SEMALAM aku membaca sebuah status FB yang menarik. Tepatnya menarik dan sangat berfaedah. Statusnya panjang dan membahas sesuatu yang serius bin penting. Iya. Pentiiing bangeeet. Betapa tidak penting? Terkait dengan psikologi, lho. Sementara kita sama-sama mafhum bahwa hal-hal yang berbau psikologi notabene berhubungan dengan kesehatan jiwa.
FINISH YOUR 'UNFINISHED BUSINESS' .... Demikian judul status panjang tersebut. O, ya. Penulisnya Mbak Andri, lulusan Fakultas Psikologi UGM. Maka aku berani memastikan bahwa status tersebut sahih adanya. Dan selanjutnya, sukses bikin aku merenung. Haha! Sungguh syahdu, bukan? Semalam tuh malam Jumat dan aku melewatinya dengan melakukan sebuah perenungan psikologis.
Lalu, apa arti 'unfinished-business’? Mbak Andri menjelaskannya begini. 'Unfinished-business’ itu secara sederhana bisa dimaknai sebagai ganjalan di masa lalu yang belum terselesaikan dan masih terbawa sampai sekarang. Contohnya cinta yang belum kelar, rasa sayang yang belum terucap, rindu yang tak pernah sampai, dendam yang tak berkesudahan, rasa bersalah pada seseorang, perasaan menyesal atas sebuah kesalahan di masa lalu, kemarahan yang disimpan, maaf yang belum sempat terucap, dan banyak hal lainnya.
Nah, nah. Contoh yang diberikan Mbak Andri itu sukses bikin aku tertawa-tawa geli. Terkhusus pada tiga contoh pertama. Hehehe .... Betapa tidak geli, coba? Membaca tiga hal pertama yang dicontohkan tersebut, mendadak tiga wajah terpampang di benakku. Komplet beserta 'unfinished business' masing-masing. Dahsyat 'kaaan?
Wajah pertama punya 'unfinished business' berupa rasa sayang yang belum terucap. Wajah kedua punya 'unfinished business' berupa rindu yang tak pernah sampai. Dan, wajah ketiga punya 'unfinished business' berupa rasa cinta yang belum kelar. Huahahahaha ....
Dan aku sungguh penasaran, masing-masing pemilik wajah tersebut sekarang sudah bisa move on atau belum. Idealnya sih, sudah bisa mulai move on. Tapi itu 'kan idealnya. Faktanya bagaimana? Faktanya segala perilaku ketiga pemilik wajah tersebut masih terlihat labil-labil bergembira. Belum dapat disebut mulai move on.
Yeah! Parah mereka tuuuh. Rupanya mereka masih menggendong 'unfinished business' ke mana-mana. Padahal idealnya, 'unfinished business' harus diselesaikan. Sebab kalau tidak, selamanya bakalan menjadi ganjalan di hidup kita. Bakalan merongrong kebahagiaan kita. Enggak asyik banget 'kan?
Etaaapiii, bagaimana halnya dengan diriku sendiri? Haha! Setelah kuingat-ingat, beberapa jam sebelum membaca status Mbak Andri, aku ternyata barusan marah-marah pada sosok yang memang ingin kumarahi sedari dulu. Sejak ia dengan kurang ajar bin jahat mempecundangi hidupku. Alhamdulillah. Hihihi .... Berarti aku telah menyelesaikan 'unfinished business' yang kupunyai.
Demikian ocehanku mengenai 'unfinished business'. Semoga bermanfaat dunia wal akhirat bagi kalian dan aku. Aamiin.
MORAL CERITA:
Sudahlah, sudah. Move on aja, kuuuy! Mari selesaikan 'unfinished business' yang kita punya.
Wah, kalau saya jadinya punya banyak Unfinished Business juga donk ya, bu. Hehe.
BalasHapusHaha haha oleh sebab itu, ayo segera diselesaikaan
HapusOh ya2...jd apa ya unfinished businessku? Oh ya.. Memaafkan kae, kae, karo kae.. Lha meh dirampungi urusane ra males nyari di mana tinggalnya.. Hihi.. Fix, damai.. Damai... Damai... 👏😇
BalasHapushahahaha ..... memang agak repot klo masih terasa ngganjel banget....
Hapussetuju...biar plong atau "move on", sebaiknya semua ganjalan segera diselesaikan.
BalasHapusTerima kasih karena mau berbagi.
Yuhuuuu sama-sama
Hapus