HALO ....
Apa kabar lagi Sobat Pikiran Positif? Semoga kalian selalu menang bertarung melawan Pikiran Negatif. Pokoknya jangan kasih kendor, deeeh.
Oke. Kali ini aku akan bercerita tentang salah satu sekolah legendaris yang ada di kotaku. Yakni SMKN 2 Yogyakarta, yang dulunya bernama STM Jetis 1 (Stemsa), dan dulunya lagi bernama Prinses Juliana School.
Bagaimana menurut kalian? Keren dan kokoh 'kan penampakannya?
Demikianlah adanya dan kukira, memang telah teruji kekokohannya. Usia
bangunan SMKN 2 tersebut sudah mencapai seratus tahun, lho. Wow banget
'kan? Pastinya pula menyimpan jejak sejarah penting yang diterakan masa
lalu.
Itulah sebabnya kami, para mentor dan peserta Kelas Heritage yang
bertema "Menapaki Jejak Sejarah Pendidikan di Kawasan Jetis",
bela-belain foto bareng di depannya. Malah pakai acara menyamakan pose
dengan gaya berfoto para murid Prinses Juliana School segala. Hasilnya?
Seperti yang kalian lihat. Kami kalah banyaaak dalam hal jumlah
personil.
Tentu
saja aku tak rela kalau tidak berfoto sendirian. Teteeeup. Hahaha!
Hasilnya memang tak sendiri-sendiri amat, tetapi lumayan melegakanku.
Maklumlah. Pemotretan dilakukan di sela-sela orasi (baca: penjelasan)
Kak Sandi Malamuseum.
Mohon
jangan ditiru, ya. Yang lain menyimak pemaparan sejarah dari mentor,
kok saya malah sibuk sendiri. Sibuknya sibuk narsis pula. Paraaah.
Berdinamika Seiring Berjalannya Zaman
Tentu
saja seiring dengan perkembangan zaman, sekolah tersebut ikut
berdinamika. Baik secara fungsi maupun dalam hal fisik bangunannya.
Menurut data yang berhasil kuhimpun, gedung eks Prinses Juliana School
telah direnovasi pada tahun 1929, 1950, dan 1954.
Apakah
pada masa-masa setelahnya sama sekali tidak ada lagi perubahan? Hmm.
Pada dasarnya mungkin tidak ada. Namun kukira, kalau sekadar
perubahan-perbaikan kecil pastilah ada meskipun tak sampai mengubah
bentuk asli bangunan.
Misalnya
penambahan dua papan informasi yang berada di kiri dan kanan pintu
masuk. Yang satu menginformasikan jurusan-jurusan yang tersedia di SMKN 2
Yogyakarta. Yang satunya lagi menginformasikan organisasi-organisasi
resmi yang ada di situ.
Jangan
lewatkan pula hal baru lainnya. Silakan perhatikan foto berikut. Yup!
Hal baru yang kumaksudkan adalah dua prasasti gunungan, yang
masing-masing menempel di tiang fasad depan bangunan.
Berdasarkan
tulisan yang tercantum di situ, kedua prasasti tersebut dibuat dalam
rangka peringatan satu abad eksistensi Prinses Juliana School. Yang
tepatnya jatuh pada tahun 2019 lalu. Just info, prasastinya juga
mempergunakan aksara Jawa (hanacaraka) selain mempergunakan huruf latin.
Unik 'kan?
Ruang Kelas
Sekarang
kita beranjak ke dalam, ya. Untuk melihat-lihat suasana ruangan kelas,
lorong/selasar, taman di sela-sela ruangan kelas, dan lain-lain. Sebagai
bangunan cagar budaya, keautentikan sekolah ini memang terjaga. Aroma
masa lalunya sungguh kuat.
Kondisinya masih sangat baik dan terawat. Tidak kumuh dan lembab. Bersih. Silakan cermatilah foto-foto berikut.
Ruang
kelasnya lapang 'kan? Skala bangunannya tinggi, ventilasi pada pintu
kayu, dan jendela-jendela lebar mengisyaratkan bagusnya sirkulasi udara.
Dampaknya, ruangan tetap relatif nyaman walaupun udara panas musim
kemarau menerpa.
Perhatikan
pula papan tulisnya. Benar-benar papan tulis 'kan? Yang dibuat dari
kayu dan dicat hitam, serta butuh kapur untuk menulisinya. Mungkin
kalian bertanya-tanya, "Mengapa hanya ada satu white board? Bukankah
lebih kekinian dan praktis (tak perlu cari kapur tulis) kalau pakai
white board semua?"
Hohohoho ....
Jangan lupa. Sekolah ini merupakan bangunan cagar budaya,
lho. Maka sesungguhnya, segala poin bersejarahnya mesti dipertahankan
semaksimal mungkin. Papan tulis beserta kapur tulisnya sudah pasti
termasuk poin bersejarah.
Selain itu yang paling menarik bagiku, ada
bangku yang menyatu dengan meja. Seperti yang tampak pada foto berikut.
Hmm. Diriku masih pantas jadi siswa yang bandel 'kan?
Sebagai tambahan
info, pada bagian mejanya ada sebuah lubang kecil. Seukuran botol tinta
bak (tinta cina). Lubang tersebut memang untuk menaruh tinta bak.
Perlu diketahui bahwa pada zaman zadoel (setelah era batu sabak) , alat tulis yang umum dipakai adalah pen dan tinta bak. Cara memakainya tinggal mencelupkan pen ke dalam tinta, lalu angkat bila dirasa telah cukup tintanya, kemudian dipakai untuk menulis. Bila tinta mulai menipis, ya tinggal mencelupkannya lagi ke dalam tinta. Demikian seterusnya.
