BEBERAPA waktu lalu aku berkesempatan mengunjungi Plunyon yang berada di Kalikuning. Iya, betul. Plunyon yang sedang mulai viral itu. Yang dikelola oleh TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi).
Gerbang masuk sekaligus tempat beli tiket |
Ada apa di Plunyon?
Secara umum di Plunyon ada beraneka tanaman. Baik yang berupa pepohonan, bebungaan, rerumputan, maupun sesemakan. Yang 99,9% tak kutahu namanya. Namun dari informasi yang diberikan oleh Mbak Pengendali Ekosistem, aku ingat beberapa namanya. Antara lain pinus, puspa, kantung semar, rasamala, dan kolonjono. Aku cuma ingat namanya sih, tanpa paham wujudnya yang mana. Hahaha! Maafkan aku yang fakir ilmu botani.
Selain itu, ada pula sungai dan bangunan irigasi. Yang saat ini, tatkala kemarau melanda berkepanjangan, debit airnya rendah. Semoga hujan segera turun dengan konsisten. Sebagaimana laiknya hujan pada musim penghujan. Aamiin.
Lalu, ada apa lagi? Pemandangan alam yang indah dan asri, dong. Plus kicau burung yang bersarang di pohon-pohon mati. Namun sayang sekali, aku tak melihat wujud burungnya. Hanya kerap mendengarkan kicauannya. Konon kalau beruntung, kita bisa pula melihat elang jawa.
Tentang pohon-pohon mati itu, mungkin kalian bertanya-tanya penyebabnya. Mengapa mati? Hmm. Lupakah kalian? Saat Merapi muntah 'kan wilayah Plunyon terdampak? Ya semua jadi terbakar lahar panas. Alhasil, matilah segala rasa yang ada, eeeh ... tanaman yang ada.
O, ya. Pihak pengelola telah berupaya maksimal untuk mengajak pengunjung menjaga lingkungan. Terbukti ada sebuah papan pengumuman yang mencolok mata. Yang isinya imbauan agar tidak sembarangan membuang sampah. Faktanya? Kulihat masih ada sampah berceceran. Padahal, di banyak titik tersedia tempat sampah yang berpasangan. Yakni tempat sampah organik dan tempat sampah nonorganik.
Secara umum di Plunyon ada beraneka tanaman. Baik yang berupa pepohonan, bebungaan, rerumputan, maupun sesemakan. Yang 99,9% tak kutahu namanya. Namun dari informasi yang diberikan oleh Mbak Pengendali Ekosistem, aku ingat beberapa namanya. Antara lain pinus, puspa, kantung semar, rasamala, dan kolonjono. Aku cuma ingat namanya sih, tanpa paham wujudnya yang mana. Hahaha! Maafkan aku yang fakir ilmu botani.
Selain itu, ada pula sungai dan bangunan irigasi. Yang saat ini, tatkala kemarau melanda berkepanjangan, debit airnya rendah. Semoga hujan segera turun dengan konsisten. Sebagaimana laiknya hujan pada musim penghujan. Aamiin.
Lalu, ada apa lagi? Pemandangan alam yang indah dan asri, dong. Plus kicau burung yang bersarang di pohon-pohon mati. Namun sayang sekali, aku tak melihat wujud burungnya. Hanya kerap mendengarkan kicauannya. Konon kalau beruntung, kita bisa pula melihat elang jawa.
Tentang pohon-pohon mati itu, mungkin kalian bertanya-tanya penyebabnya. Mengapa mati? Hmm. Lupakah kalian? Saat Merapi muntah 'kan wilayah Plunyon terdampak? Ya semua jadi terbakar lahar panas. Alhasil, matilah segala rasa yang ada, eeeh ... tanaman yang ada.
O, ya. Pihak pengelola telah berupaya maksimal untuk mengajak pengunjung menjaga lingkungan. Terbukti ada sebuah papan pengumuman yang mencolok mata. Yang isinya imbauan agar tidak sembarangan membuang sampah. Faktanya? Kulihat masih ada sampah berceceran. Padahal, di banyak titik tersedia tempat sampah yang berpasangan. Yakni tempat sampah organik dan tempat sampah nonorganik.
