Jumat, 19 Oktober 2018

Tahu Kisah "One Pound Fish Man"?

HALO Sobat Pikiran Positif ....

Kali ini izinkan aku bercerita tentang sesuatu yang telah lampau, yaaa. Haha! Bukan tentang sejarah, lho. Bukan pula tentang kenangan manis ataupun pahit yang kualami. Tapi tentang suatu kejadian sepele, yang berujung membuatku terhibur sekaligus termotivasi. 

Begini ceritanya ....

Sekitar lima tahun lalu, pada sebuah siang yang gerah, aku merasa begitu bĂȘte. Capek jiwa dan raga setelah menyelesaikan DL kerjaan naskah. Lalu, kuputuskan untuk menonton TV. Pilihanku jatuh pada stasiun TV yang komoditi utamanya program-program berita.

Kebetulan ketika aku klik saluran TV tersebut, ada tulisan “WIDE SHOT”. Pikirku, “Apa nih?”

Benakku pun masih penuh pertanyaan saat ditayangkan sebuah video klip. Dalam video tersebut tampak seorang pria berkemeja necis bernyanyi. Dua wanita cantik menjadi penari latarnya. Karena ketiganya berwajah India, aku bergumam, “Wuih! Nyanyian dan tarian India kreasi baru, nih.”

Aku menonton sembari tersenyum-senyum geli. Lagunya lucu, sih. Judul lagu yang dinyanyikan si pria necis adalah “One Pound Fish”. Sementara liriknya seperti ini: common ladies, common ladies/ one pound fish, one pound fish/ very good/ very cheap…

“Ada apa dengan ikan?” Pikirku. “Ini lagu tentang apa? Tentang jualan ikan? Aih, ada-ada saja.” Belum usai aku menggumam dalam hati, muncul dua penyiar. Sebagaimana laiknya penyiar, mereka pun cuap-cuap membawakan acara. Menjelaskan tentang si penyanyi dan lagu yang dibawakannya.

Aku sedikit terperangah. O la la! Ternyata dugaan isengku benar. Itu memang lagu tentang jualan ikan. Liriknya berupa kalimat-kalimat untuk menawarkan ikan kepada para calon pembeli. Penyanyinya pun seorang penjual ikan!

Iya. Si pria berpakaian necis itu mulanya berjualan ikan. Tapi nasib bagus kemudian mengantarkannya menjadi seorang penyanyi. Bagaimana bisa begitu? Bisa, dooong.

Begini ceritanya ....

Muhammad Shahid Nazir, seorang pemuda Pakistan (jadi dugaanku berdasarkan wajah tadi salah, ya), nekat merantau ke negeri Ratu Elizabeth. Niatnya mencari penghidupan yang lebih baik. Tapi ternyata Nazir kurang mujur. Sudah berada di tanah rantau selama 3 bulan, pekerjaan tak kunjung diperolehnya. Bekalnya yang pas-pasan pun kian menipis.

Dengan setengah putus asa, Nazir memikirkan tentang keputusan untuk pulang ke Pakistan. Namun tepat pada saat itulah, ada yang menawarinya untuk membantu berjualan ikan. Serta-merta ia mau daripada menganggur.

Sebagai asisten penjual ikan, Nazir bertugas menawarkan ikan. Sang majikan menyuruhnya lebih atraktif-agresif dalam menawarkan. Tujuannya agar makin banyak calon pembeli yang tertarik.

Karena masih kesulitan berbahasa Inggris, Nazir berinisiatif menyanyikan saja kata-kata penawarannya. Menurutnya, kalau dinyanyikan bisa lebih cepat cara bicaranya. Maka tak begitu ketahuan kalau bahasa Inggrisnya masih belepotan.

Mula-mula sih, Nazir kurang pede menawarkan. Apalagi dengan cara bernyanyi di tengah keramaian pasar. Tapi ternyata, banyak orang yang menyukai gayanya itu. Dampaknya, rasa pede Nazir kian membuncah. Ia pun kemudian berani menawarkan dengan suara lantang.

Hasilnya bagus. Makin banyak orang yang tergerak menoleh ke arahnya. Dan, membeli ikannya. Hingga akhirnya ada seseorang yang merekam aksi Nazir, lalu meng-upload-nya ke YouTube. Otomatis makin tenarlah Nazir. Banyak orang yang kemudian menemuinya, sekadar untuk bersalaman ataupun berfoto bersama.

Kabar ketenaran Nazir pun hinggap di telinga seorang produser lagu. Tepatnya produser spesialis lagu-lagu bernuansa Asia. Alhasil, ditawarilah Nazir untuk rekaman. Iyaaa... lagunya ya "One Pound Fish" itu. Sungguh-sungguh orisinil dari kata-kata Nazir untuk menawarkan ikan jualannya.

Ya, sudah. Kisah Nazir berlanjut manis. Ia menjadi penyanyi dadakan berkat YouTube. Namun, ketenaran tersebut jadi bumerang. Pihak imigrasi Inggris kemudian meneliti latar belakangnya. Sebab ketahuan izin tinggalnya di negara itu tidak komplet, Nazir lalu dideportasi ke Pakistan.

Hmmm, tak mengapa. Toh penghidupan Nazir sudah jauh lebih baik. Sebagaimana yang diharapkannya ketika memutuskan untuk nekat merantau. Bahkan, suksesnya melalui waktu dan cara yang tak terduga-duga.

Setibanya di Pakistan, sang ibu dan istrinya pun menyambut Nazir dengan perasaan campuran. Yakni campuran antara senang dan setengah tak percaya. Maklumlah. Nazir menjelma jadi penyanyi dalam kurun waktu yang begitu cepat. Padahal sebelumnya, Nazir sama sekali tak pernah bermimpi untuk jadi penyanyi.

Begitulah kenyataan hidup. Acap kali tak terduga. Dan, siapa pula yang menduga bahwa pekerjaan remeh temeh sebagai asisten penjual ikan ternyata merupakan sinyal-Nya? Yakni sinyal yang mengarahkan Nazir menuju jalan sukses berikutnya.Yang pastinya lebih berwarna.

Iya, lho. Muhammad Shahid Nazir selepas dideportasi malah kian beraneka warna pengalaman hidupnya. Bisa dilihat di sini ini, nih.


MORAL CERITA:
Jangan remehkan pekerjaan yang terlihat sepele. Siapa tahu pekerjaan sepele itu justru merupakan batu loncatan untuk kesuksesanmu yang sesungguhnya?



6 komentar:

  1. Setujuuuu....
    One baby step can help you to get your big dream. :)

    BalasHapus
  2. keren kok menjual ikan: sekaligus membantu para nelayan.

    BalasHapus
  3. Ya mba, kadang tanpa sengaja kita meremehkan pekerjaan yang dianggap biasa. Namun sejatinya pekerjaan tersebut memiliki andil yang besar dalam membantu orang lain. Saling membutuhkan.

    Bagus mbak, moral story nya.

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!