APA kabar Sobat Pikiran Positif?
Selamat Hari Raya Idulfitri 1441 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin. Taqobalallahu minna waminkum.
Tak terasa, ya? Deretan hari-hari dalam Ramadan telah tuntas. Lebaran pun, pada hari ini, telah menginjak hari ketiga. Alangkah cepat waktu melaju!
Yeah ....
Sebagaimana kita mafhum, Ramadan dan Lebaran kali ini sungguh berbeda nuansa. Jauh dari ingar-bingar keduniawian. *Semoga saja memang begitu. *
Biasanya selama Ramadan, masjid-masjid semarak. Sejak lepas Asar hingga jelang Subuh. Ada pengajian jelang buka puasa, yang tentunya dilanjutkan dengan buka bersama. Ada tarawih bersama di mushala-mushala dan masjid-masjid. Ada tadarusan beramai-ramai.
Lalu, ada takbiran di mana-mana. Baik di masjid dan mushala maupun takbir keliling. Pagi harinya umat Islam ramai-ramai pergi ke lapangan atau masjid, untuk melakukan shalat Id bersama.
Hmm. Namun tahun ini, semua kesemarakan tersebut nyaris tak ada. Ada imbauan untuk beribadah dari rumah. Tarawih di rumah. Shalat Id pun di rumah. Bahkan, aku pun tak mudik dan tak makan ketupat opor. Hehehe .... *Malah curhat. *
Iya. Begitulah Lebaran Covid-19 yang mesti kita jalani pada tahun 1441 Hijriah. Bertepatan dengan tahun 2020 Masehi. Lumayan menerbitkan kesan dan perasaan yang nano-nano, sih. Ada sedihnya, ada hikmahnya. Pokoknya komplet.
Baiklah. Apa pun itu, semoga kita senantiasa ikhlas, sehat, dan bahagia. Biarlah si Covid-19 terus menghantui hari-hari kita. Tetap tenanglah. Kita senyumin dan kedipin aja. Ajak berdamai sajalah.
Eit, eit, eit! Jangan buru-buru salah paham. Berdamai dengan Covid-19 itu tidak berarti menyerah kalah kepadanya, lho. BIG NO!
Lalu berarti apa, dong? Begini. Berdamai dengan Covid-19 = beradaptasi dengan pola hidup baru. Yakni pola hidup baru terkait dengan eksistensi si Covid-19 tersebut. Dengan kata lain, kita mesti mempertangguh kesehatan diri supaya tidak diintimidasi olehnya. Tidak kalah eksis darinya. Begituuuh.
Kiranya sekian saja ocehanku tentang Lebaran Covid-19 ini. Semoga bisa menghibur dan ada faedahnya dunia akhirat. Stay safe, stay healthy.
MORAL CERITA:
Mari bersiap menyambut era new normal.
Selamat Hari Raya Idulfitri 1441 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin. Taqobalallahu minna waminkum.
Tak terasa, ya? Deretan hari-hari dalam Ramadan telah tuntas. Lebaran pun, pada hari ini, telah menginjak hari ketiga. Alangkah cepat waktu melaju!
Yeah ....
Sebagaimana kita mafhum, Ramadan dan Lebaran kali ini sungguh berbeda nuansa. Jauh dari ingar-bingar keduniawian. *Semoga saja memang begitu. *
Biasanya selama Ramadan, masjid-masjid semarak. Sejak lepas Asar hingga jelang Subuh. Ada pengajian jelang buka puasa, yang tentunya dilanjutkan dengan buka bersama. Ada tarawih bersama di mushala-mushala dan masjid-masjid. Ada tadarusan beramai-ramai.
Lalu, ada takbiran di mana-mana. Baik di masjid dan mushala maupun takbir keliling. Pagi harinya umat Islam ramai-ramai pergi ke lapangan atau masjid, untuk melakukan shalat Id bersama.
Hmm. Namun tahun ini, semua kesemarakan tersebut nyaris tak ada. Ada imbauan untuk beribadah dari rumah. Tarawih di rumah. Shalat Id pun di rumah. Bahkan, aku pun tak mudik dan tak makan ketupat opor. Hehehe .... *Malah curhat. *
Iya. Begitulah Lebaran Covid-19 yang mesti kita jalani pada tahun 1441 Hijriah. Bertepatan dengan tahun 2020 Masehi. Lumayan menerbitkan kesan dan perasaan yang nano-nano, sih. Ada sedihnya, ada hikmahnya. Pokoknya komplet.
Baiklah. Apa pun itu, semoga kita senantiasa ikhlas, sehat, dan bahagia. Biarlah si Covid-19 terus menghantui hari-hari kita. Tetap tenanglah. Kita senyumin dan kedipin aja. Ajak berdamai sajalah.
Eit, eit, eit! Jangan buru-buru salah paham. Berdamai dengan Covid-19 itu tidak berarti menyerah kalah kepadanya, lho. BIG NO!
