TANGGAL 18 Juni lalu, bertepatan dengan Selasa Wage, aku sengaja meluangkan waktu untuk berkunjung ke Malioboro. Padahal sesungguhnya, aku sedang tak ada keperluan belanja apa pun di situ. Bahkan sebenarnya, aku sedang dikejar DL tulisan.
Ada apa gerangan? Mengapa aku sampai rela meninggalkan pekerjaan sejenak waktu, hanya demi ke Malioboro? Tepat pada hari dan tanggal itu? Tak bisakah aku menundanya hingga esok hari? Ketika pekerjaanku sudah tuntas?
Hohoho! Memang tidak bisa ditunda, kok. Ketimbang aku menunggu Selasa Wage 35 hari lagi, bukankah lebih baik meluangkan waktu sejenak untuk ke situ? Mumpung ada dua momentum sekaligus. Yakni Reresik Malioboro (yang sudah dilaksanakan sejak September 2017) dan Uji Coba Pedestrian untuk yang pertama kalinya.
Reresik Malioboro dan Uji Coba Pedestrian
Reresik Selasa Wage merupakan kegiatan bersih-bersih Malioboro dari ujung utara hingga ujung selatan. Yakni dari sekitaran Taman parkir Abu Bakar Ali hingga Titik Nol Jogja. Siapa yang membersihkan? Siapa lagi kalau bukan para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan tersebut? Tentu plus petugas terkait dan kadangkala ada pula keterlibatan komunitas tertentu.
Mungkin di antara kalian sudah ada yang tahu tentang Reresik Selasa Wage di Malioboro ini. Bahkan, mungkin pula sudah pernah menengoknya langsung di TKP. Seru 'kan? Trotoarnya terasa melebar. Kita bisa berjalan santai tanpa desak-desakan. Sembari main HP pun tak nabrak-nabrak. Haha!
Ada apa gerangan? Mengapa aku sampai rela meninggalkan pekerjaan sejenak waktu, hanya demi ke Malioboro? Tepat pada hari dan tanggal itu? Tak bisakah aku menundanya hingga esok hari? Ketika pekerjaanku sudah tuntas?
Hohoho! Memang tidak bisa ditunda, kok. Ketimbang aku menunggu Selasa Wage 35 hari lagi, bukankah lebih baik meluangkan waktu sejenak untuk ke situ? Mumpung ada dua momentum sekaligus. Yakni Reresik Malioboro (yang sudah dilaksanakan sejak September 2017) dan Uji Coba Pedestrian untuk yang pertama kalinya.
Reresik Malioboro dan Uji Coba Pedestrian
Reresik Selasa Wage merupakan kegiatan bersih-bersih Malioboro dari ujung utara hingga ujung selatan. Yakni dari sekitaran Taman parkir Abu Bakar Ali hingga Titik Nol Jogja. Siapa yang membersihkan? Siapa lagi kalau bukan para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan tersebut? Tentu plus petugas terkait dan kadangkala ada pula keterlibatan komunitas tertentu.
Mungkin di antara kalian sudah ada yang tahu tentang Reresik Selasa Wage di Malioboro ini. Bahkan, mungkin pula sudah pernah menengoknya langsung di TKP. Seru 'kan? Trotoarnya terasa melebar. Kita bisa berjalan santai tanpa desak-desakan. Sembari main HP pun tak nabrak-nabrak. Haha!
Nah! Kelengangan emperan toko dan trotoar Malioboro itu tempo hari dilengkapi dengan kelengangan jalan. Jangan lupa, ada Uji Coba Pedestrian 'kan? Kalau Reresik Selasa Wage biasanya jalanan tetap ramai, penuh kendaraan bermotor, mulai 18 Juni 2019 tidak seperti itu lagi.
Iya. Ada aturan baru yang diberlakukan. Yakni pelarangan kendaraan bermotor melintas di sepanjang kawasan Malioboro. Kalau sepeda dan becak kayuh sih, tetap bebas melintas. Alhasil, terjepretlah aku dengan latar belakang jalanan yang lengang itu. Hehehe ....
Berhubung tak sepanjang waktu ada kendaraan melintas di kawasan Malioboro, jalanan pun relatif sepi. Bahkan, seolah berubah menjadi spot foto. Banyak anak milenial yang dlosoran di tengah jalan demi sebuah jepretan kamera. Hmm. Bikin iri saja. Coba aku masih kuliah S-1. Bakalan dlosoran 1001 gaya aku. Haha!
