HALO lagi Sobat PIKIRAN POSITIF ....
Semoga kalian rindu kepadaku. Tetap menanti-nanti tulisan terbaruku. Tetap bisa mengambil manfaat dunia dan akhirat darinya. Muehehehe .... Ketinggian enggak sih, harapanku itu? Entahlah. Kalau ketinggian ya tinggal memanjat pakai tangga. Hahaha!
O, ya. Kalian masih ingat tulisanku yang berjudul Kelenteng Agung Sam Poo Kong (1) 'kan? Kalau lupa atau malah belum membacanya, bisa banget lho untuk langsung klik di sini.
Baik. Untuk melunasi janji yang telah kusampaikan pada bagian (1), sekarang aku tayangkan bagian (2)-nya. Namun, tak usah heran kalau tidak ada foto kelenteng-kelenteng cetar dan besar. Kali ini adanya deretan relief raksasa. Warnanya pun abu-abu bin kelabu. Sama sekali tak cetar membara 'kan? Nih, silakan cermati dulu foto-fotonya di bawah.
Sama halnya di hadapan kelenteng-kelenteng cetar besar, aku pun terlihat
mungil di hadapan deretan relief tersebut. Padahal, itu baru
penampakan sebagian. Belum tampak dalam wujudnya yang utuh menyeluruh. Di belakangku sonooo dan di depanku sanaaa masih ada deretan relief yang menghiasi dan mengelilingi dinding Goa Batu baru.
Hmm. Semoga kalian masih ingat bahwa Kelenteng Agung Sam Poo Kong juga tenar dengan sebutan Goa Batu. Adapun nama tersebut mengacu pada Goa Batu (lama) yang telah runtuh, yang lokasinya persis di bawah Goa Batu baru tempatku narsis santun itu.
Deretan relief di Goa Batu baru tersebut memang berukuran raksasa. Jadi, wajah-wajah tokoh beserta adegan-adegan (peristiwa-peristiwa) yang dipahatkan di situ terlihat jelas. Menurut pengamatanku sih, jauh lebih jelas ketimbang relief yang terpahat di candi-candi yang pernah kudatangi.
Dengan demikian, pengunjung Goa Batu dapat berimajinasi dan mereka-reka aneka rupa peristiwa yang direliefkan. Apalagi di beberapa bagian ada papan keterangannya.
Akan tetapi, aku menyarankan kalian menyewa jasa pemandu kalau ke sini. Mengapa? Sebab sang pemandu akan memberikan penjelasan lebih detil. Selain itu, kita bisa mengajukan pertanyaan apa pun. Kadangkala sang pemandu juga berbagi cerita yang off the record. Seru 'kan?
Menurutku rugi sekali, jika kita sekadar berkeliling dan berfoto ria di kelenteng-kelenteng yang ada di kompleks Sam Poo Kong. Bukankah yang esensial justru sejarah di balik kemegahannya? Bukan foto gegayaan kita di situ?
Dari brosur wisata dan relief plus tambahan hasil berselancar di internet, kita memang bisa mengetahui sejarah Sam Poo Kong. Namun, percayalah. Bakalan ada hal-hal berbeda kalau kita mendengarkan penjelasan langsung dari pemandu.
Lebih dari itu, seorang pemandu akan dapat dimintai tolong memotretkan sehingga kita serombongan bisa berfoto dalam formasi lengkap. Terlebih kalau kita ke situ sendirian. Lumayan ada yang menemani berkeliling dan sigap memotretkan. Iya toh? Hahaha! *BatalNgenesKloAdaYangMotoin*
O, ya. Reliefnya berkisah tentang apa? Tak lain dan tak bukan, yang dikisahkan
ya Laksamana Cheng Ho (Zheng He).
Siapa dia? Dia adalah seorang
penjelajah Tiongkok yang beragama Islam. Yang .... Ah, sudahlah. Tak
perlu kuulang-ulang lagi penjelasannya di sini. Ini 'kan bukan blog
tentang mapel Sejarah. Hahaha! *DasarMalesan*
Namun, begini. Sebelum kuakhiri tulisan ini, aku ingin memberitahukan kepada kalian (tentu bagi yang belum tahu) bahwa kisah perjalanan Laksamana Cheng Ho (Zheng He) pernah difilmkan. Judul filmnya Admiral Zheng He.
