TULISAN ini terinspirasi dari
tanggapan dan pertanyaan teman-temanku. Baik teman dunia maya maupun dunia
nyata. Baik yang dekat maupun yang jauh. Baik yang cakep maupun yang cakep
banget. Baik melalui pesan WA, komentar di postingan medsos, maupun inboks
FB.
Begitulah adanya. Gara-gara melihat unggahan foto-fotoku di medsos,
mereka terprovokasi. Lalu bertanya dan menuduh, "Tiiin. Kamu kok piknik
tiap hari? Enak betul hidupmu. Bersenang-senang terus? Ngabisin duit, hura-hura
melulu."
|
Masjid Sulthoni di kompleks Kepatihan (mejeng setelah nunut shalat) |
|
Halaman Museum Benteng Vredeburg (numpang narsis usai kopdaran di Titik Nol) |
Astaga, my friends! Percayalah. Aku tidak
sehedonis yang kalian pikir, lho. Kalau soal piknik tiap hari, itu hoaks
yang kalian ciptakan sendiri. Aku hanya korban dari pemikiran sadis kalian.
Haha!
Faktanya, foto-foto yang kuunggah tidak murni dibuat dalam
rangka berpiknik. Lokasi berfotonya kadangkala memang merupakan destinasi
wisata. Tapi sebenarnya, aku tidak selalu sedang berwisata.
Biasalah.
Sebetulnya sekadar lewat, eh, nemu spot instagramable. Ya sudah. Berhenti untuk
cekrak-cekrek dulu. Nahan malu 'dikit demi bergaya di depan kamera, apa
salahnya? Sejenak berpura-pura jadi wisatawan dari kota sebelah, apa salahnya?
Hihihi ....
|
Narsis di kampung sebelah (Ketandan dan kampungku tergabung dalam satu kelurahan) |
Sekali lagi, percayalah. Percayalah bahwa aku ini tak beda dengan
kalian. Kehidupanku idem ditto dengan orang kebanyakan. Tak melulu berisi
agenda piknik dan hura-hura. Hanya saja, saat ini aku sedikit lebih
beruntung daripada kalian.
Iya. Sudah dua tahun ini aku tinggal di seputaran
Titik Nol Jogja. Jadi ke mana pun hendak pergi, aku melewati rute yang selalu
dipadati kaum wisatawan. Sudah begitu, acap kali jiwa narsisku menyeruak
tiba-tiba sehingga langsung cekrak-cekrek. Otomatis terkesan berpiknik
sepanjang waktu 'kan?
|
Aku hanya menemani dua kawan yang ingin banget berpose di onde-onde marmer |
|
Aku hanya menemani mereka berpose, lho (depan Gedung Agung) |
Baiklah. Tak mengapa bila itu pun dianggap
berpiknik. Tapi boleh dooong, kalau kusebut sebagai Piknik Undercover. Yakni
semacam piknik tipis-tipis dan tak terencanakan, yang lokasinya kadangkala
nyempil di pojokan Jogja.
Maka wajar kalau wisatawan pada umumnya tidak
ngeh dengan lokasi tersebut. Apalagi aku suka memilih rute yang tak biasa.
Yang jarang (bahkan mungkin tak pernah) terjamah oleh wisatawan. Jadi kesannya,
aku piknik teruuus.
Sebagai contoh, dua foto berikut kuambil saat berangkat ke alun-alun kidul (alkid). Karena berjalan kaki, aku menghemat tenaga dengan mencari jalan pintas. Menyusuri gang-gang sempit yang ternyata manis-manis muralnya. Pokoknya menggoda hasrat untuk memotretnya, deh.
Ketika pulang dari alkid, aku mengambil jalan pintas yang berbeda. Yang ternyata sensasinya juga berbeda. Haha! Iya, lho. Kalau saat berangkat menemukan mural, saat pulangnya menemukan patung raksasa usang. Nyaris rusak karena memang dibuat dari bahan yang tak tahan hujan dan panas.
O, ya. Tembok-tembok yang kulalui sepanjang perjalanan pulang tak bermural. Wajarlah. Tembok-tembok itu 'kan bagian dari Pemandian Tamansari dan Sumur Gumuling. Bukan tembok sembarangan. Mana mungkin dibubuhi mural? Tapi ada satu sisi, yang sepertinya memang bukan bagian dari tembok bersejarah, dipenuhi dedaunan dengan bunga warna kuning.
|
Untuk menuju rumah, aku harus memasuki salah satu ruangan dekat Sumur Gumuling dulu |
|
Menyamar sebagai wisatawan, padahal pulang dari lari pagi |
|
Patung raksasa yang mulai rusak sebab tertimpa hujan dan panas |
O, ya. Faktor sepatu mungkin ikut jadi penyebab. Yang
menyebabkan aku terkesan piknik, padahal sesungguhnya cuma berfoto di RW
sebelah. Ada apa dengan sepatu? Hmm. Begini, lho. Bukankah kita
sebagai orang Indonesia sama-sama mafhum, kalau sepatu pada umumnya dipakai
saat bepergian jauh? Atau ketika hendak berurusan dengan instansi resmi?