Yang seru, ada pula anak-anak yang sepedaan dan main skate board di tengah jalan. Yoiii. Mumpung bisa sesuka hati di tengah jalan yang biasanya padat enggak berjeda.
O, ya. Kalian mungkin sudah menonton video tarian yang viral itu. Yakni video yang menampilkan pementasan tarian Jawa, yang dibawakan oleh sekelompok anak muda berpakaian trendi. Lokasinya di tengah jalan juga 'kan? Di depan Mal Malioboro, juga beberapa titik lain di sepanjang Malioboro.
Yeah, begitulah adanya. Malioboro yang sedang minim polusi pun bisa membahagiakan semua kalangan. Malah kelihatannya, makin bisa membahagiakan. Malioboro minim polusi 'kan jarang-jarang?
Akibat Uji Coba
Uji Coba Pedestrian plus Reresik Selasa Wage memang bikin nyaman Malioboro. Selaku wisatawan (meskipun cuma wisatawan dari kampung sebelah), aku sungguh menikmati Malioboro yang tenang dan minim polusi. Baik polusi suara maupun udara.
Akan tetapi, aku bertanya-tanya. Apakah semua PKL setuju dengan diliburkannya mereka tiap Selasa Wage? Apakah tidak ada di antara mereka, yang sebenarnya ingin tetap berjualan selepas acara bersih-bersih? Terlebih mengingat toko-toko di Malioboro tetap buka seperti biasa.
Sejauh yang aku dengar, Selasa Wage memang disikapi kalem-kalem saja. Akan tetapi tempo hari, terkait diadakannya Uji Coba Pedestrian, salah satu hotel yang berlokasi di Malioboro mengemukakan keluhan (protes). Begitu pula halnya dengan beberapa pedagang di Pasar Beringharjo. Ah, entahlah. Semoga ke depan semua bisa lebih kondusif.
Baiklah. Jika kalian ingin tahu rute pengalihan jalur lalu lintas saat Uji Coba Pedestrian Malioboro tempo hari, silakan cermati denah di bawah ini. Hayooo, kalian yang tinggal di Jogja ada yang terkena imbasnya atau tidak? Kalau aku sih, jelas terkena. Sepulang dari Malioboro terjebak macet tiada tara di daerah Ngampilan. Hehehe ....
MORAL CERITA:
Awal pelaksanaan sebuah aturan baru selalu diwarnai pro dan kontra. Dan, kita boleh-boleh saja menolak aturan baru tersebut. Namun yang penting, sampaikan penolakan itu dengan santun supaya bisa dicari solusi yang sama-sama bikin nyaman semua pihak. Jangan anarkis!
Iya. Ada aturan baru yang diberlakukan. Yakni pelarangan kendaraan bermotor melintas di sepanjang kawasan Malioboro. Kalau sepeda dan becak kayuh sih, tetap bebas melintas. Alhasil, terjepretlah aku dengan latar belakang jalanan yang lengang itu. Hehehe ....
Trotoar lega dan sepi |
Jalanan lengang |
Sebenarnya Uji Coba Pedestrian yang dilakukan tersebut hanya semi. Iya, Uji Coba Semi Pedestrian saja. Sebab faktanya, masih ada beberapa jenis kendaraan bermotor yang diperbolehkan melintas. Yakni Transjogja, ambulance, mobil patroli petugas keamanan, dan mobil pengangkut sampah.
Selain itu, ada pula mobil dan motor nyasar. Pengendaranya tak tahu kalau ada penutupan jalan atau sebenarnya tahu tapi memang nekad. Sementara petugas yang berjaga sedang lengah sehingga si pengendara bisa lolos ke wilayah terlarang.
Nyaman untuk menyeberang dan berswafoto |
Berhubung tak sepanjang waktu ada kendaraan melintas di kawasan Malioboro, jalanan pun relatif sepi. Bahkan, seolah berubah menjadi spot foto. Banyak anak milenial yang dlosoran di tengah jalan demi sebuah jepretan kamera. Hmm. Bikin iri saja. Coba aku masih kuliah S-1. Bakalan dlosoran 1001 gaya aku. Haha!
