Selasa, 23 Oktober 2018

Masjid Siti Djirzanah di Malioboro

NGOMONG-NGOMONG nih ya, kapan terakhir kali kalian berkunjung ke Malioboro? Kalau sudah setahun lalu, pasti belum pernah tahu Masjid Siti Djirzanah. Aih! Jangankan setahun lalu. Yang tiga bulan lalu saja, pasti belum pernah tahu. Iya. Tentu saja begitu. Sebab baru pada tanggal 10 Agustus 2018, Masjid Siti Djirzanah diresmikan. Nah! Karena sekarang masih Oktober, usianya berarti belum genap tiga bulan. 

Masjid ini unik, lho. Arsitekturnya bernuansa khas Cina. Meskipun tak didominasi warna merah cetar membara, nuansa tersebut tetap terpancar kuat. Terlebih atapnya tanpa kubah. Bentuknya malah lebih mirip dengan atap klenteng. Cobalah perhatikan penampakannya berikut ini. 


Masjid unik yang  terletak di antara dua toko


Tulisan yang tercantum pada dinding luar depannya pun unik. Terdiri atas empat bahasa. Yakni bahasa Indonesia, Arab, Inggris, dan Mandarin. Sementara hurufnya terdiri atas huruf Latin, Arab, dan Mandarin. 

Dan sesungguhnya, masjid tersebut memang didesain dengan konsep Pecinan-Hindia. Yakni konsep yang sejalan dengan sejarah bangunan-bangunan tempo doeloe di Malioboro. Jangan lupa. Kampung Ketandan (Pecinan Jogja) pun berada di kawasan Malioboro. ***Bisa dibaca lebih komplet di "Kampung Ketandan  Yogyakarta".***

Dua Lantai 

Masjid Siti Djirzanah bukanlah masjid yang luas. Sementara pengunjung Malioboro yang membutuhkannya sangat banyak. Maka desain dua lantai adalah solusi jitu. Iya. Masjid Siti Djirzanah terbagi menjadi dua bagian. Bagian atas merupakan ruangan utama. Dipergunakan shalat oleh jamaah pria. Lalu di bagian bawah (basement) terdiri atas ruang shalat wanita, kamar mandi pria dan tempat wudu pria (di sebelah selatan), serta kamar mandi wanita dan tempat wudu wanita (di sebelah utara).

Dua foto berikut merupakan penampakan tangga yang menuju ke basement. Foto pertama penampakan dari atas (kujepret dari trotoar Malioboro). Foto kedua penampakan dari arah sebaliknya.

Lorong menuju basement (tempat shalat wanita)

Lorong menuju dunia luar (trotoar Malioboro)


Sekumpulan tas kain yang berwarna biru (tergantung di ujung tangga) itu adalah tas sandal/sepatu. Jadi begini. Jika hendak shalat di situ, alas kaki kita simpan di dalam tas biru tersebut. Tapi dibawa masuk, lho. Bukan dimasukkan tas dan ditaruh di luar masjid. Kok begitu? Demi keamanan dan kerapian, dong. 

Bayangkan saja andaikata sandal/sepatu jamaah tidak dibawa masuk. Pasti akan memenuhi trotoar Malioboro. Pasti akan berantakan pula sebab ketendang-tendang orang yang lewat. Atau, malah hilang dicuri. Jangan lupa. Malioboro itu 'kan area  publik yang sangaaat publik. Maka kewaspadaan sungguh diperlukan di sini. Daripada usai shalat malah emosi jiwa gara-gara kehilangan sandal/sepatu 'kan?  


Bersih, Menawan, Go Green

Masjid Siti Djirzanah memang menawan. Eksterior dan interiornya terkesan indah elegan. Sedap dipandang mata dengan sepenuh jiwa. Bagus dijadikan sebagai objek foto. Bukan hanya oleh kaum Muslim, melainkan oleh semua orang. Apa pun agama dan asal etnisnya. Buktinya, aku kerap memergoki (halah kayak maling saja) para turis asing mendokumentasikannya dengan tustel mereka. Ada yang turis Eropa, ada  pula yang turis Asia. Turis lokal pun tak kalah atraktif.