Peringatan untuk tidak sembarangan membuang sampah |
Sejauh mata memandang .... |
Merapinya sedang tertutup awan |
Plunyon itu berlokasi dekat Merapi. Maka sebenarnya, kalau beruntung, kita bisa menikmati kegagahan dan keanggunan Merapi dari Plunyon. Akan tetapi, kami tempo hari kurang beruntung. Merapi tak terlihat jelas.
Jaminan Keamanan dan Fasilitas
Tak usah khawatir untuk mengajak keluarga liburan di sini. Insyaallah rute dan fasilitasnya aman. Bagi anak-anak pun, panjang rute tak terlalu melelahkan. Apalagi bagi orang dewasa. Ringaaan. Tak ada 2 kilometer, lho. Hehehe ....
Begitulah adanya. Sejauh berhati-hati dan patuh pada aturan, niscaya tak bakalan celaka. Silakan cermati dua papan peringatan berikut. Tak rumit 'kan instruksinya? Asalkan patuh, liburan kalian dijamin bakalan baik-baik saja.
Jaminan Keamanan dan Fasilitas
Tak usah khawatir untuk mengajak keluarga liburan di sini. Insyaallah rute dan fasilitasnya aman. Bagi anak-anak pun, panjang rute tak terlalu melelahkan. Apalagi bagi orang dewasa. Ringaaan. Tak ada 2 kilometer, lho. Hehehe ....
Begitulah adanya. Sejauh berhati-hati dan patuh pada aturan, niscaya tak bakalan celaka. Silakan cermati dua papan peringatan berikut. Tak rumit 'kan instruksinya? Asalkan patuh, liburan kalian dijamin bakalan baik-baik saja.
Jalur Evakuasi |
Tak perlu khawatir pula bila terserang HIV (Hasrat Ingin Vivis) selama berada di Plunyon. Ada toiletnya, kok. Maka tak usah nahan-nahan HIV. Kalau mengompol malah berabe. Bagaimana dengan area parkir? Don't worry be happy. Area parkirnya luas dan aman.
Ikon Plunyon
Kalau ke Plunyon jangan lupa berfoto-foto di jembatan legendarisnya. Ikon Plunyon 'kan jembatan itu. Setelahnya kalian wajib berfoto atau memfoto bagian bawah jembatan. Iya, kuwajibkan. Sebab kata kawanku yang Sarjana Teknil Sipil, konstruksi bawah jembatan yang modelnya seperti itu sudah langka.
Spot yang menjadi ikon Plunyon |
Grafiti Liar
Eksistensi grafiti liar ternyata juga merambah kawasan Plunyon. Hmm. Kalau sekalian dibikin mural yang indah sih, malah artistik. Tapi yang tergrafitikan pada tembok-tembok saluran irigasi itu, kupikir enggak ada sisi artistiknya sama sekali. Iya toh?
Yang paling nyebelin adalah grafiti yang ditimpakan di atas tulisan penanda. Aku yang ingin mengetahui keterangan yang tercantum di situ jadi kecewa, deh. Grafiti liar, oh, grafiti liar. Mengapa eksistensimu sebegitu amat, sih?
Coretan liar |
Coretan liar yang menutupi tulisan aslinya |
Penyusutan air dan coretan liar |
Spot Kekinian
Sesuai dengan dinamika zaman, Plunyon pun berbenah diri. Kini di Plunyon ada Canopy Trail, gubuk tempat rehat bila capek jalan, ada pula area untuk camping, dan tempat duduk melingkar yang keren. Bisa banget kalau melukis, menulis, atau membaca buku di situ. Baik sendirian, berduaan, maupun ramai-ramai dengan kawan sekomunitas.
Sesuai dengan dinamika zaman, Plunyon pun berbenah diri. Kini di Plunyon ada Canopy Trail, gubuk tempat rehat bila capek jalan, ada pula area untuk camping, dan tempat duduk melingkar yang keren. Bisa banget kalau melukis, menulis, atau membaca buku di situ. Baik sendirian, berduaan, maupun ramai-ramai dengan kawan sekomunitas.