Lalu berarti apa, dong? Begini. Berdamai dengan Covid-19 = beradaptasi dengan pola hidup baru. Yakni pola hidup baru terkait dengan eksistensi si Covid-19 tersebut. Dengan kata lain, kita mesti mempertangguh kesehatan diri supaya tidak diintimidasi olehnya. Tidak kalah eksis darinya. Begituuuh.
Kiranya sekian saja ocehanku tentang Lebaran Covid-19 ini. Semoga bisa menghibur dan ada faedahnya dunia akhirat. Stay safe, stay healthy.
MORAL CERITA:
Mari bersiap menyambut era new normal.
Sebelum si Covid-19 eksis, kampung Kauman ini selalu meriah saat jelang berbuka puasa |
kalo di kota saya masih ada sholat terawih n ied mbak, tp saya sendiri ga pergi terawih ke mesjid.
BalasHapussaya juga ga pulang kampung, tahun ini bener2 berbeda lebarannya
Oh bgitu, ya? Tergantung kondisi lingkungan masjidnya mungkin. Masjid dekatku kan masjid gede. Jamaah dari mana-mana.
Hapustidak apa mba, yang penting kita masih diberi sehat alhamdulillah.
BalasHapusIya, Alhamdulillah.
HapusLebih baik mencegah daripada tertular kan, kak ..
BalasHapusLebih baik hindari dan jauhi keramian dulu.
Iya, Mas, memang bgitu. Aturan agama pun serupa itu.
HapusMohon maaf lahir bathin mbak.
BalasHapusIya, kita mesti beradaptasi dengan segala sesuatu yang mengalami perubahan gegara covid-19 ini, social distancing mesti teteup diberlakukan..
Mohon maaf lair batin juga, ya.
HapusIya, betuul. Kita wajib beradaptasi.
Mohon maaf lahir batin mbak. Maaf telat ucapannya.
BalasHapusMemang lebaran kemarin terasa beda sekali nggak seperti tahun-tahin sebelumnya.
Mau nggak mau kita harus sabar hidup dalam pandemi yang entah sampai kapan berakhirnya.
Harus mematuhi protokol kesehatan.
Setelah PSBB kita hidup dalam New Normal semoga kehidupan bisa pulih seperti dulu lagi.
Sama-sama, mohon maaf lahir batin juga.
HapusIya. Ntar di kehidupan new normal, kita bakalan gak bisa sama persis dg yang lalu
Lebaran tahun ini, di komplek perumahanku, warga tetap sholat di masjid, mbak. Cuma sholat tarawih ya di rumah masing-masing. Aku dan keluarga sholat di rumah aja. Kata papa saya, ada hikmahnya juga psbb karena kami yang dulunya biasa sibuk bgt sama kegiatan masing-masing, sekarang di rumah terus dan banyak menghabiskan waktu bersama.
BalasHapusTeruuuusss, abis sholat ied, biasa anak-anak suka ngider ke rumah-rumah, mbak... minta duit lebaran, hahaha. Biasanya dateng sama orang tuanya. Yang dateng sih biasa bukan dari komplek rumah sini... enggak tau juga sih dari mana.
Bukan maksudnya nggak dibukain pintu.. tapi lagi cari sarung tangan sama masker. Eh, gak tau mungkin mereka berprasangka buruk karena lama bukanya, gerbang rumahku digedor-gedor, digoyang-goyangin gitu mbak, kaya yang demo depan gedung DPR. Buset...!
Orang lagi nyari sarung tangan sama masker... keburu pikiran jelek dulu sih dikira nggak mau ngasih apa gimana auk deh. Isssh.
Kalo waktu itu aku bikin video, bakalan viral tuh😑
waaahhh ..... brutal juga ya mereka ....heheehe... ouya, benar juga tuh kata papa kamu, pandemi ini tetap ada hikmahnya juga...psbbb malah bisa bikin kluarga lebih sering ngumpul...
HapusKayaknya di banyak daerah semua normal saja .. Hahaha.. soalnya banyak yang ga pake masker, tetap makan berkerumun, dan sejenisnya.
BalasHapus#candayah
Memang tahun ini terasa berbeda semua. Tapi bukankah setiap tahun juga berbeda? Bukankah setiap hari ada new normal dalam kehidupan kita?
Dan kita, manusia akan selalu dituntut menyesuaikan dengan yang baru setiap harinya. Cuma, mungkin kita tidak sadar dengan hal itu, padahal setiap hari pasti berbeda. Hari ini berbeda dengan kemarin, besok tidak akan sama dengan hari ini.
Kita pasti bisa dan memang wajib bisa beradaptasi dengan pola hidup seperti apapun yang ada di hadapan mata. New Normal atau Old Normal, atau Tidak Normal sekalipun memang sudah bagian dari kehidupan manusia.
Kecuali kalau kita tidak lagi jadi manusia.. nah yang itu sih saya belum tahu..
Hahahaha.. maaf, datang datang ngomong yang ga jelas yah..
Happy New Normal tuk mbak
Hai, Mas. Waah. Luar biasa. Pendapat Mas memberikan perspektif baru nih, bagi saya. Terima kasih banyak, ya.
Hapus