"Keren Tanpa Narkoba" semoga tak sekadar slogan |
TEPAT pada tanggal 7 Oktober 2019 Yogyakarta genap berusia 263 tahun. Wow! Kotaku makin berumur saja, ya. Sungguh tak terasa waktu berlalu menggerus usianya. Idem ditto dengan kalian dan aku. Haha!
Namun, jangan salah. Meskipun sudah berusia hampir 3 abad, makin hari Yogyakarta justru makin kinclong. Upaya revitalisasi yang giat dilakukan tahun-tahun belakangan ini mulai menampakkan hasil. Terutama di kawasan Sumbu Filosofi.
Iya. Kondisi Titik Nol dan sekitarnya kian menawan. Onde-onde marmer dan bangku kayu di seputaran situ juga ditambah jumlahnya. Alhasil, makin terfasilitasilah hasrat nongkrong orang-orang.
Demikianlah adanya. Sejauh pengamatanku, kaum wisatawan (dan penduduk lokal yang gemar pelesiran) memang dimanjakan betul oleh pemkot Yogyakarta. Ibarat kata, tiap hari selalu disediakan spot baru untuk berlibur.
Maka wajar kalau kemudian Yogyakarta tak ada sepinya. Entah musim liburan atau tidak, rombongan wisatawan dari luar kota/luar negeri selalu ada. Hingga tengah malam pun Yogyakarta tak kunjung senyap. Terlebih di kawasan Tugu Pal Putih dan Titik Nol.
Singkat cerita, sisi indah Yogyakarta memang penuh pesona. Tampak oke semua. Membuat siapa pun rentan untuk memproduksi kenangan. Membuat kangen siapa saja yang pernah terlibat dengannya.
Akan tetapi sebagai warga ber-KTP Kodya Yogyakarta, masih ada beberapa hal yang kulihat kurang oke. Terutama untuk perkara-perkara yang undercover semacam penyalahgunaan narkoba dan kejahatan jalanan (klitih).
Apa boleh buat? Di balik geliat cantik Yogyakarta dalam bidang pariwisata, narkoba dan klitih rupanya juga ikut menggeliat. Belum lagi adanya kasus-kasus asusila dan intoleransi. Baik yang terdeteksi maupun tidak.
Aku yakin bahwa pihak berwenang telah semaksimal mungkin mengatasi problema yang ada. Hanya saja, tiap warga Yogyakarta mestinya juga tahu diri. Mau ikut membantu menciptakan Yogyakarta yang lebih baik.
Kalau belum mampu berkontribusi dalam hal positif, minimal tidak bikin onar. Yoiii. Mari kita berusaha menjadi warga yang tahu diri. Bukankah Yogyakarta pun telah berusaha membahagiakan kita sebagai warganya?
Selamat ber-HUT ke-263, Yogyakarta tercinta!
Namun, jangan salah. Meskipun sudah berusia hampir 3 abad, makin hari Yogyakarta justru makin kinclong. Upaya revitalisasi yang giat dilakukan tahun-tahun belakangan ini mulai menampakkan hasil. Terutama di kawasan Sumbu Filosofi.
Iya. Kondisi Titik Nol dan sekitarnya kian menawan. Onde-onde marmer dan bangku kayu di seputaran situ juga ditambah jumlahnya. Alhasil, makin terfasilitasilah hasrat nongkrong orang-orang.
Demikianlah adanya. Sejauh pengamatanku, kaum wisatawan (dan penduduk lokal yang gemar pelesiran) memang dimanjakan betul oleh pemkot Yogyakarta. Ibarat kata, tiap hari selalu disediakan spot baru untuk berlibur.
Maka wajar kalau kemudian Yogyakarta tak ada sepinya. Entah musim liburan atau tidak, rombongan wisatawan dari luar kota/luar negeri selalu ada. Hingga tengah malam pun Yogyakarta tak kunjung senyap. Terlebih di kawasan Tugu Pal Putih dan Titik Nol.