Sementara
aku gemar bersepatu ke mana pun. Meskipun cuma hendak membeli pulsa,
aku lebih suka bersepatu. Tak jadi soal walaupun toko pulsanya dekat. Di
depan gang menuju rumah saja. Haha!
Bukan apa-apa, sih. Alasanku
demi kepraktisan belaka. Dengan bersepatu, aku merasa aman dan nyaman.
Andaikata di jalan bersua seorang kawan dan mengajakku pergi, aku tak
perlu pulang ganti sepatu. Kalaupun sekadar diajak foto bersama, jadinya
'kan cakep.
|
Meskipun bersepatu rapi, sebenarnya ini hendak belanja saja |
Pada hari yang lain, aku tergoda untuk mengabadikan kebun dan kafe yang asri ini. Lokasinya mudah dicari, kok. Yakni di belakang panggung Plaza Ngasem. Yoiii, betul banget. Plaza Ngasem itu di bagian belakang Pasar Ngasem. Yang dulunya merupakan pasar burung terkenal. Tapi kini pasar burungnya pindah. Pasar Ngasem pun menjadi pasar biasa dan pusat kulineran mini.
|
Kebun buah dan sayur milik kampung setempat |
|
Sebuah kafe yang asri di belakang Plaza Ngasem |
|
Panggung Plaza Ngasem yang biasa dipakai untuk acara-acara budaya |
|
Berswafoto dulu sembari rehat melepas penat sehabis belanja di Pasar Ngasem |
Demikian ceritaku tentang piknik undercover di Jogja. Apakah kalian tertarik untuk melakukannya juga? Ayolah tertarik saja. Murah meriah dan menyehatkan, kok. Hehehe .... Menyehatkan sebab mesti berjalan kaki. Itung-itung sebagai pengganti lari pagi demi membakar lemak tubuh.
Ngomong-ngomong, kalau ingin tahu destinasi Piknik Undercover yang lain bisa dibaca pula tulisanku yang ini Bagiku, Jogja Itu Piknik. Oke?
MORAL CERITA:
Kalau berwisata ke Jogja jangan hanya mengunjungi destinasi wisata yang mainstream, ya.
Hihi..pinter2nya kita cari spot foto ya...tp ya memang dasarnya jogja kota wisata. Jadi setiap jengal tempat pasti seperti berwisata..tapi aku penasaran sama tempat di mana buah mentega berada...��
BalasHapusAyo kpn kita ke situ
HapusAku jogja asli, tapi ndak hapal klo mesti blusuk kawasan kraton dan sekitarnya.
BalasHapusTaunya cuma jalan2 besar..ini tembus ke sini...ini ntar njedul mana...gitu tok . Tp klo blusukan ke dalam kampung2 belum pernah..
Kapan2 blusukan yoo...
kalau begitu, ayo blusukan bareng, ke kampung cyber yang pernah didatangi Mark Z
HapusSetuju bangeettttt mba.
BalasHapusSaya paling suka traveling dan mengambil gambar di tempat yang ga mainstream.
Sekeren apapun itu, kalau udah banyak yang majang fotonya, udah jadi biasa aja ya hahaha.
Bagus banget nih dijadiin referensi anti mainstream :)
hahaha ...iya betul, Mbak,makin enggak pernah dijamah manusia, foto kita jadinya malah makin keren...ekslusif
BalasHapusKeren banget, mbak. Aku baruuu aja ke Jogja 1-5 Feb lalu hehehe... enaknya lebih lama di Jogja ya jd bisa ke mana2 �� Btw makanan di Malioboro itu benar sesuai daftar menu dan harganya kah? Kalo dulu kan main tembak ya hihihi.
BalasHapusWaaah.... Kita gak ditakdirkan ketemuan, ya? Oya, Sekarang harga makanan di Malioboro tembak-tembakannya tak sebrutal dahulu. Relatif sudah tertib, sesuai daftar menu dan harganya. Kalau nemu warung yg tak ada daftar harganya, lebih baik nanya harganya dulu sebelum pesen..
