai semangat nasionalismenya lenyap tak berbekas. Hanya gara-gara hal sepele.
Misalnya malah saling bentrok dengan tetangga, hanya gara-gara kalah lomba. OMG! Kalau pertikaian serupa itu terjadi, alangkah tidak bermutunya kita. Memalukan. Lha wong bikin acara demi memeriahkan HUT RI kok malah saling bentrok.
Bukankah lebih baik kalau kita happy-happy saja. Jalan sehat bersama orang sekampung. Sembari berjalan kaki, sembari saling bersilaturahmi. Siapa tahu jodoh? Dan nanti, kalau beruntung, bisa mendapatkan doorprize. Hehehehe ....
Selain jalan sehat tentu bisa pula ngumpul-ngumpul, menunjukkan rasa cinta kepada tanah air, dengan cara lain. Misalnya yang dilakukan oleh anak-anak di kampung lamaku ini. Mereka menunjukkan cinta kepada tanah air melalui karnaval sepeda hias.
Misalnya malah saling bentrok dengan tetangga, hanya gara-gara kalah lomba. OMG! Kalau pertikaian serupa itu terjadi, alangkah tidak bermutunya kita. Memalukan. Lha wong bikin acara demi memeriahkan HUT RI kok malah saling bentrok.
Bukankah lebih baik kalau kita happy-happy saja. Jalan sehat bersama orang sekampung. Sembari berjalan kaki, sembari saling bersilaturahmi. Siapa tahu jodoh? Dan nanti, kalau beruntung, bisa mendapatkan doorprize. Hehehehe ....
Selain jalan sehat tentu bisa pula ngumpul-ngumpul, menunjukkan rasa cinta kepada tanah air, dengan cara lain. Misalnya yang dilakukan oleh anak-anak di kampung lamaku ini. Mereka menunjukkan cinta kepada tanah air melalui karnaval sepeda hias.
Siap berangkaaat! |
Dalang cilik siap berpartisipasi. Haha! |
Ada yang mampu memboncengkan adiknya, ada pula yang mesti didorong ibunya .... |
Bagaimanapun orang tua tetap harus mengawal mereka .... |
Iya. Katakanlah
bahwa momen Agustusan adalah momen pesta tahunan. Bagi rakyat. Bagi seluruh kalangan. Termasuk kalangan anak-anak ingusan. Demi memeriahkan HUT
Republik Indonesia tercinta. Bukan republik yang lain.
Alhamdulillah. Aku secara pribadi juga amat bersyukur melihat kesemarakan Agustus. Bukan sebab tanggal dan bulan kelahiranku berdekatan dengannya, lho. Sama sekali bukan karena itu, melainkan sebab punya optimisme bahwa Indonesia masih (diinginkan) eksistensinya oleh rakyat.
Alhamdulillah. Aku secara pribadi juga amat bersyukur melihat kesemarakan Agustus. Bukan sebab tanggal dan bulan kelahiranku berdekatan dengannya, lho. Sama sekali bukan karena itu, melainkan sebab punya optimisme bahwa Indonesia masih (diinginkan) eksistensinya oleh rakyat.
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia
Sepedanya jadi lucu gitu ya, dihiasi jadi warna-warni gitu.
BalasHapusMbak dapat gak doorprize nya? Hehehe
dapeett, tapi tetap berupa mie instant dan mangkuk
Hapus