Singkat cerita, sisi indah Yogyakarta memang penuh pesona. Tampak oke semua. Membuat siapa pun rentan untuk memproduksi kenangan. Membuat kangen siapa saja yang pernah terlibat dengannya.
Akan tetapi sebagai warga ber-KTP Kodya Yogyakarta, masih ada beberapa hal yang kulihat kurang oke. Terutama untuk perkara-perkara yang undercover semacam penyalahgunaan narkoba dan kejahatan jalanan (klitih).
Apa boleh buat? Di balik geliat cantik Yogyakarta dalam bidang pariwisata, narkoba dan klitih rupanya juga ikut menggeliat. Belum lagi adanya kasus-kasus asusila dan intoleransi. Baik yang terdeteksi maupun tidak.
Aku yakin bahwa pihak berwenang telah semaksimal mungkin mengatasi problema yang ada. Hanya saja, tiap warga Yogyakarta mestinya juga tahu diri. Mau ikut membantu menciptakan Yogyakarta yang lebih baik.
Kalau belum mampu berkontribusi dalam hal positif, minimal tidak bikin onar. Yoiii. Mari kita berusaha menjadi warga yang tahu diri. Bukankah Yogyakarta pun telah berusaha membahagiakan kita sebagai warganya?
Selamat ber-HUT ke-263, Yogyakarta tercinta!
Selamat Ulang Tahun Yogyakarta, semoga makin kinclong dan jauh dari narkoba.
BalasHapusSemogaaa. Aamiin. Tengkiyuu.
HapusSelamat ulang tahun buat yogyakarta yang ke 263, semoga yogya makin maju, dan maju dari tahun ke tahun. Amin
BalasHapusTengkiyu, tengkiyu.
HapusHappy birthday Yogyakarta!
BalasHapusYuhuuu. Makasiihh. Tapinya kapan Kakak ke Jogja? Hehehe ...
HapusSelamat ulang tahun Jogja. Tahun baru kemarin di joga dan terus kepincut dengan keberagaman jogja
BalasHapusTengkiyuu. Waaaw, ayo tahun baru 2020 ke Yogya lagiii. Hehehe...
HapusPingin sekali bu. Tapi sepertinya harus di tunda, tapi pasti akan kembali ke jogja
HapusYup, yup. Semangaat. Yogya selalu sabar menunggu. Hehehe ..
HapusSemoga Yogyakarta makin jaya & maju ya Bu. Kejahatan jalanan harus diminimalisir, karena bikin citra pariwisata Yogya kurang baik. Juga harga kuliner di Malioboro harus lebih terjangkau hehe...
BalasHapusOiyaa, harga kuliner di Malioboro masih belum oke yaaa. Hahaha.. Maafkeeun.
HapusIya tuh, sama teman2 yang org YK aja kalo mau nyari makan diajak keluar dari Malioboro
HapusBener bangeeet, Bang. Aku lho paling males beli makan pecel di Paaar Beringharjo atau lesehan di Malioboronya. Mihiil.
HapusWah gilax, Yogya udah lebih dari 2 abad!
BalasHapusMoga segala hal hal negatf yang ada di Yogya bisa lekas hilang :v
Iyaaa, menuju 3 abad malaah... Aamiin, semoga segera terkikia yang negatif-negatif ituuh.
Hapusbaru dapat kesempatan sekali ke kota ini. ingin kesini lagi
BalasHapusBoleh bangeet ke sini lagiii, paastilah ada yang baruu.
Hapusselamat ulang tahun Yogyakarta!
BalasHapusbila agaknya saya ada rezeki untuk sampai di sini...
Kudoakan secepatnya.
HapusWah selamat ulang tahun Jogja, kota yang selalu ngangenin, semua2nya ngangenin, kulinernya, tempat wisatanya, masyarakatnya, ahh kangen pengen ke jogja lagi
BalasHapusHahaha .... Ternyata Yogyakarta memang terbuat dari rindu. Hihihi...
Hapus