RASANYA aku selalu punya cerita pada tiap Idulfitri. Tentu tak melulu cerita tentang mudik dan ketupat. Demikian pula, tak selalu cerita beraroma sukaria.
Jangan lupa. Idulfitri adalah salah satu perkara penting dalam hidup. Sementara dalam hidup ada aneka rupa peristiwa dan rasa. Alhasil cerita Idulfitriku pun bernuansa senang, sedih, dan gabungan keduanya.
Lalu, apa cerita Idulfitriku tahun ini? Hmm. Apa, ya? Seperti biasa, sebenarnya ada beberapa. Namun dalam tulisan ini, aku putuskan untuk menceritakan tentang seremonial shalatnya saja. Yang Alhamdulillah, sejak awal shalat hingga akhir khotbah lancar jaya.
Yeah .... Walaupun isi khotbahnya lumayan bikin aku mengeluh, sih. Haha! *khotbahnya bernuansa politik praktis*
Ah, sudahlah. Anggap saja sang khatib belum bisa move on dari pilpres. Mau bagaimana lagi? Masak harus bangkit dari duduk, kemudian pulang? 'Ntar bubar dong, rangkaian ibadah shalat Idulfitriku. Ya sudahlah. Jamaah mengalah. Hehehe ....
Menurutku, yang paling menarik justru dua pengumuman yang disampaikan sebelum shalat Idulfitri dimulai. Pengumuman pertama, "Jamaah yang punya anggota keluarga tuna rungu dipersilakan mengambil posisi dekat ringin kurung. Di situ telah disediakan alat khusus supaya si tuna rungu bisa menangkap isi khotbah Idulfitri."
Subhanallah. Alhamdulillah. Tahun lalu tak ada pengumuman seperti ini. Semoga tahun depan dan tahun-tahun berikutnya akan selalu ada.
Jangan lupa. Idulfitri adalah salah satu perkara penting dalam hidup. Sementara dalam hidup ada aneka rupa peristiwa dan rasa. Alhasil cerita Idulfitriku pun bernuansa senang, sedih, dan gabungan keduanya.
Lalu, apa cerita Idulfitriku tahun ini? Hmm. Apa, ya? Seperti biasa, sebenarnya ada beberapa. Namun dalam tulisan ini, aku putuskan untuk menceritakan tentang seremonial shalatnya saja. Yang Alhamdulillah, sejak awal shalat hingga akhir khotbah lancar jaya.
Yeah .... Walaupun isi khotbahnya lumayan bikin aku mengeluh, sih. Haha! *khotbahnya bernuansa politik praktis*
Ah, sudahlah. Anggap saja sang khatib belum bisa move on dari pilpres. Mau bagaimana lagi? Masak harus bangkit dari duduk, kemudian pulang? 'Ntar bubar dong, rangkaian ibadah shalat Idulfitriku. Ya sudahlah. Jamaah mengalah. Hehehe ....
Menurutku, yang paling menarik justru dua pengumuman yang disampaikan sebelum shalat Idulfitri dimulai. Pengumuman pertama, "Jamaah yang punya anggota keluarga tuna rungu dipersilakan mengambil posisi dekat ringin kurung. Di situ telah disediakan alat khusus supaya si tuna rungu bisa menangkap isi khotbah Idulfitri."
Subhanallah. Alhamdulillah. Tahun lalu tak ada pengumuman seperti ini. Semoga tahun depan dan tahun-tahun berikutnya akan selalu ada.
Pengumuman berikutnya, "Jamaah yang memakai koran sebagai alas shalat dimohon mengumpulkan koran bekasnya di pinggir lapangan. Atau, di tempat-tempat yang telah disediakan."
Tahun lalu ada pengumuman begitu. Semoga sampai kapan pun akan selalu ada. Kedengarannya mungkin sepele. Cuma imbauan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Namun, jangan salah. Buang sampah pada tempatnya itu susah, lho. Buktinya masih banyak yang bandel. Yang tidak patuh imbauan. Padahal, tidak buang sampah sembarangan adalah sikap yang keren.
Tahun lalu ada pengumuman begitu. Semoga sampai kapan pun akan selalu ada. Kedengarannya mungkin sepele. Cuma imbauan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Namun, jangan salah. Buang sampah pada tempatnya itu susah, lho. Buktinya masih banyak yang bandel. Yang tidak patuh imbauan. Padahal, tidak buang sampah sembarangan adalah sikap yang keren.
Mereka dan koran bekas |
Koran bekas di bibir trotoar |
Sampah petasan alias sisa mercon |
Demikianlah cerita Idulfitriku kali ini. Semoga berguna dan bisa menginspirasi kalian. Apa pun bentuk dari inspirasinya. Sebagai pelengkap, kalian bisa pula membaca tulisan lamaku ini "Sampah Idulfitri".
MORAL CERITA:
Dalam tiap momen apa pun selalu ada cerita yang bisa ditulis.
Selamat hari lebaran mbak...
BalasHapusSeneng bisa ketemu lebaran lagi. Saya mah solat Ied bukannya tenang tapi malah celingak-celinguk nyariin keponakan yang lari ke sana-ke mari -___-'
Hahaha ... Iya, gawat kalau si bocah sampai hilang di tengah kerumunan massa.
HapusYoiii, selamat lebaran juga...
Mohon Maaf Lahir dan Bathin :)
BalasHapusMoon maaf lahir batin juga
Hapusslmt lebaran
BalasHapusOK. Selamat lebaran juga
HapusWaw sisa petasan nya
BalasHapus#barulihat ����
Maaf lahir dan batin ya ����
Iya, Mbaak. Sisa petasannya emejing.
HapusMohon maaf lahir batin juga.
Foto koran-koran bekas sholad Ied bagus banget. Mencerminkan bahwa rupanya masih banyak orang yang gemar buang sampah sembarangan di Indonesia.
BalasHapusHahaha.. tapi yah begitulah kebanyakan orang Indonesia.
Untungnya, mesjid di tempat saya sudah berubah. Lebih ramah lingkungan . Mereka menyediakan terpal sebagai alas, jadi, para jemaah tidak lagi membawa koran. Mereka cukup menggelar sajadah di atas terpalnya.
Butuh modal memang, tetapi demi kebaikan bersama.
Iya, ya? Mestinya kebandelan jamaah langsung dihadang dengan kebijakan terpal. Hahaha!
HapusIha banyak yang viral juga khotbah lebaran ko pplitik kan ga nyambung
BalasHapusNaah, itulaah. Banyak khatib yang belum bisa move on dari situasi pilpres pileg hehehe....
HapusMohon maaf lahir dan batin mba, waduh itu sampah petasannya banyak amat ya, sayangnya di daerah tempat saya solat ied tidak ada imbauan seperti itu, jadi koran bekas tetap berceceran dimana mana.
BalasHapusMohon maaf lahir batin juga, ya. Iya tuh, sampah petasannya modal-madul. BTW tentang sampah koran bekas, diingatkan saja banyak yang bandel.... Apalagi enggak diingatkan... Hihihi...
HapusSelamat lebaran mba. Keren panitianya menyediakan sarana ut disabilitas
BalasHapusIya. Alhamdulillah.
HapusSelamat Lebaran juga, ya.
He, ini Adiba ya
BalasHapusAstagaaa... Malah salah kamar pula komentarku ini. Haha!
Hapusterlalu berantakan ya :) ga enak dipandang abs solat nya
BalasHapusBetul, malah kurang mencerminkan nilai religiusitas
Hapus