AKHIRNYA jelas sudah masa depan Omah Lowo Solo. Sejak pekan pertama Agustus 2018, bangunan kuno itu mulai direnovasi. Setelah sekian lama mangkrak.
Renovasi diawali dengan pembersihannya dari tumpukan kotoran lowo (kelelawar). Lalu, dilakukan cek ricek terhadap kondisi bangunannya. Masih kokoh atau tidak? Masih layak dipergunakan lagi atau tidak?
Dan, tentu selanjutnya direnovasi sehingga menjadi bangunan layak pakai. ***Dua foto berikut adalah penampakan Omah Lowo Solo pada Mei 2018 lalu***
Apakah Omah Lowo akan difungsikan sebagai tempat tinggal? Menurut berita dan sumber yang insyaAllah bisa dipercaya sih, tidak. Tapi hendak difungsikan sebagai museum dan/atau showroom Batik Keris. Rencananya di salah satu sudut akan dihadirkan pula (semacam) taman kuliner.
Wow! Sebuah rencana yang seru, ya? Kelak seusai berkeliling untuk menikmati keindahan (dan mungkin membeli) batik, kita bisa kongkow juga di situ. Tentu sembari melepas dahaga dan lapar, selain melepas penat. ***Jadi nantinya, kalau kongkow tidak di tepi trotoar kayak aku gituuuh***
Omah Lowo kerap kali disebut pula sebagai Gedung Veteran. Sementara sebutan resminya adalah Villa Liberty. Konon Omah Lowo merupakan bangunan peninggalan Belanda abad ke-19. Kemudian pada tahun 1945 dihuni oleh Sie Djian Ho beserta keluarganya.
Siapakah Sie Djian Ho? Dia adalah seorang saudagar kaya keturunan Tiongkok. Dialah sang pemilik perkebunan dan pabrik es terbesar di kota Solo.
Hmm. Pantas saja Sie Djian Ho mampu mengambil alih kepemilikan Villa Liberty. Lha wong memang kaya raya. Tak ayal lagi. Dia merupakan seorang konglomerat pada masanya.
Sebentaaar. Aku selingi dulu dengan foto narsisku, ya. Tentu dengan latar belakang Omah Lowo, dong.
Pada tahun 1980-an Omah Lowo sempat direnovasi. Konon ada penambahan bangunan segala. Namun secara umum, bentuk aslinya tak diutak-atik. Semoga demikian pula halnya renovasi yang saat ini dilakukan. Terlebih Omah Lowo kini telah resmi menjadi BCB (Bangunan Cagar Budaya). Dan memang, pelaksanaan renovasinya pun di bawah pengawasan dinas terkait.
Demikianlah ceritaku mengenai Omah Lowo. Kalau penasaran ingin melihatnya secara langsung, segera datang saja. Tapi sekarang atapnya sudah dibongkar lho, ya. 'Kan sedang dibersihkan dari kotoran kelelawar. Untuk seterusnya direnovasi.
O, ya. Lokasinya strategis, kok. Di tengah kota. Tepatnya di perempatan Solo Center Point (SCP) Purwosari, Solo. Tak jauh dari Stasiun Purwosari. Dulu aku berjalan kaki dari situ sekitar lima menit saja.
MORAL CERITA:
Kadangkala sebuah foto narsis bisa menjadi arsip sejarah. Haha!
.
Renovasi diawali dengan pembersihannya dari tumpukan kotoran lowo (kelelawar). Lalu, dilakukan cek ricek terhadap kondisi bangunannya. Masih kokoh atau tidak? Masih layak dipergunakan lagi atau tidak?
Dan, tentu selanjutnya direnovasi sehingga menjadi bangunan layak pakai. ***Dua foto berikut adalah penampakan Omah Lowo Solo pada Mei 2018 lalu***
Apakah Omah Lowo akan difungsikan sebagai tempat tinggal? Menurut berita dan sumber yang insyaAllah bisa dipercaya sih, tidak. Tapi hendak difungsikan sebagai museum dan/atau showroom Batik Keris. Rencananya di salah satu sudut akan dihadirkan pula (semacam) taman kuliner.
Wow! Sebuah rencana yang seru, ya? Kelak seusai berkeliling untuk menikmati keindahan (dan mungkin membeli) batik, kita bisa kongkow juga di situ. Tentu sembari melepas dahaga dan lapar, selain melepas penat. ***Jadi nantinya, kalau kongkow tidak di tepi trotoar kayak aku gituuuh***
Omah Lowo kerap kali disebut pula sebagai Gedung Veteran. Sementara sebutan resminya adalah Villa Liberty. Konon Omah Lowo merupakan bangunan peninggalan Belanda abad ke-19. Kemudian pada tahun 1945 dihuni oleh Sie Djian Ho beserta keluarganya.
Siapakah Sie Djian Ho? Dia adalah seorang saudagar kaya keturunan Tiongkok. Dialah sang pemilik perkebunan dan pabrik es terbesar di kota Solo.
Hmm. Pantas saja Sie Djian Ho mampu mengambil alih kepemilikan Villa Liberty. Lha wong memang kaya raya. Tak ayal lagi. Dia merupakan seorang konglomerat pada masanya.
Sebentaaar. Aku selingi dulu dengan foto narsisku, ya. Tentu dengan latar belakang Omah Lowo, dong.
Pada tahun 1980-an Omah Lowo sempat direnovasi. Konon ada penambahan bangunan segala. Namun secara umum, bentuk aslinya tak diutak-atik. Semoga demikian pula halnya renovasi yang saat ini dilakukan. Terlebih Omah Lowo kini telah resmi menjadi BCB (Bangunan Cagar Budaya). Dan memang, pelaksanaan renovasinya pun di bawah pengawasan dinas terkait.
Demikianlah ceritaku mengenai Omah Lowo. Kalau penasaran ingin melihatnya secara langsung, segera datang saja. Tapi sekarang atapnya sudah dibongkar lho, ya. 'Kan sedang dibersihkan dari kotoran kelelawar. Untuk seterusnya direnovasi.
O, ya. Lokasinya strategis, kok. Di tengah kota. Tepatnya di perempatan Solo Center Point (SCP) Purwosari, Solo. Tak jauh dari Stasiun Purwosari. Dulu aku berjalan kaki dari situ sekitar lima menit saja.
MORAL CERITA:
Kadangkala sebuah foto narsis bisa menjadi arsip sejarah. Haha!
.
Wah sayang banget yah bangunan yg punya nilai sejarah malah sempat tidak dimanfaatkan.
BalasHapusSalam kenal mba
Iya, sepertinya masih menjadi penyakit masyarakat kita deh.Kerap kali mengabaikan bangunan bersejarah.
HapusSalam kenal balik, ya.
Wah..pengalaman mengasyikkan itu bisa melihat2 bangunan masa lampau.. Kapan2 aku diajak yo mbolang ya mbak... 😊
BalasHapusInsya Allah, Mbak. Klo jadwal kita klop. Hehehe...
HapusIndah banget bangunannya, terlihat bangunan kolonial dan gagah.
BalasHapusBagus kak jika nantinya difungsikan sebagai museum, ngga terlantar begitu saja.
Yup, betuuul. Eman banget klo dibiar*an telantar
BalasHapus