BEBERAPA hari belakangan ini Alhamdulillah aku dikaruniai sederet kesibukan oleh-Nya. Bahkan secara fisik, pergerakanku nyaris seperti bus AKAP 😄😄😄. Mubeng munyer menapaki jalanan antarkota-antarprovinsi.
Bikin capek bin lelah, itu pasti. Bikin kurang tidur, itu juga pasti. Bikin waktu untuk membaca dan menulis berkurang, itu pun pasti. Tapi syukurlah, aku menjadi bahagia karenanya.
Oh, lihatlah. Bahagia itu tak melulu berarti senang-senang dengan cara berleha-leha 'kan? Tidak pula selalu dalam kondisi on the track, tanpa pernah ada masalah sedikit pun.
Yup! Yang benar itu, bahagia adalah tentang penerimaan. Perihal keikhlasan dalam mensyukuri apa pun yang kita miliki. Jadi sesungguhnya, siapa pun bisa meraih kebahagiaan asalkan mampu bersyukur. Dalam kondisi yang bagaimanapun.
Yang kaya raya bisa bahagia. Demikian pula yang pas-pasan. Yang cakepnya kebangetan bisa bahagia. Begitu pula yang cakepnya pas-pasan.
Makin berlimpah rasa syukur kita, bakalan kian membuncah kebahagiaan kita. Makin besar volume syukur kita, bakalan kian besar kebahagiaan yang bisa kita cecap. Hambok tenin. Itu yang kurasakan sejauh ini. Bukan sekadar teori dan rumusan.
Huft! Seriyes syekalee ya postinganku kali ini? 😄😄😄 Tapi percayalah. Postinganku ini insya Allah bermanfaat dunia akhirat, kok. Tentu sejauh kalian berkenan meresapinya.
Sudahlah. Selamat memahami dan meresapi postinganku ini. Sementara aku, hmmm .... Izinkan aku untuk menyeruput kopi dahulu. Haha!
MORAL CERITA:
Bahagia itu dapat kita kondisikan. Percayalah.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!