KITA sama-sama mafhum bahwa pandemi Corona telah membuat kacau balau segalanya. Urusan apa pun jadi tertunda, bahkan ada yang sampai dibatalkan. Pendek kata, Corona alias si Covid-19 berhasil memaksa kita untuk menyusun ulang jadwal hidup.
Lebih dari itu, imbauan "keluar rumah seperlunya" pun serasa menepuk bahu kita kuat-kuat. Mengingatkan bahwa sebaiknya, kita senantiasa bersikap efektif. Kalau memang tak ada urgensinya, lebih baik tidak keluyuran.
Selain hemat BBM dan uang jajan, waktu yang habis buat keluyuran itu bisa dimanfaatkan untuk hal lain. Misalnya untuk bersih-bersih rumah, membaca, menulis, melukis, mewarnai, belajar memainkan alat musik, bikin kue-kue, atau sekadar rebahan mengurai penat.
Eit! Jangan buru-buru meremehkan aktivitas rebahan, ya. Rebahan itu bisa mengurai penat. Bikin tubuh kembali segar. Kalau tubuh sudah segar, merembetnya ke pikiran. Hati lebih adem. Santuy. Insyaallah potensi jadi insan nyolotan pun bisa terminimalkan. Yeah .... Harapannya sih, begitu. Hidup kaum rebahan! Hahaha!
Namun sebenarnya begini, lho. Dalam tulisan ini, diriku sebenarnya cuma ingin memperlihatkan situasi Pemandian Tamansari selama masa pandemi Corona. Yang ditutup oleh pihak pengelola, sejak beberapa waktu lalu.
Lihatlah. Betapa destinasi eksotis ini bisa sedemikian sepi begini? Bahkan, jauh lebih sepi daripada hatiku. Muehehehe ....
Tak ada wisatawan. Tak ada pemandu wisata yang bekerja. Para penjual makanan dan souvenir yang berjualan pun tak ada. Tukang parkir menganggur. Tukang becak makin sepi order. Sungguh sepi.
Yang ada saat itu justru bapak-bapak dengan kostum spesial ala APD nakes. Mereka rupanya sedang melakukan penyemprotan disinfektan. Yang disemprot ya rumah-rumah dan bangunan lain di kompleks objek wisata tersebut.
Jalanan di dekat Pemandian Tamansari juga tak kalah sepi. Kebetulan dalam satu waktu, aku mujur bisa memotretnya dalam situasi kering dan basah. Silakan lihat dua foto berikut. Syahdu 'kan?
Akan tetapi di balik kesyahduan itu, ada aku yang terjebak hujan. Iyaaaa. Mendung mendadak menjelma jadi hujan. Alhasil, becak yang semula nongkrong merana di situ pun jadi penyelamatku. Hahaha!
Baiklah, Sobat Pikiran Positif. Demikian sekelumit ceritaku tentang situasi Pemandian Tamansari selama ditutup sebab Covid-19. Yang sunyi dari gelak tawa wisatawan. Yang sedihnya, berarti berhenti berputarnya roda perekonomian di situ.
Namun kupikir-pikir, tetap ada sisi baiknya. Sisi baik yang bagaimanakah? Hmm. Begini. Pandemi Corona secara tidak langsung membuat masyarakat di sekitar destinasi wisata ini merasakan ketenangan. Iya, ketenangan. Kampung mereka tenang untuk sementara waktu. Yakni tenang dari kehirukpikukan wisatawan.
MORAL CERITA:
Selalu ada banyak cerita di balik terjadinya pandemi Corona alias si Covid-19 ini. Mari kita nikmati saja tanpa panik tanpa stres. Oke?
Betul sekali semua ada hikmah dan Allah Maha Baik dgn segala kuasaNya
BalasHapusYup. Yup. Alhamdulillah kita bisa banyak belajar dari ujian-Nya yang berupa pandemi Covid-19.
HapusSetuju mba, pasti selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Covid ini meski serem juga, mengajarkan kita banyak hal, sadar atau tidak. Aku highlight "pitensi insan nyolotan" wkwkwk
BalasHapusIya, silakan di highlight sepeuasnya Mbak... Hahahaha...
HapusBisa dapat foto sepi begitu. Tapi lama-lama capek juga karena covid ini.
BalasHapusSekarang di daerah saya orang makin biasa. Mungkin ini yang disebut new normal.
Iyaa, itu pas sepi sebab memang tempat wisatanya sedang tutup.
HapusPandemi ini mengubah byk hal ya mbak, pastinya byk hikmah positifnya, tergantung kita melihatnya dr sisi apa. Kirain taman sari udah dibuka, di jakarta udah byk yg buka tempat wisatanya
BalasHapusKlo sekarang udah buka, Mbak, tentunya dg protokol covid.
HapusTes
BalasHapus