Semacam gubug untuk rehat |
Canopy Trail |
Maafkan aku yang duduk di meja |
O, ya. Canopy Trail kurang lebih dibuat 5 meter di atas permukaan tanah. Jadi, aku tidak merasa ngeri karenanya. Namun, salah satu jalur Canopy Trail kurasakan terlalu hebat goyangannya. Sampai-sampai aku sempat mengimajinasikannya runtuh. Hiiii .... Ini sungguh imajinasi yang tak senonoh.
Sudahlah. Langsung datang saja ke sini. Segera saja nikmati sensasinya. Berfotolah sepuasnya dengan gaya seaneh-anehnya. Bebas, asalkan tetap sopan. Oke?
Sudahlah. Langsung datang saja ke sini. Segera saja nikmati sensasinya. Berfotolah sepuasnya dengan gaya seaneh-anehnya. Bebas, asalkan tetap sopan. Oke?
Hmm .... |
Bergaya di Canopy Trail |
HTM dan Jam Kunjungan
HTM ke Plunyon murah sekali. Tak sebanding dengan kesegaran udara lereng Merapi yang kita hirup. Tak sebanding pula dengan ratusan foto kece yang dapat kita buat di situ. Jadi, HTM-nya berapa? Cukup Rp. 10.000,00/orang.
Bagaimana dengan jam kunjungnya? Seperti orang kerja, dong. Sejak pukul 08.00 WIB-16.00 WIB. Tentu lain perkara kalau izin berkemah di situ.
Baiklah. Sekian saja liputan santuy tentang Plunyon ini. Semoga bermanfaat bagi kalian. Tak usah takut tersesat untuk menuju hatiku, eh, menuju Plunyon. Googling saja cara menuju ke lokasinya. Oke?
MORAL CERITA:
Ayo berwisata alam di Plunyon Kalikuning, lereng Merapi.
HTM ke Plunyon murah sekali. Tak sebanding dengan kesegaran udara lereng Merapi yang kita hirup. Tak sebanding pula dengan ratusan foto kece yang dapat kita buat di situ. Jadi, HTM-nya berapa? Cukup Rp. 10.000,00/orang.
Bagaimana dengan jam kunjungnya? Seperti orang kerja, dong. Sejak pukul 08.00 WIB-16.00 WIB. Tentu lain perkara kalau izin berkemah di situ.
Baiklah. Sekian saja liputan santuy tentang Plunyon ini. Semoga bermanfaat bagi kalian. Tak usah takut tersesat untuk menuju hatiku, eh, menuju Plunyon. Googling saja cara menuju ke lokasinya. Oke?
MORAL CERITA:
Ayo berwisata alam di Plunyon Kalikuning, lereng Merapi.
Aku udah lamaaaa banget nggak kesini. Seneng aku MB, tempat2 kayak gini...hijau, seger....
BalasHapusPernah dulu rame2 kesini sama tmn2 seangkatan kuliah...
Paling klo aku ke Plunyon, trus jadi nostalgia...��
Huahahaha.... Yo ayo, nostalgia. Sudah betubah juga kaan.
HapusDuh mba kalo duduk di meja ntar dikira cemilan lo hehehe
BalasHapusHuahahaha..... Bener juga....
Hapusbtw asih buat ngajak anak-anak niih karena wisata alam. Bisa melatih otot mereka
HapusBenarcbanget, Maa. Bisa sekalian untuk olahraga kok ini. Bakar lemak tipis-tipis. Hahaha!
HapusMbak, fotonya gak kalah yah sama yang masih muda-muda
BalasHapusWkwkwkwk
Huahahahaha.... Iyaaa, dooong. Mumpung maaih sanggup bergaya. Hahahaha....
HapusMba, aku baru tahu kalau plunyon tu baru viral.. Ke mana saja ya aku? Semenjak merapi meletus jarang aku nengokin kaliurang.. Ini tempat wisata baru?
BalasHapusBukan baru. Lama, tapi pasca terdampak erupsi ada perbaikan sana sini. Plus ditambahi spot kwkinian. Cek saja IG. Cari hashtag "Plunyon".
