Nurani tak pernah berdusta. Yang suka berdusta itu 'kan bibir kita.
Contohlah langit senja yang setia datang walaupun tiap kali datang tak selalu berwarna jingga merona |
USAI sholat Magrib, ketika hendak melangkah ke teras mushola, aku mendadak kaget campur takut. Mengapa begitu? Ada apa? Hmmm ... sebab aku dicegat oleh salah seorang
jamaah di dekat pintu masuk mushola.
Kalau yang mencegatku warga biasa sih, mungkin aku tak sedegdegan itu. Masalahnya ini lain. Yang mencegatku bukanlah warga biasa. Beliau adalah salah satu ibu
sesepuh RW.
Duh, duh, duh! Rasanya tingkat degdeganku persis sama dengan saat bertemu dengannya
tempo hari. Iya. Dia yang berdomisili nun jauh di sana itu .... *halah*
"Sini, Mbak!"
Aku pun mendekat pasrah.
Tentu sembari menyiapkan mental dan jawaban yang sekiranya paling tepat. Aku amat
yakin akan ditegur perihal kemangkiranku dari dua kali kerja bakti dan
dua kali pengajian. *naaah 'kaaan, orang punya salah memang selalu takut kekgitu*
Tapi ternyata ...
"Bisa minta tolong mbatalin orderan go car enggak? Dari tadi ibu ditelepon
terus oleh sopir go car. Disuruh segera membatalkan orderan. Perasaan sudah aku batalkan, tapi kok ternyata belum. Ini bahasa Inggris semua
perintahnya. Ibu bingung."
Huft. Alhamdulillah, Alhamdulillah. Aku pun
bersyukur untuk dua hal. Pertama, sebab kemangkiranku dari kerja bakti tak disoal. Kedua,
sebab ndilalah aku mahir soal go ride go car. Haha!
MORAL CERITA:
Jadilah orang yang jujur dan selalu taat aturan RW supaya hidup kalian tenang-tentram-damai-tanpa risiko degdegan. Hehehe ....
Wkwkwkwk, tiwasan aku serius leh moco. Ngakak gak karuan pas endingnya. Tapi bener juga, aku suka mangkir dari tugas PKK RW, jadinya su deg-degan kalau ketemu bu RW, wkwkwkwk
BalasHapusnahh kannn, betuul kaaannn hahahaha
Hapus