Berani jujur menyatakan diri sebagai pohon pisang di tengah kepungan pohon salak .... |
SUATU malam dan ndilalah mataku bersirobok dengan status WA seorang kawan. Pendek saja statusnya itu. Berupa sebuah lingkaran merah dengan tulisan "BERANI JUJUR, HEBAT" di tengahnya.
Dan, kawanku memberikan sedikit caption dalam bahasa Jawa. Yakni "Opo isih usum?" Yang artinya, "Apa masih ada? Apa masih menjadi tren?"
Sebab tergelitik, aku spontan berkomentar meskipun cuma berupa tiga emoticon tertawa hingga miring-miring. Eh! Rupanya dia langsung menanggapi dengan sebuah kalimat tanya.
Yang ndilalah masih dalam bahasa Jawa. "Langka ya kethoke?" Yang artinya "Sepertinya sudah langka 'kan yaaa?"
"Jelas makin langka," sahutku cepat. Lalu bla-bla-bla, kami pun terlibat obrolan serius via WA. Tentu mengenai hal-hal yang terkait dengan slogan "BERANI JUJUR, HEBAT" tersebut.
Alhasil setelah sekian waktu, obrolan maya itu pun kami akhiri dengan sebuah kesimpulan. Apa kesimpulannya? Yakni perlunya menanamkan keberanian bersikap jujur sejak dini. Sejak anak-anak.
Cara penanamannya bermacam-macam. Antara lain melalui:
(1) Pembiasaan agar anak selalu tampil (menjalani hidup) apa adanya. Tak terbiasa menutupi kekurangan diri demi gengsi.
(2) Pembiasaan agar anak selalu berani mengakui kesalahan, bila memang dirinya melakukan kesalahan.
(3) Pembiasaan sikap bertanggung jawab terhadap apa pun hal (kesalahan) yang telah dilakukan.
(4) Pembiasaan supaya anak selalu bersikap jujur dan sportif. Dalam hal apa pun, dalam situasi yang bagaimanapun.
Hmm. Apakah Anda setuju dengan kesimpulan dari obrolan kami tersebut? Silakan dikritisi atau ditambahi ya, jika memang Anda anggap perlu dikoreksi. Tengkiyuuuh.
MORAL CERITA:
Sebuah status WA pun bisa menjadi sumber ide tulisan.
"Jelas makin langka," sahutku cepat. Lalu bla-bla-bla, kami pun terlibat obrolan serius via WA. Tentu mengenai hal-hal yang terkait dengan slogan "BERANI JUJUR, HEBAT" tersebut.
Alhasil setelah sekian waktu, obrolan maya itu pun kami akhiri dengan sebuah kesimpulan. Apa kesimpulannya? Yakni perlunya menanamkan keberanian bersikap jujur sejak dini. Sejak anak-anak.
Cara penanamannya bermacam-macam. Antara lain melalui:
(1) Pembiasaan agar anak selalu tampil (menjalani hidup) apa adanya. Tak terbiasa menutupi kekurangan diri demi gengsi.
(2) Pembiasaan agar anak selalu berani mengakui kesalahan, bila memang dirinya melakukan kesalahan.
(3) Pembiasaan sikap bertanggung jawab terhadap apa pun hal (kesalahan) yang telah dilakukan.
(4) Pembiasaan supaya anak selalu bersikap jujur dan sportif. Dalam hal apa pun, dalam situasi yang bagaimanapun.
Hmm. Apakah Anda setuju dengan kesimpulan dari obrolan kami tersebut? Silakan dikritisi atau ditambahi ya, jika memang Anda anggap perlu dikoreksi. Tengkiyuuuh.
MORAL CERITA:
Sebuah status WA pun bisa menjadi sumber ide tulisan.
masih ada , jujur itu, jujur kita tak kelihatan karena dusta kita lebih banyak daripada jujur kita
BalasHapusNah, itu. Syeeddih ya, kenapa dusta kita justru jauh lebih banyaak?
HapusYuk biasakan jujur sedari dini, ajarkan anak untuk berlaku jujur...
BalasHapusAyuklah...
HapusMemang hebat kalau berani jujur..Karena sekarang trendnya yang jujur bakal hancur...
BalasHapusHmm, tapi kenapa harus takut untuk hancur demi sebuah kejujuran yang bakal kita pertanggungjawabkan sampai di akhirat nanti :)
Nah, itu dia masalahnya
Hapus