HAI Sobat Pikiran Positif ....
Kalian sehat-sehat saja 'kan? Plus bahagia juga? Semoga. Kalaupun sedang kurang enak badan, tetaplah berusaha untuk gembira. Jangan lupa, hati yang gembira adalah obat cespleng untuk penyakit apa pun. Iya. Insyaallah begitu.
Baik. Sekarang mari kita bersantai sejenak waktu. Tentu dengan cara membaca tulisanku ini. Hahaha!
Lalu, hendak bercerita tentang apakah diriku kali ini? Sudah pasti sesuai dengan judul di atas, yaitu tentang WKM alias Wajib Kunjung Museum.
What is WKM? WKM adalah sebuah program yang dicanangkan oleh Dinas Kebudayaan DIY. Yang salah satu tujuannya untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang permuseuman, khususnya museum-museum yang berada di wilayah DIY.
Dinas Kebudayaan DIY mencanangkannya pada tahun 2013. Yang berarti 7 tahun lalu. Tatkala itu ditandai dengan kunjungan siswa SD Syuhada Kota Yogyakarta dan siswa SMPN 3 Godean Kabupaten Sleman ke tiga museum. Ketiganya adalah Museum Tani (Bantul), Museum Wayang Kekayon (Bantul), dan Museum Benteng Vredeburg (Kota Yogyakarta).
Begitulah mulanya. Para pelajarlah yang sebenarnya disasar oleh WKM. Sebab terindikasi, dari tahun ke tahun jumlah pengunjung museum yang terdapat di DIY terus merosot. Terkhusus pengunjung dari kalangan pelajar, tercatat cuma sebesar 40 persen. Yang 60 persen justru pengunjung pelajar dari luar DIY.
Yup! WKM merupakan program terobosan agar pelajar Yogyakarta mengunjungi museum-museum di seantero DIY. Demi lebih mengenali sejarah kota mereka sendiri. Aneh banget 'kan ya kalau kita sampai tidak paham sama sekali, dengan kota yang kita tinggali?
Sejauh pengetahuanku, WKM ini berjalan lancar dari tahun ke tahun. Maklumlah. Meskipun bukan orang dalam, Adiba kesayanganku pernah dua kali mengikutinya.
Selain itu pada tiap awal tahun ajaran baru, aku kerap melihat rombongan siswa SD, SMP, maupun SMA/SMK melakukan kunjungan ke Museum Negeri Sonobudoyo dan Museum Benteng Vredeburg. Domisiliku 'kan tak jauh dari keduanya. Hehehe ....
Akan tetapi, pada tahun 2020 kegiatan WKM terkendala eksistensi Covid-19. Sebagaimana kita mafhumi bersama, semasa pandemi masih terjadi, para siswa bersekolah secara daring. Alhasil, WKM bagi pelajar tak mungkin diselenggarakan.
Sebagai gantinya agar WKM tetap berjalan, demi mendukung museum-museum yang telah kembali buka namun masih sepi pengunjung, sasaran utama pun diubah. Dari yang semula pelajar kini dialihkan ke instansi, komunitas, organisasi, dan masyarakat umum. Tentu dengan protokol kesehatan yang ketat.
Uji cobanya, yang melibatkan Museum Negeri Sonobudoyo dan Monumen Jogja Kembali, telah dilakukan. Sekarang (sejak 27 Agustus 2020 lalu) masyarakat umum pun dapat mengakses WKM melalui pendaftaran secara daring.
O, ya. Slogan yang diusung WKM kali ini adalah "Cintai Museum dengan Kebiasaan Baru".
Dinas Kebudayaan DIY mencanangkannya pada tahun 2013. Yang berarti 7 tahun lalu. Tatkala itu ditandai dengan kunjungan siswa SD Syuhada Kota Yogyakarta dan siswa SMPN 3 Godean Kabupaten Sleman ke tiga museum. Ketiganya adalah Museum Tani (Bantul), Museum Wayang Kekayon (Bantul), dan Museum Benteng Vredeburg (Kota Yogyakarta).