Bagian masjid yang paling menawan adalah ruangan utamanya. Yakni ruangan shalat untuk jamaah pria. Interiornya dipenuhi oleh granit impor berwarna biru. Etapiii ... berhubung aku bukanlah pria, aku pun hanya bisa melihatnya dari kejauhan (dari luar, dari emperan Malioboro). Tak memungkinkan untuk merangsek maju-masuk sebab aku ke situ saat Magrib. Banyak jamaah, ciiin. Ada pula petugas yang sigap mengarahkanku ke basement. Gagal memotret, deh.

Untunglah ada orang yang memvideokannya, lalu meng-up load-nya ke YouTube. Maka aku nikmatilah keindahannya dari link tersebut. Kalau kalian mau melihatnya juga silakan langsung ke Masjid Siti Djirzanah, Wujud Terima Kasih Herry untuk Malioboro. 


Suasana tempat shalat jamaah wanita


Masjid yang muat 200 jamaah ini tergolong bangunan Go Green. Desain plafonnya dibuat sedemikian rupa sehingga bisa memaksimalkan pencahayaan dari matahari. Dengan demikian, bisa menghemat pemakaian lampu (listrik).



 



Foto di atas memperlihatkan suasana di tempat wudu wanita. Sangat bersih 'kan? Semoga kebersihannya tetap terjaga sampai kapan pun. Tidak karena masih baru saja. O, ya. Aku berhasil mengintip (ini tindakan nekad) ruang wudu pria. Ternyata kondisinya idem ditto. Bagaimana kamar mandinya? Yang kamar mandi wanita kondisinya bersih. Kukira kamar mandi pria pun kondisinya tak beda. Yeah, kali ini aku hanya bisa menduga-duga. Tak mampu menyelundup ke kamar mandi pria, ciiin.


Siapa Siti Djirzanah? 

Siti Djirzanah adalah ibu dari Bapak Hery Zuhdianto, mantan walikota Yogyakarta. Dan sesungguhnya, Masjid Siti Djirzanah dibangun sebagai wujud bakti Bapak Hery Zuhdianto dan adik-adiknya kepada sang ibu. Itulah sebabnya nama ibu tercinta mereka disematkan sebagai nama masjid.

Pemilihan Malioboro sebagai lokasi berdirinya masjid pun memiliki alasan khusus. Selain untuk memenuhi kebutuhan masjid yang representatif di kawasan Malioboro, juga sebagai ungkapan terima kasih. Yakni ungkapan terima kasih Bapak Hery Zuhdianto dan adik-adiknya kepada Malioboro, yang dahulunya merupakan tempat mereka ditempa dan dibesarkan hingga bisa sesukses sekarang.

O, ya. Ada satu informasi penting yang mesti kusampaikan, nih. Penting namun sebenarnya agak menyedihkan. Informasi itu terkait dengan akses untuk kawan-kawan penyandang disabilitas. Untuk saat ini, Masjid Siti Djirzinah belum bisa memfasilitasi kawan-kawan penyandang disabilitas yang ingin beribadah ke situ.

Demikian sekelumit (tapi agak panjang) ceritaku tentang Masjid Siti Djirzanah. Jadi, kapan kalian hendak shalat di situ? Jangan lupa kabari aku, ya. Siapa tahu aku punya kesempatan untuk menyusul ke situ? 'Ntar kita 'kan bisa foto bersama? Haha! 


Lokasi Masjid Siti Djirzanah:
Jl. Margo Mulyo No. 25 Ngupasan Gondomanan Yogyakarta
(Di seberang Pasar Beringharjo)







10 komentar:

  1. kecil, unik, dan bersih.
    semoga yang shalat selalu mendapat rahmat….aamiin

    thank you for sharing

    BalasHapus
  2. Ini masjidnya unik banget ya, dihimpit 2 toko dan desain yang berbeda

    BalasHapus
  3. Waah.. Harus mampir kalau ke malioboro nih...

    BalasHapus
  4. Yeah, kali ini aku hanya bisa menduga-duga. Tak mampu menyelundup ke kamar mandi pria, ciiin.

    Jawab: Ga papa ciiin, bsk tak tengoknya sendiri yang kamar mandi prianya.... :)

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!