Hapusasik ya mba kalau tinggal di daerah yang merupakan destinasi wisata, jalan dikit udah dibilang piknik hehe..salam hangat dari sumatera barat mba
BalasHapusYoiii, Mbak. Asik pakai bangeet. Termasuk macet2nya tatkala liburan. Hahaha! Salam hangat balik dari Jogja ys Uni...
Hapusjogja itu selalu bikin kangen. jadi pingin main ke sini lagi deh.
BalasHapusHahaha iyaaa... Banyak orang kangen melulu pada Jogja... Ayo sini lagi, Mbak, boleh bangeet colekin akuh
HapusKalo aku, kadang suka lewat tempat wisata (tapi bukan untuk wisata), numpang foto juga kek sista kwkw biar di kira jalan-jalan ama orang2 hahaha
BalasHapusXixixixi.... Tosss kakak
HapusSo ..,
BalasHapusaku masuk kategori yang mana yaa .. yang pernah tanya ke kak Agustina :
teman nyata atau teman dunia gemerlap, eh# salah dunia maya atau jugaak .. yang cakep atau cakep banget ..., bhuahahaha :D
Aku sependapat tuh, kak istilah piknik tipis-tipis gitu.
Menurutku, ruang publik ketje (bukan memang dibuat untuk lokasi piknik berbayar) pun bisa buat lokasi liburan dan buat lokasi foto-fotoan kok.
Kak Him maunya jadi teman maya yang Luna yaaa... Xixixi... Yoii. Liburan dan piknik itu yang penting hati kitaaa dan pikiran kita yang kembali fresh
HapusAku juga harus nanya ni, aku dikategori yang mana...maunya sih teman dunia maya..yang cakep banget....yeyy...;) Keren Jogja ya, banyak tempat piknik dan instagrammable-nya
BalasHapusHayoo Temanggung yang apaaa... Hehehe... Iya, Jogja itu always memikat
HapusTeman yang apa mksudku, kok jadi Temanggung
HapusTernyata piknik undercover asyik juga ya mbak, bisa nemuin tempat2 yg unik, dan menarik sekali kalau udh jadi artikel seperti ini...btw tinggalnya dekat sumur gumilang to mbak?
BalasHapusBegitulah asyiknya, Mas. Iya. Aku tinggal tak jauh dari situ.
HapusEmang ya Kak...
BalasHapusCewek tuh kalau ketemu spot buat foto-foto pasti ya cekrak cekrek deh.
Hihi...
Kuat nahan malu banget malah.
Tapi, emang seru sih gitu.
Ada rasa senang tersendiri buat diri sendiri jadi bahagia.
Hahaha.. Betuul betuul... Rasanya kayak sudah berhasil menaklukkan sesuatu, yaitu rasa malu... Demi eksistensi dan narsistensi hehehe...
HapusDan begitu sudah di post. Terus bikin orang lain terkagum-kagum, itu rasanya ada nilai tambah yang tidak terkira.
HapusRasanya selain menaklukkan rasa malu, jadi makin bangga.
Ini sih aku banget. :D
Hyaaahaahaha... Betul bangeet
Hapus:D Kakak kapan foto-foto lagi ketika menemukan spot keren? :)
HapusHehehe...
Wah, iya, belum sempat ngumpulin foto lagi nihh.. Hihihi...
HapusPiknik tipis aja udh banyak yg didatengin. Apalagi piknik tebel hihii
BalasHapusAku suka liat muralnya. Cantik bangt😍
Hahaha... Piknik tebalnya Ntar ke destinasi yg jauuuuh.
HapusYep. Muralnya cantiiikk.
Oh berarti belum tentu berwisata terus ya, tp kadang cuma lewat trus berhenti cuma utk foto biar dapt backgroud seolah sdg brwisata. Hihi
BalasHapusBegitulaaah, Kakaaak. Yang penting bahagia dan bergayaaa...hhahaha...
HapusKalau saya kemana-mana sukanya sandal jepit dan koloran, mirip orang gelandangan gitulah. Tapi dengan seperti itu, saya bisa jeprat-jepret tanpa diketahui targetnya. Alias photo secara diam-daiam.
BalasHapuswah itu halaman benteng ada kolamnya, dulu sepertinya tidak ada deh.
Haayooo motret siapakah kok diam2?
HapusDulu gak dikasih air
pas pula tinggalnya di KM 0 jogja dan gampang mau kemana2 ketitik wisata jogja. kalau saya dulunya tinggal di sewon mbak, samping kampus ISI, itu juga saya anggap kalau mau kemana2 termasuk dekat. yahhh memang harus diakui kalau jogja memang unik dengan segala keberagaman wisata dan budayanya.