Begitulah mulanya. Para pelajarlah yang sebenarnya disasar oleh WKM. Sebab terindikasi, dari tahun ke tahun jumlah pengunjung museum yang terdapat di DIY terus merosot. Terkhusus pengunjung dari kalangan pelajar, tercatat cuma sebesar 40 persen. Yang 60 persen justru pengunjung pelajar dari luar DIY.
Yup! WKM merupakan program terobosan agar pelajar Yogyakarta mengunjungi museum-museum di seantero DIY. Demi lebih mengenali sejarah kota mereka sendiri. Aneh banget 'kan ya kalau kita sampai tidak paham sama sekali, dengan kota yang kita tinggali?
Sejauh pengetahuanku, WKM ini berjalan lancar dari tahun ke tahun. Maklumlah. Meskipun bukan orang dalam, Adiba kesayanganku pernah dua kali mengikutinya.
Selain itu pada tiap awal tahun ajaran baru, aku kerap melihat rombongan siswa SD, SMP, maupun SMA/SMK melakukan kunjungan ke Museum Negeri Sonobudoyo dan Museum Benteng Vredeburg. Domisiliku 'kan tak jauh dari keduanya. Hehehe ....
Akan tetapi, pada tahun 2020 kegiatan WKM terkendala eksistensi Covid-19. Sebagaimana kita mafhumi bersama, semasa pandemi masih terjadi, para siswa bersekolah secara daring. Alhasil, WKM bagi pelajar tak mungkin diselenggarakan.
Sebagai gantinya agar WKM tetap berjalan, demi mendukung museum-museum yang telah kembali buka namun masih sepi pengunjung, sasaran utama pun diubah. Dari yang semula pelajar kini dialihkan ke instansi, komunitas, organisasi, dan masyarakat umum. Tentu dengan protokol kesehatan yang ketat.
Uji cobanya, yang melibatkan Museum Negeri Sonobudoyo dan Monumen Jogja Kembali, telah dilakukan. Sekarang (sejak 27 Agustus 2020 lalu) masyarakat umum pun dapat mengakses WKM melalui pendaftaran secara daring.
O, ya. Slogan yang diusung WKM kali ini adalah "Cintai Museum dengan Kebiasaan Baru".
Yoiii. Mari menyegarkan pikiran dengan cara bersenang-senang di museum. Kalau halaman museumnya saja seasri yang tampak dalam video berikut, apa kalian masih ragu untuk ikutan WKM?
Oke. Sekian dulu ceritaku. Insyaallah kita bakalan bertemu lagi di tulisan-tulisanku berikutnya. Jangan lupa untuk mengunjungi museum, ya. Museum di hatiku, kamu pun di hatikuuu. Muehehehe ....
Kutunggu kalian di halaman Museum Benteng Vredeburg. Yang penampakannya bisa diintip pada video di atas itu, lho.
MORAL CERITA:
Makin banyak jumlah museum di kotamu, berarti makin tinggilah peradaban kotamu.
Aku belum pernah ke Museum Sonobudoyo cuma lewat aja. Asik kliatannya jalan-jalan ke museum itu.
BalasHapusLhooo? Serius?
HapusAku baru satu kali ke Jogja, dan cuma ke Malioboro. Hahaha. Semoga kapan2 bisa ke tempat wisata lain di Jogja seperti museumnya..
BalasHapusAamiin. Jogja menunggumu.
HapusSemoga pandemi ini segera berakhir ya mbak...
HapusIyaa. Aamiin. Sudah serba repot ini rasanya.
HapusSaya belum pernah ke Jogjakarta mbak, pengin kesana sih cuma waktu dan biaya belum ada.
BalasHapusKenapa museum kurang diminati oleh pelajar ya? Padahal harusnya mereka senang kesana agar dapat pengetahuan dan mengerti sejarah kota mereka. Buktinya cuma 40% saja ya pelajar yang ke museum.
Ah, jangan jangan mereka sukanya nongki di mall aja.π
Hahaha, iyaaa, oelajar zaman now memang lebih Suka di mal dan kafe.