Termasuk sejarah eksistensi menara air zadoel yang tampak
dalam foto di bawah. Yang hingga kini masih berfungsi sebagaimana
mestinya. Bayangkanlah. Betapa kokohnya! Ibarat hatiku yang tetap stabil
meskipun kerap kali terguncang oleh sikapmu. Hahaha!
Perlu diketahui bahwa pada zaman zadoel (setelah era batu sabak) , alat tulis yang umum dipakai adalah pen dan tinta bak. Cara memakainya tinggal mencelupkan pen ke dalam tinta, lalu angkat bila dirasa telah cukup tintanya, kemudian dipakai untuk menulis. Bila tinta mulai menipis, ya tinggal mencelupkannya lagi ke dalam tinta. Demikian seterusnya.
Taman yang Asri
Sedikit
berbeda dengan bagian depan yang relatif kurang hijau, halaman dalam
SMKN 2 Yogyakarta justru lebih hijau. Taman yang ada di sela-sela
ruangan tampak lebih dipenuhi pohon, tanaman, dan rerumputan. Syukurlah.
Kiranya nuansa hijau tersebut bisa menjadi penawar mata letih, seusai
mengeksplorasi buku pelajaran dan gadget.
Laiknya anak sekolah yang
rehat dari jam pelajaran, tatkala Kelas Heritage pun kami diajak berjeda
di halaman dalam nan asri. Tentu sembari diberi pencerahan-pencerahan
sejarah, dong.
Lorong dan Koridor
Ada
hal menarik lain di sini, yaitu lorong dan koridor. Seperti bangunan
sekolah zaman Belanda pada umumnya, kelihatannya lorong dan
koridor merupakan sebuah keniscayaan. Astagaaa! Apa pula maksudku ini?
Muehehehe .... Sudahlah. Ketimbang kalian bingung dengan penjelasanku, lebih baik
silakan langsung mencermati foto-foto berikut.
Mohon dicatat. Koridor itu bukanlah sekadar pemanis, melainkan ada fungsi praktisnya. Yakni untuk melindungi siswa dan guru dari teriknya panas dan hujan, bila hendak berpindah dari satu ruangan (bangunan) ke ruangan (bangunan) yang lainnya. Kerennya bangunan sekolah zaman Kolonial tuh begini ini, lho. Sangaaat perhatian.
O, ya. Pada tahun 2020 ini perpustakaan Prinses Juliana School a.k.a. SMKN 2 Yogyakarta berhasil menjadi juara ketiga lomba perpustakaan SMA/SMK tingkat DIY. Keren toh? Sebab juara pertama dan keduanya SMA, otomatis menjadi juara pertamanya jika khusus SMK.
Penampakan gedung perpustakaannya yang ini, nih. Karena berlokasi di bagian depan, tepat menghadap jalan raya, siapa pun pasti bisa melihatnya dengan jelas dan mudah.
Kupikir sekian saja ceritaku tentang bangunan SMKN 2 Yogyakarta. Sudah sangat panjang 'kan? Daripada kalian bosan, lebih baik aku hentikan saja. Mungkin di lain waktu, bakalan ada cerita-cerita lain tentang sekolah ini. Iya, mungkin. Silakan tunggu saja, ya.
MORAL CERITA:
Selalu banyak kisah di balik sebuah bangunan bersejarah.
Bangku sekolah jaman dulu itu ya mba? Unik sekali. Tinggi dan nyambung dengan mejanya.
BalasHapusIyaa. Ini termasuk benda yang dilestarikan.
Hapusmba, ada cerita horrornya nggak nih??? hihihi
BalasHapuskan sekolah / bangunan lama itu biasanya ada cerita-cerita mistisnya gitu...
Tapi asli deh, suasana sekolahnya asik banget...
Aku dulu pernah pacaran sama anak sekolah ini #ea. Tapi pacarannya waktu udah pada lulus sma :D
Konon sih horor. Namun, kusengaja gak mau cari tahu kehororannya.
HapusCiieee. Nostalgia nih yeee...
Keindahan arsitekturnya masih terasa sekali :D
BalasHapusMeja kursi yang digunakan juga udah tua sekali desainnya ya hahaha, sekarang udah sulit menemukan hal seperti ini di sekolah-sekolah lain. Semoga hal-hal seperti ini bisa terus dilestarikan sampai masa yang akan datang :)
Iya, semoga segala item bersejarahnya berumur panjang.
HapusMbakkk gedungnya klasikk banget ya mbak berasa di sekolah belanda, auranya berasa banget. Beuhhhhhh tua banget juga furniture, jadi mendadak kebayang film dan jadi tempat syuting film jaman dulu bagus tuh
BalasHapusIyaa, ini sudah pernah dipakai syuting film, kok. Ada Maudy Ayunda.
HapusSTM jetis 1 yg terkenal anaknya pinter2 ya mak, papa mertuaku lulusan sana. Dan inget bgt zaman SMA, kursus bimbel gurunya matematika dari sana. Asyik!
BalasHapusWeih, berarti bocahku yunior jauh papa mertuamu, beibs. Hehehe. Ntar klo reuni akbar barengan.
HapusMeski bangunannya udah berumur, tapi masih berdiri kokoh. Aku suka kagum dengan bangunan-bangunan bersejarah seperti ini. Apalagi dirawat dengan baik. Halamannya tampak segar ya.
BalasHapusYoi, Mbaaak. Ini termasuk cagar budaya. Jadi, wajib dilestarikan.
HapusWaah sekolahnya asri, unik khas tempo doeloenya kental banget ya. Jadi pengen jln2 ke jogjes...
BalasHapusAyuk, Mbak. Mari ke Jogjes selepas pandemi ini. Insyaallah aku siap jadi pemandu.
Hapus