Rabu, 30 Agustus 2017

Yang Tertambat di Titik Nol Jogja

Titik nol Jogja pada suatu senja. Syahdu!

YUHUUU. Ada yang tertambat di titik nol Jogja. Apakah itu? Tentu bukan sapi atau kambing. Sangat tidak masuk akal kalau ada sapi dan kambing ditambatkan di situ. Kecuali sapi dan kambingnya adalah dari jenis KW. Yang palsu alias tiruannya alias patungnya.

Lalu, apa yang tertambat di situ? Sudah pasti aneka rasa rindu. Rindu? Iya, rindu. Hanya rindu? Iya, hanya rindu. Sebab--kata Penyair Joko Pinurbo--Jogja itu terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan.

Bagaimana kalau kenyataannya, ada individu yang justru menambatkan sendu di titik nol Jogja itu? Sebab pada waktu lalu, misalnya, dia kecopetan di situ? Ah! Kecopetannya 'kan sudah pada waktu lalu. Jadi pada masa sekarang, tinggal mengenangnya saja. Dan, itu pun bisa dengan tertawa-tawa.

Sungguh, kesedihan bisa menjadi lelucon bila telah berlalu ....

Jogja Lagi, Jogja Lagi

Mengapa aku kembali menulis tentang Jogja? Sebab Jogja selalu punya kabar baik dan menarik. Bukan berarti tak punya kabar buruk. Hanya saja, kalau yang baik dan menarik lebih layak untuk dikabarkan, mengapa mesti memberitakan yang buruk?

Namanya juga hidup. Pastilah ada sisi baik dan sisi buruknya. Sama halnya dengan Jogja 'kan? Punya sisi baik, juga punya sisi buruk. Itulah sebabnya aku pernah menuangkan kesanku mengenai Jogja pada Jogja Itu Candu yang Kontradiktif.

Memang kontradiktif, sih. Rinduku selalu tebal pada Jogja. Padahal, luka dan bisa yang pernah kuterima dari Jogja tak dapat dianggap sedikit. Padahal pula, ada banyak hal yang tak kusetujui di Jogja ini.

Nah, lho! Bukankah itu memang serupa candu yang kontradiktif?
 

Salah Satu Spot Favorit

Sejauh pengamatanku, wilayah titik nol Jogja adalah salah satu spot favorit bagi pelancong yang sedang berlibur di Jogja. Apalagi lokasinya amat strategis. Dekat dari mana-mana. Termasuk dekat dari rumahku. Haha! 


Tak bermaksud berwisata, hanya numpang lewat di sini pun sudah terasa syahdu. Seriusan!

Apa pun kostum yang Anda pakai, sah-sah saja hukumnya bila berada di seputaran titik nol. Enggak percaya? Cobalah!

Maksudnya begini, lho. Titik nol Jogja berdekatan dengan beberapa destinasi wisata utama di Jogja. Di antaranya keraton, Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Museum Sonobudoyo, alun-alun (utara-selatan) Malioboro, Pasar Beringharjo, Taman Pintar, Museum Benteng Vredeburg, tugu, Pemandian Tamansari, dan Plaza Ngasem. 


Anda pun bebas menuntun sepeda onthel di sini. Sebenarnya kalau mau menuntun helikopter juga boleh. Hanya saja, pasti rempong bin songong kelihatannya ....

Karena dekat dari mana-mana itulah, titik nol kerap kujadikan sebagai tempat janjian. Haha! Tempat janjian, tempat menarsiskan diri dengan kamera (walaupun sekadar kamera HP), tempat menunggu TJ (di dekat situ ada haltenya), tempat menunggunya lewat .... Pokoknya tempat menunggu yang syahdu. 

Demikianlah cerita ringanku, juga singkatku, mengenai titik nol Jogja. Kalau sendu dan rinduku tertambat di situ, apakah demikian halnya dengan rindunya? Rindumu?

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia





12 komentar:

  1. Jogja memang selalu dirindukan...saya jugaaa..
    Setiap pulkam lebaran kadang belok dulu ke Jogja, sudah kesana-sini kok ya nggak bosen juga..karena selalu ada yang baru dan istimewa.
    Cerita yang banyak tentang Jogja ya Mbak:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah aku akan lebih banyak lagi menulis tentang Jogja

      Hapus
  2. Halo Mbak. aku juga cinta sama yk. Kemarin juga barusan 3 hari di Yk. Tahu gitu i call u ya mbak. heheheh

    Maaf baru bisa mampir. salam kenal dariku, kufollow blognya ya, folbek ya, hehehe, makasih

    BalasHapus
  3. Kalau Aku belum pernah kejogja sih.

    Baca tulisan ini, jadi kepingin ke jogja, mudahan ak bisa ke jogja,
    Mau lihat titik nollnya jogja. Hehe :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayolah ke sini Mas Septian, minimal 3 hari, lumayan cukup untuk menikmati destinasi2 di seputaran titik nol

      Hapus
  4. Jogja oh jogja, dibuat dari setetes rindu. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wuahahaha .....setetes demi setetes, lama-lama jadi lautan, lautan rindu

      Hapus
  5. Seumur hidup saya baru sekali tok ke Jogja, ntah kapan bisa main-main kesana lagi.

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!