Yang seru, ada pula anak-anak yang sepedaan dan main skate board di tengah jalan. Yoiii. Mumpung bisa sesuka hati di tengah jalan yang biasanya padat enggak berjeda.
O, ya. Kalian mungkin sudah menonton video tarian yang viral itu. Yakni video yang menampilkan pementasan tarian Jawa, yang dibawakan oleh sekelompok anak muda berpakaian trendi. Lokasinya di tengah jalan juga 'kan? Di depan Mal Malioboro, juga beberapa titik lain di sepanjang Malioboro.
Yeah, begitulah adanya. Malioboro yang sedang minim polusi pun bisa membahagiakan semua kalangan. Malah kelihatannya, makin bisa membahagiakan. Malioboro minim polusi 'kan jarang-jarang?
Akibat Uji Coba
Uji Coba Pedestrian plus Reresik Selasa Wage memang bikin nyaman Malioboro. Selaku wisatawan (meskipun cuma wisatawan dari kampung sebelah), aku sungguh menikmati Malioboro yang tenang dan minim polusi. Baik polusi suara maupun udara.
Akan tetapi, aku bertanya-tanya. Apakah semua PKL setuju dengan diliburkannya mereka tiap Selasa Wage? Apakah tidak ada di antara mereka, yang sebenarnya ingin tetap berjualan selepas acara bersih-bersih? Terlebih mengingat toko-toko di Malioboro tetap buka seperti biasa.
Sejauh yang aku dengar, Selasa Wage memang disikapi kalem-kalem saja. Akan tetapi tempo hari, terkait diadakannya Uji Coba Pedestrian, salah satu hotel yang berlokasi di Malioboro mengemukakan keluhan (protes). Begitu pula halnya dengan beberapa pedagang di Pasar Beringharjo. Ah, entahlah. Semoga ke depan semua bisa lebih kondusif.
Baiklah. Jika kalian ingin tahu rute pengalihan jalur lalu lintas saat Uji Coba Pedestrian Malioboro tempo hari, silakan cermati denah di bawah ini. Hayooo, kalian yang tinggal di Jogja ada yang terkena imbasnya atau tidak? Kalau aku sih, jelas terkena. Sepulang dari Malioboro terjebak macet tiada tara di daerah Ngampilan. Hehehe ....
Sumber Gambar: @dishubdiy |
MORAL CERITA:
Awal pelaksanaan sebuah aturan baru selalu diwarnai pro dan kontra. Dan, kita boleh-boleh saja menolak aturan baru tersebut. Namun yang penting, sampaikan penolakan itu dengan santun supaya bisa dicari solusi yang sama-sama bikin nyaman semua pihak. Jangan anarkis!
reresik yang dimaksud ritual dan bersih-bersih sampah nggih
BalasHapusOh, setahu saya malah bersih-bersih sampah saja, saya kurang bgitu ngeh kalau ada ritual-ritual
HapusI like your pics, so great to see different country on pictures, have a lovely day!
BalasHapusThank you for your BW.
Hapuskalau jalur pejalan kaki sedemikian rapi dan luas, anjuran jalan kaki jadi masuk akal. Jogja selalu mantap.
BalasHapusSemoga ke depannya bisa beneran demikian,Mas. Tak sekadar uji coba melulu.
HapusJadi jauh beda. Lebih nyaman, teratur, dan indah.
BalasHapusBetul, wajah Malioboro yang semrawut jadi lebih tenang bin tertata. Namun sayang sekali, ini masih uji coba tiap Selasa Wage... belum tiap hari.
Hapushalo teh, saya ingin pamitan, blog saya kena jigling mas dan setelah saya pertimbangkan jadi saya non aktifkan dulu kolom komentrnya dan semoga aja yang jigling dapat balasan yang setimpal ya,...kudoakan hidupnya enggak pernah berkah,..biarlah mereka menjigling dan biarkan karma mendatangi mereka dan say juga enggak akan bw lagi mungkin dan terima kasih kepada teteh dan teman-teman yang selama ini sudah mau berkomentar di blog saya
BalasHapussaya bukanlah orang yang baik tapi saya akan memberikan yang terbaik, jika mungkin ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan dan hati, selama saya bw saya minta maaf dan saya akan tetap ngeblog
halo, Mas.... lahh... ikut sedih saya, duh semoga Mas Kuanyu bisa segera ngeblog lagi dan BW seperti sediakala. Iya, sama-sama. Saya minta maaf juga bila ada salah kata.