Siapa bintang filmnya? Wow! Bukan orang sembaranga, dong. Bintang filmnya Yusril Ihza Mahendra (mantan Mensesneg; berperan sebagai Laksamana Cheng Ho/Zheng He) dan Gus Ipul (mantan Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal; berperan sebagai Raja Majapahit Wikramawardhana).
Nah 'kan? Keren 'kan? Istimewa sekali 'kan? Sampai-sampai Pak Yusril dan Gus Ipul bersedia menjadi pemain segala. Sesuatu sekaliii.
MORAL CERITA:
Wis tho, ndang mangkat ning Semarang wae. Segeralah berkunjung langsung ke Semarang, khususnya ke Kelenteng Agung Sam Poo Kong.
betul sekali mbak kayaknya lebih enak kalau pakai pemandu lebih jelas tentang sejarahnya kecuali memang cuma pengen foto-foto akan beda cerita hehehehe...
BalasHapusHehehehe demikianlah adanya. Sekalian saja berani keluar ongkos, bukankah telah diniati berwisata?
HapusDesain reliefnya kece pisan eeeee??? Dan memang bener lho Tante kalau hendak ketempat kayak gini harus pakai pemandu biar lebih jelas sejarahnya terus yang terakhir juga biar gak kesasar, kalau kesasar kan repot. 😅😆😂🤣🤫🤭🤭🙏🙏
BalasHapusSetujuuu banget, relief nya kece. cukup Detail yaa mba
HapusTari dan Dodo, yup reliefnya cakep. Mungkin secakep saiaaa. Bhahahaha.
HapusBeber, Tari, klo nyasar repot. Bukan masalah pada bingungnya kita, melainkan klo sampai nyasar ke tempat seram. Hihihihi ....
Kok, beber. Sampai salah tik. BENER maksudnya.
Hapusseronok dan kreatif tempatnya.. :)
BalasHapusMemang begitu. Ayolah ke sini. Eh, atau malah sudah pernah ke sini?
HapusSampokong memang jadi destinasi utama jika datang ke semarang. Aku sangat setuju jika ingin masuk daerah utama kelneteng sebaiknya menggunakan pemandu. Pemandu ini akan bercerita banyak hal tentang laksaman cheng ho. Aku beberapa kali masuk ke sana dan masih takjub mendengarkan cerita-cerita tersebut. :D
BalasHapusWow, beberapa kaliiii. Hehehehe. Aku pun ingin ke sini lagi. Semoga diberi kesempatan oleh-Nya.
HapusMau sih mbak.. seharusnya tahun ini saya kesana buat menghadiri pernikahan anak adiknya bapak, cuma piye, semua dibatalkan..
BalasHapusTapi kalau pandemi usai, rasanya memang saya akan kembali kesana, selain sowan ke om dan tante, sekaligus juga menjelajah semarang dan rembang
Waaaah, jelajah Rembang yang paling bikin mupeng adalah Laseeeemn.
Hapusaku suka ih tempatnya.. cocok buat liburan sama naak2 skaligus ngasi pendidikan yaaa
BalasHapusIya, Mbaak. Tempat ini menyenangkan. Anak-anak bisa bebas aman pula untuk berlarian di halamannya yang luaas.
HapusPingin sekali jalan-jalan lagi, tapi semenjak pandemi memang jadi malas, entah malas atau khawatir, mungkin keduanya. Ulasan tempat wisata begini membuat 2 efek, pertama senang karena bisa sedikit melihat-lihat dan tahu tempat baru, tapi juga bikin sedih dan marah kalau ingat sulit mau jalan-jalan karena masalah pandemi dan risikonya.
BalasHapusAdmiral Zheng He itu dari dinasti ming ya, berarti ke Indonesia setelah masa raden wijaya, karena ekspedisi mongol waktu ke Kediri itu masa dinasti sebelum Ming.
Baru tahu ada filmnya.
Mari bersabar dulu menanti pandemi covid-19 ini berakhir.
HapusYup, betul. Dari Dinasti Ming,
Relief kelentengnya indah, tapi ya jauh banget buat ke sana. Ntar deh kalo Covid udah reda.
BalasHapusHehehehehe ... Untuk sementara kunjungan ke sana diganti dengan aksara dan gambar yang ada di tayangan tulisan ini.
Hapus