TUNTAS sudah sekaten tahun ini. Puncaknya pada tanggal 1 Desember 2017, yaitu saat Grebeg Maulud dilakukan. Adapun Grebeg Maulud tersebut ditandai dengan keluarnya gunungan. Yang mana gunungan tersebut kemudian diperebutkan oleh ngalap berkahers (orang-orang yang ngalap berkah, para pemburu berkah dari Sultan Yogya).
Kebetulan aku berkesempatan melihat langsung prosesi Grebeg Maulud tahun ini. Alhamdulillah. Setelah sekian banyak tahun tinggal di Jogja, baru kali inilah diriku hadir di lokasi. Biasanya sekadar melihat dari televisi. Tapi sayang sekali, posisiku sangat jauh dari gunungan sehingga tak bisa memotretnya.
Mendung, lampu ala Jogja, dan mereka yang bersiap |
Tombak panjang yang mengarah ke langit |
Ternyata sungguh berbeda rasanya antara melihat dari televisi dengan melihat langsung di lokasi. Hmm. Spirit para ngalap berkahers terasa
demikian menggugah hatiku. Tua-muda, pria-wanita, yang dandan
bersahaja-yang dandan kekinian, semua larut dalam satu spirit. Yakni spirit untuk menangkap berkah dari sultan (keraton).
Wah! Gila-gilaan memang. Para ngalap berkahers itu sungguh militan. Mereka datang berkelompok-kelompok. Bekerja sama mengatur strategi untuk bisa mengambil sebanyak-banyaknya konten gunungan. Bahkan, tak segan-segan mereka saling bertengkar hebat hanya demi memperebutkan seutas tali rafia. Iya. Tali rafia yang tadinya untuk mengikat gunungan ....
O, ya. Tulisanku lebih detil mengenai rebutan konten gunungan dapat dibaca di Terjebak dalam "Ngalap Berkah", Grebeg Mulud Taun Dal.
Mengantuk, semalam kurang tidur demi ngalap berkah ini |
Ibu-ibu dari Magelang; bersiap rebutan gunungan |
Semula kukira, para ngalap berkahers hanya berasal dari kawasan DIY. Baik dari wilayah kota Jogja sendiri, Kulon Progo, Sleman, Bantul, maupun Gunung Kidul. Eh, ternyata tidak. Beberapa yang kutemui dan kutanyai mengaku kalau mereka datang dari Temanggung, Magelang, dan Klaten.
Berhubung prosesi grebeg dilakukan pagi hari, sejak malam sebelumnya mereka sudah menginap di Jogja. Jangan berpikir bahwa mereka menginap di penginapan. Lalu, di mana? Di pelataran Masjid Gedhe Kauman, dong. Lokasi tersebut menjadi pilihan tempat menginap sebab di situlah prosesi grebeg akan berlangsung pada keesokan harinya. Jadi, mereka tak bakalan telat hadir.
Nah, lho. Bukankah itu sangat sesuatu? Usia mereka sebenarnya banyak yang tak bisa dibilang muda. Tapi mereka berani mengambil risiko masuk angin dengan tidur di tempat terbuka. Padahal, hari-hari ini udara sangat dingin. Sering kali pula diselingi hujan yang menderas tiba-tiba.
Sabar menanti saatnya gunungan boleh direbut |
Bapak ini kecapekan berdiri |
Apa hendak dikata? Jika orang sudah memiliki cita-cita kuat, pastilah segala daya upaya akan dilakukannya untuk mencapai cita-cita tersebut. Seperti halnya para ngalap berkahers. Mungkin bagi kita yang tak percaya pada berkah dari gunungan, perbuatan mereka terasa konyol. Tapi sudahlah. Tak usah kita menghakimi mereka dengan nilai yang kita yakini. Bukankah hanya Allah SWT saja yang berhak menghakimi kita?
MORAL CERITA:
Sebuah keyakinan kuat memang berpotensi membuat kita bersikap sangat militan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!