HapusWaahhh, idaman saya banget tuh mau foto-foto di Malioboro saat sepi kayak gitu.
BalasHapusDuh ya, jadi beneran pengen ke Jogja.
Mumpung liburan nih, tapi paksu nggak libur hiks
btw saya setuju banget ama moral ceritanya, perubahan itu sebaiknya ditanggapi dengan bijak :)
Ayo, Mbak. kalau ke Jogja dipaskan saja waktunya...pas bisa Selasa Wage...
Hapusduhh pengen banget ke malioboro, cuman sampai sekarang belum kesampaian
BalasHapusHahaha ...tulisan ini pun jadi memperbesar rasa pinginmu, ya? Baiklah, Kakak. Silakan agendakan ke Jogja, terkhusus Malioboro. Saranku.... lebih baik jangan pas musim liburan. Terlalu padat. Kalau terlalu padat susah untuk bikin foto-foto...dan macet di mana-mana.
HapusMalioboro jadi semakin menarik nih. Btw itu foto2 kok sepi mba. Para pelancong gk keliatan
BalasHapushahaha ...iya, saya sengaja nunggu mereka lewat, baru jepret ....
HapusKerenn... senang melihatnya. Sal pro dan kontra mah biasa saja. Namanya sebuah kebijakan tidak akan menyenangkan semua kalangan. Pasti ada yang merasa dirugikan.
BalasHapusTetapi, kalau memang membawa manfaat bagi kemajuan, seperti ketertiban dan keteraturan, ya dilanjut. Dan, saya lihat yang seperti ini suatu waktu akan terasa hasilnya, dalam bentuk Yogya yang bersih dan nyaman, serta bisa dinikmati oleh semua kalangan.
Aamiin, aamiin, semoga segera terwujud Jogja yang bersih dan nyaman. memang nyaman berulan, tak sekadar slogan.
HapusKelihatan makin bersih
BalasHapusIya, semoga memang selalu bersih pada tiap detiknya.
HapusHmmm tapi Jalan Malioboro itu keliatan 'hidup' banget ya :D
BalasHapusBetuuul, denyutnya penuh dinamika. Hehehehe
HapusMaaf, saya baru berkesempatan singgah di blog ni. Terima kasih kerana sudi comment di blog sy. I'll back soon utk baca dan comment lagi...see ya!
BalasHapusOkay see ya
HapusMaaf, saya baru berkesempatan singgah di blog ni. Terima kasih kerana sudi comment di blog sy. I'll back soon utk baca dan comment lagi...see ya!
BalasHapusThank you
HapusBerarti ada 1 hari tanpa pedagang asongan gitu ya?
BalasHapusSangat mencolok perbedaannya waktu sepi dan rame ya..
iya, betul....tanpa pedagang asongan dan tanpa penjual di emperan toko itu
HapusReresik selasa wage, jadi diadakan tiap 40 hari sekali, lama juga. Ini tradisi sudah dari kpn sih mbak? Btw baru pernah lihat Malioboro sesepi ini
BalasHapusReresik Selasa Wage tiap 35 hari sekali, sejak September 2017. Lalu mulai 18 Juni 2019, ditambahi uji coba pedestrian...pembatasan akses kendaraan bermotor
Hapussekarang malioboro jjadi lebih rapi ya mba?
BalasHapusaku udah lama banget gak berkunjung kesana..
Iya, sedang sibuk pembenahan. Menuju full sebagai jalur pedestrian.
HapusWah saya selalu melewatkan selasa wage... bsk musti njadwalin ngrasain suasana selasa wage...
BalasHapusIyo, Mas. Diingat-ingat. Catet tanggalnya. Itu yang kulakukan sebelum 18 Juni lalu. Lhah wingi-wingi kelalen teruus.
HapusTapi yo kadang pas hari kerja je, jadi pulang kerja pen mampir sudah lelah duluan... hehehe
HapusHahaha.... Yeah, mesti bagaimana lagi? Begitulah takdir yang kadangkala berjalan tak sesuai dg mau kita. Hahaha...
Hapus