BalasHapusIyaa, Alhamdulillah daku lagi ditakdirkan tinggal di wilayah titik nol. Sangat strategis.
HapusWah kok asik mbak?? aku ga pernah tuh nemu mural itu, dan bagus banget... Tapi emang sih sebenernya Jogja akan berbeda kalo jalan kaki, aku pernah jalan dari perempatan kentungan ringroad utara sampe alkid.. huhuhu.. bukan karena pengen tau tempat lain, tapi karna galau :(
BalasHapusHuaaahahaha.... Caramu membuang galau kereeen, menyehatkan dan bikin langsing xixixi....
HapusBTW itu muralnya di dalam kampung
Wahh jadi makin kangen sama jogja nih, udh ga sabar mau piknik ke jogja
BalasHapusAyuk ayuk ke Jogjaaa
Hapuskebun buah nya cantik banget mba yang bergantung2 itu. lucuk.
BalasHapusitu buah asli atau hanya hiasan?
Kayaknya aseli, sebab barusan aku lewat sudah tak asar. Mungkin abis dipetik. Teruus yg bawah itu kini ditutup plastik. Mungkin menghindari banjir air atas hjn yang deras
Hapus#sudah tak ada (bukan asar)
HapusJogja surganya tempat piknik, aku jadi cinta jogja mbak,,
BalasHapuskebetulan dpt org jogja juga,, jadi tinggal di jogja deh hehe
biasanya kl jalan2 aku pas hari libur :(
nasib kuli
weig...selamaat,yaaa. Mencintai Jogja dan dapet orang Jogja.....
HapusBanyak juga lokasi Jogja yang bisa di explore, jadi makin betah ni berlama-lama di Jogja..
BalasHapusYoiii, maka dari ituuu Jogja kian padaaat. Banyak yang betah, siiih. Haha!
HapusAh ini yang kusuka, jalan-jalan ke tempat yang anti mainstream. Biar bikin iri yang lihatnya 😂😂😂😂
BalasHapusHahaha... Tahu aja nihh si kakak
HapusJadi kangen Jogja sudah lama gak maen ke Jogja semenjak lulus kuliah dulu. Sekarang tambah banyak ya tempat yang bisa kita kunjungi. Asyik sekali ya mbak jalan-jalannya
BalasHapusIyaaa. Sekarang pojokan-pojokan Jogja pun didandani sehingga layak dijadikan destinasi wisata alternatif.
HapusJadi punya banyak koleksi foto keren dan malah dituduh senang plesir ya Mbak?Hihihi
BalasHapusJaman now mah memang kita kudu pinter nyari spot-spot instagramable, kayak Mbak ini :)
hahah ...iya, Mbak. Ternyata kamera bagus itu kuncinya pada cara kita memotret juga ...tak semata-mata pada fisik kameranya... hahaha...aku tuh minder lho kalau disuruh megang kamera beneran...merasa tak mampu...hahaha...
HapusJogja mah semua bagus, gak kayak Jakarta, huhuhu
BalasHapusmasak siiih, pasti adalah sudur-sudut Jakarta yang tjakeep ... ayo dieksplorasi ...
HapusDari judulnya kirain kaya jakarta undercover yang membahas dunia malam, ternyata hasil jepretan ketika lalu lalang di jogja sebagian yang di cap sebagai tukang piknik ya kak
BalasHapuslhaah ...hahaha...aduh dirimu terlalu terhanyut perasaan pada buku Moammar Emka ituuu, Kaak ....
HapusHohoho kita gak beda jauh kak, cuman melipir buat foto aja dikiranya piknik :D
BalasHapusKadang yo kebetulan dapat kerjaan di tempat yang memamg kayak tempat wisata...hehehe
tossss .....hehehe ....
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJadi pengen pindah rumah deketnya Mbak Tina, biar bisa piknik tipis-tipis bareng, he,he.
BalasHapusHahaha... Ayuklaah, tapi sesungguhnya di dekatmu juga ada destinasi lhoo...
HapusHahaha... Ayuklaah, tapi sesungguhnya di dekatmu juga ada destinasi lhoo...
HapusKadang orang sekitar saya juga bingung dengan diri saya ini
BalasHapusKapan kerjanya, orang kok klayapan terus
Emang piknik harus keluar kota, kan bisa disekitar kampung. Lebih hemat pula ya
Iyaaaa, piknik itu enggak mesti jauh, yang penting rileksnya. Dampaknya bikin perasaan lebih baik dan segar atau tidak... 😀
Hapusjadi ingat waktu di jogja lg....
BalasHapusHehehe... Ayo bernostalgia ke Jogja.
Hapus