HapusMas Agus bukan di Jogja yaa. Waah baru tahu saya. Emang dimana mas?
HapusSaya sekarang ada di Indonesia mas Dodo, bukan di wakanda.π
HapusAda di Banten mas, merantau.π
mas agus bukanya tinggal di planet namek ya, sodaraan ma pikolo :D
HapusHahahaha .... di negeri apalah apalah di planet apalah apalah ... bebas pokoknya ...
HapusWkwkwk bisa aja mas Khanif
Hapusmuseum yang belum sempat kukunjungi padahal pengen sekali itu museum Affandi mbak. Entah kenapa selalu saja ada halangan. Mungkin karena pergi beramai2 ya, jadi fokusnya ke wisata belanja dan alam saja. Semoga pandemi segera berakhir lalu bisa main ke Jogja lagi, huhu kangen suasana di sana
BalasHapuskunjungan ke museum memang termasuk peminatan khusus, Mbak. Tak semua orang betah berlama-lama di museum.
HapusAku kepengen ke museum dirgantara mba...tapi selama Corona ini pergi Ki was2 rasane..apalagi di ruangan tertutup.
BalasHapusMugo2 Corona ne Ndang teratasi...
Aamiin, Mbak. Kangen beraktivitas secara bebas pokoke.
Hapussebetulnya gw suka berkunjung ke museum, untuk mengenang sejarah dan peninggalan berharga jaman dulu, tapi sayang ya minat anak2 untuk ke museum sedikit berkurang, mungkin memang udah paking bagus itu di adain wkm :D
BalasHapusBenar, mesti sedikit dipaksa dengan cara dilaksanakannya WKM. Akan tetapi, pihak museum pun wajib berbenah diri, wajib mencari tahu hal-hal apa yang kiranya berpotensi memikat remaja untuk berkunjung ke museum.
HapusSaya cuman lewat aja di depan museum Benteng Vredeburg Mba, kadang pengen masuk sebenarnya tapi bingung masuknya dari mana hahaha.
BalasHapusSaya juga masih jarang masuk musium, nunggu anak-anak gede, agak parno soalnya ajak anak bayi masuk musium :D
Hehehe... Pintu masuk Vredebur ya tinggal lurus aja dari gerbang yang ada di jl Malioboro itu, Mbak.
HapusO, iyaa. Sensitif memang kalau bayi atau anak kecil diajakain ke museum di Indonesia. Cenderung seraaaam. Jiahahaha.... PR banget buat pengelola iniii.
Hi kak :D
BalasHapusWaktu aku studytour ke Jogja, aku pernah masuk ke Museum Benteng Vredeburg ini. Aku ingat di dalamnya ada patung meriam gitu tapi keseluruhan isi di dalam museum, aku udah lupa >.<
Semoga suatu hari bisa kembali lagi ke sana dan merekam isi museum di dalam otak hahaha.
Hahaha... Iya, benar. Di halaman dalam ada meriamnya. Hhm. Kayake memang gak bisa deeh, untuk metekam semua isi Vredeburg. Lah buannyaaaaaakk.
HapusJgja udh jdi tempat idaman buat halan². Semoga segera tercapai buat ke sana. Termasuk ke siniπ
BalasHapusAyooo. Jogja menunggu banget ya, Kak. Segera setelah pandemi ini berlalu, agendakanlah ke sini.
HapusAnak-anak sekarang entah bagaimana ya kurang minat pada museum. Aku sendiri sering mengajak anak-anak ke museum. Meski mereka nggak minat, tapi kan bisa belajar dari sini. Waktu ke Yogya sempat mampir di museum Yogya Kembali, dan pengunjungnya gak banyak. Di kotaku dan museum lain yang pernah aku kunjungi juga begitu. Sedih sih.
BalasHapusSebab penataan museumnya pun kurang menarik bagi anak zaman now, Mbak. Hampir semua museum di Indonesia seperti itu. PR bangeeet ini.
HapusWah bagus juga sloga barunya ya mba '"Cintai Museum dengan Kebiasaan Baru".
BalasHapusIyaa, aku pun mikir begitu hehehehe...
Hapus