HapusBagus sportsnya mbak,untuk berfoto" cocok apalagi bisa ambil Angel merapinya keren mbak
BalasHapusIya, klo Merapinya pas kelihatan bagus bangeeet. Tapi pas aku ke situ, pas gak keliatan. Harus kunjungan ulang deh sepertinya hehehehe.....
HapusWaahh murmerrrr!
BalasHapusBtw, dari semuanya, saya paling suka konstruksi jembatannya.
Jadul dan unik tuh Mba :D
Iya, Mbaaak. Murmer dan menyehatkan. Oiya. Kontruksi jembatannya memang jadi favorit.
HapusAku pernah trauma dengan toilet di tempat wisata alam. Mudah-mudahan disini nggak ya. Jadi bisa tenang menumpahkan hasrat kebelet...
BalasHapusWeiiih, jadi kepo sayaaa, Trauma cemmanaa, Mbaaakk?
HapusPlunyon cantik banget ya... Itu garafiti sudah mirip moral lho tinggal disempurnakan.
BalasHapusAlhamdulillah, Plunyonnya bantiiik. Soal grafitinya .... itu diaaa...kalau sekalian dijadikan mural malah bagus.
HapusKantong semar nya masih ada ga? Itu canopi trailnya bagus kayak yg di situgunung heheh
BalasHapusKantong semar masih ada meskipun jarang kulihat kmaren. Bisa jadi sebab aku yang kurang paham tanaman juga sihhh
HapusWah kawasan wisata yang menarik mbak. Aku belum sempat ke sini. Kalo berkemah di sini juga bisa? Bayar berapa?
BalasHapusMari ke sini.... bisa kemah tapi kalau pesertanya sedikit takut juga sihh...dikelilingi pihin..hehehehe...
HapusWahhh Seruuu bangettt mbakkk, nampak adem, hijau-hijau gt yaa
BalasHapusYuhuuuu. iyaa... penyegaran mata dan jiwa.
HapusKemarin pas mbak Tinbe main ke sini aku diwasap Mbak Titin suruh nyusul. Sayangnya lagi hectic banget. Terus dipameri fotonya. Terakhir main ke Plunyon belum sekeren ini. Jadi pengen balik lagi euy.
BalasHapusHahaha ...iya, itu sebetulnya sama Akhi Haruni juga ....
HapusDuh salut. Bunda Yang satu ini aktifnya minta ampun. Dolan terus gaweane 😎 Plunyin tuh berati sejenis taman wisata gitu yaa yang menyimpan aneka macam pepohonan.
BalasHapusEalahhh, aktifnya minta ampun gimana sihh? Hahahaha ....Aselinya kurang kerjaan...dududu....
HapusBuka setiap hari kah Mbak? Kayaknya asyik bawa keluarga ke sana kalau treknya enggak terlalu jauh. Bawa anak balita soale
BalasHapusYoiii, bawa anak balita aman asalkan tetap digandeng agar tak manjat-manjat tepian jembatan...
HapusDuluuuu lebih dari 15 tahun yang lalu aku suka main kesitu. Maklumlah tempat tinggalku enggak terlalu jauh dari situ. Pengin ahhh kesitu lagi ajak anak-anak :)
BalasHapuseaalahhh, aseli situ tho Mbak Win?
HapusBeginilah orang kreatuf, semua bisa diberdaya gunakan kembali. Mengangkat wisata alam sembari menambah income penduduk sekitar
BalasHapusBetul. Kiranya nilai kreativitas inilah yang wajib selalu kita kembangkan, dimulai dari bangku sekolah sejak dini, demi peningkatan kesejahteraan. Orang kreatif 'kan mampu untuk survive.
HapusWisata lereng merapi sepertinya perlu dipromosikan lagi, biar semakin banyak yang berkunjung.
BalasHapusiya, tentu plus diedukasi untuk jaga kebersihannya ....
HapusBanyak coretan-coretannya ya kak, padahal pemandangannya bagus
BalasHapusnah, ituuu dia yang bikin kurang ajib...
HapusYa ampun pemandangannya.. kerennn... jadi pengen ke sana :D.
BalasHapusMari ke Jogja. Tapi sebaiknya jangan saat libur panjang. Maceeet.
Hapus