HALO, Sobat PIKIRAN POSITIF? Kondisi gigi aman 'kan? Masa-masa lebaran haji begini biasanya musim gigi dikeluhkan tuh. Hahaha!
Baiklaaah. Mari lupakan gigi sejenak karena aku memang tak hendak membicarakan gigi. Sesuai dengan judul di atas, pastilah aku akan membahas tentang toga.
Toga yang pakaian untuk wisuda itu, ya. Bukan toga yang merupakan singkatan dari tanaman obat untuk keluarga.
Ada Apa dengan Toga?
Mungkin kalian bertanya-tanya, "Ada apa dengan toga? Mengapa perlu banget kubahas di blog ini? Apa karena aku baru saja diwisuda? Apa karena anakku beberapa waktu lalu baru saja diwisuda?"
Hmm. Belakangan hari sama sekali tak ada satu pun dari anggota keluargaku yang diwisuda, kok. Yang tempo hari diwisuda adalah anak tetanggaku.
Yup! Gara-gara anak tetangga diwisuda itulah aku menjadi kepikiran toga. Tepatnya kepikiran secara agak mendalam walaupun tak sampai tergolong overthinking.
Apa penyebabnya? Mikirin toga saja kok sampai sedramatis itu? Muehehe ...
Bagaimana, ya? Si anak tuh diwisuda dan bertoga sebab lulus TK. Bukan lulus kuliah. Jadi, aku enggak sreg saja melihatnya. Alih-alih ikutan merasa bangga. Yang ada aku malah masygul karenanya.
Entahlah. Mungkin memang pikiranku saja yang lebay. Hanya saja kenyataannya, aku memang kepikiran. Hahaha!
Mereduksi Makna Toga
Cara pandangku terhadap toga memang ala orang-orang zadoel. Apa boleh buat? Kenyataannya, aku 'kan remaja 90-an meskipun inginku menjadi genZ. Hahaha!
Yoiii. Aku dan orang-orang sezamanku plus mereka yang berasal dari zaman lebih kuno lagi, cenderung memandang toga sebagai sesuatu yang istimewa.
Mengapa begitu? Sebab tak sembarang orang bisa mengenakan toga dan berpose-pose dalam foto dengan toga. Hanya yang sukses menuntaskan kuliah yang berhak diwisuda.
Dengan demikian, toga merupakan simbol pencapaian seseorang dalam perjuangannya menuntaskan belajar (kuliah). Kalian tentulah paham. Yang namanya perjuangan pasti tidak mudah.
Itulah sebabnya aku enggak sreg dengan kehadiran toga di jenjang pendidikan TK-SMA. Kesannya malah mereduksi makna toga.
Penutup
Begitulah faktanya. Bagiku (dan orang-orang zadoel lainnya), bisa mengenakan toga adalah sebuah cita-cita masa depan. Melibatkan pikiran dan perasaan. Plus sangat membutuhkan dukungan finansial.
Iya. Bagi kami, berfoto dengan toga adalah sesuatu yang istimewa. Sesuatu yang hanya dapat dilakukan bilamana mampu berkuliah hingga lulus.
Jadi, untuk bisa berfoto dengan mengenakan toga itu butuh perjuangan serius. Tidak bisa santuy seperti "perjuangan" anak-anak TK yang diwisuda.
CATATAN:
Foto di atas adalah fotoku bersama Oppa Park Sae Jin ketika ia bela-belain menghadiri wisudaku. Saat itu K-Pop baru mulai diviruskan.
sekarang toga uda dibuat kayak mainan malah mbak, dulu anak anak lulus sekolah. nggak ada acara seperti zaman ini
BalasHapusBegitulah adanya zaman now. Jadinya terasa enggak istimewa lagi.
HapusBener banget mbak
HapusYup
HapusSkrg graduation TK pun pake toga, jd udah ga WOW lagi kaya jaman dulu mbak.
BalasHapusUntung aja aku dr graduation TK sampe SMA ga pernah pake toga, jadi rasanya istimewa bgt waktu wisuda sarjana pake toga.
Iyaaaa. Beneran malah mereduksi pencapaian pas kuliah 'kan?
HapusThere are also some exclusive tables from Playtech that have excessive limits. Most of their stay video games have comparatively low limits throughout the board in comparison with} other providers, but there are some exclusive tables with higher limits. Historically, the roulette wheels had varied numbers of pockets and, at first with}, it also had both zero trays. However, François Blanc removed it, hoping to make his casino in Bad Homburg extra attractive to customers. Due to the higher chances of profitable, he succeeded effortlessly and roulette began its victorious journey across the globe. People have 온라인 카지노 been playing in} video games of likelihood because the that} starting of time and roulette is not any exception.
BalasHapus