APA kabar Sobat PIKIRAN POSITIF? Semoga sehat dan senantiasa dimampukan-Nya untuk berpikiran positif.
Ingat. BerPIKIRAN POSITIF-nya yang proporsional lho, ya. Bukan berpikiran positif yang tanpa pertimbangan alias toxic positivity.
Konser Kamardikan
Baiklah. Sesuai dengan judul di atas, kali ini aku akan bercerita tentang KONSER KAMARDIKAN Yogyakarta Royal Orchestra yang aku tonton Agustus lalu. Sudah pasti sesuai dengan labelnya, konser tersebut diselenggarakan dalam rangka Agustusan.
FYI, kamardikan adalah bahasa Jawa yang berarti 'kemerdekaan'. Jadi, Konser Kamardikan = Konser Kemerdekaan. Yang berarti konser yang digelar dalam rangka memperingati HUT ke-77 RI.
KONSER KAMARDIKAN Yogyakarta Royal Orchestra berlangsung pada Sabtu, 27 Agustus 2022. Rencananya dimulai pukul 19.00 WIB sampai selesai. Namun, kenyataannya berbeda.
Meskipun jarum jam telah menunjukkan pukul 19.00 WIB, acara belum dimulai. Jam karet? Memang iya. Akan tetapi, jangan buru-buru suuzon ataupun ngomel-ngomel karenanya.
Mengapa? Karena ternyataaa keterlambatan itu tampaknya disengaja. Sengaja menunggu azan Isya beserta iqomatnya sekalian.
Begitu iqomat dari masjid terdekat* berakhir, langsuuung gamelan pembuka dimainkan. Rangkaian konser pun dimulai. Keren 'kan yang mengatur acara?
Lokasi Konser
Yang menjadi panggung untuk Konser Kamardikan ini adalah Kagungan Dalem Regol Brajanala Karaton Ngayogyakarta. Itu lho, pintu gerbang yang menghadap ke selatan, yang berada di Plataran Keben. Yang kerap dipakai latar berfoto oleh para pengunjung kraton.
Hmm. Jangan-jangan ada di antara kalian yang bahkan pernah berfoto di situ juga? Coba ingat-ingat barang sejenak sembari mencermati foto berikut.
Repertoar dan Kolaborasi
Ada 11 repertoar yang disajikan Yogyakarta Royal Orchestra (YRO). Repertoar pembuka adalah Gendhing Gati Mardika, yang dimainkan secara kolaborasi dengan Abdi Dalem Wiyaga Kawedanan Kridhamardawa.
Selanjutnya YRO--berkolaborasi dengan Vocalista Harmonic Choir dari ISI Yogyakarta--memainkan Api Kemerdekaan, Dari Sabang Sampai Merauke, Pahlawan Merdeka, Syukur, dan Tekad.
Kemudian YRO berkolaborasi dengan seorang solois saksofon yang sekaligus merupakan Abdi Dalem Musikan, yaitu M.J. Praptowaditro. Yang dimainkan Tanah Airku dan Sepasang Mata Bola. Serasa menonton Kenny G versi Jawa, deh.
Repertoar berikutnya Kebyar Kebyar. Untuk repertoar ini YRO berkolaborasi dengan dua vokalis. Keduanya adalah (1) Okky Kumala Sari, vokal alto, seorang vokalis band pop keroncong Remember Entertainment & (2) Daniel Christianto, vokal tenor, seorang solois vokal yang telah banyak tampil di konser orkestra dan opera berskala nasional maupun internasional.
Yang paling seru tentu saat Hari Merdeka dimainkan dua kali. Semula YRO berkolaborasi dengan Vocalista Harmonic Choir. Setelahnya berkolaborasi dengan semua orang yang hadir di lokasi.
Iya. Kami yang duduk di kursi penonton pun diminta berdiri untuk kemudian menyanyikan Hari Merdeka bersama-sama. Para undangan kehormatan dan tuan rumah, yaitu Sultan HB X dan Ratu Hemas, pun ikut bernyanyi.
Alhasil, malam itu kami dua kali menyanyi bersama. Sebelumnya 'kan telah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Adapun sebagai penutup, YRO dan Abdi Dalem Wiyaga Kawedanan Kridhamardawa kembali berkolaborasi memainkan Gendhing Bubaran Arum-Arum.
Teriakan "Raos"
Ada yang lucu dan sungguh mengesankan bagiku tatkala konser belum dimulai. Begini ceritanya. Di tengah keresahan sebab acara tak kunjung dimulai, tiba-tiba ada teriakan, "RAOS!"
Raos? Apa itu? Demikian batinku. Lalu, kulihat orang-orang segera berdiri. Spontan aku ikut berdiri, dong.
O la la! Ternyata teriakan "raos" adalah aba-aba (pemberitahuan) bahwa raja telah tiba di TKP. Jadi, semua orang mesti berdiri untuk memberikan penghormatan.
Entahlah makna sebenarnya apa, tetapi itulah kesimpulanku sebagai hasil observasi on the spot. Serta-merta aku pun teringat restoran Bale Raos.
Setelah Acara Usai
Setelah konser usai, penonton ramai-ramai menghambur ke panggung. Seperti biasalah, ya, untuk foto bersama para pemusik serta anggota paduan suara dan vokalis. Seperti biasa pula, aku dan kedua temanku pilih memotret mereka. Hahaha!
Selain itu, memang ada hal lain yang menarik perhatian kami. Hal apakah? Ini, nih. Silakan lihat aktivitas kedua temanku dalam foto berikut.
Yoiii. Kami tertarik untuk memotret buklet susunan acara Konser Kamardikan itu. Yang hanya diberikan kepada Sultan dan tamu-tamu VIP.
Pantang Pulang Sebelum Berswafoto
Meskipun tidak berminat gabung dengan para penonton lain yang berfoto ria di panggung bersama para pemusik dan penyanyi, aku dan kedua temanku tak lupa berswafoto.
Demikianlah adanya tradisi kami. Maksudnya tradisi berswafoto sekian jepretan, tetapi yang hasilnya bagus cuma satu dua. Yup! Masih amat butuh banyak latihan rupanya.
Yang penting, ingatlah prinsipnya. "Pantang pulang sebelum berswafoto". Walaupun mesti bolak-balik njepret gara-gara kami kurang piawai memainkan kamera depan, berswafoto is a must. Teteeeeuup.
O, ya. Sebelum kuakhiri tulisan ini, aku hendak pamer e-ticket yang kuterima dari pihak Karaton Ngayogyakarta. Silakan lihat foto di bawah.
Nomor seri tiketku YRO - 00277. Sementara kedua temanku menerima tiket yang nomor serinya jauh lebih kecil. Yang satu YRO - 00055. Yang satu lagi entah berapa.
Untung tempat duduk bebas memilih. Tidak seperti menonton bioskop. Jadi, kami bisa duduk bersebelahan. Ini penting ya, bisa barengan begini. Mengapa? Karena di sela-sela konser, kami bisa sesekali sembari ghibah sejarah. Muehehehe ...
O, iyaaa. E-ticket yang kumiliki ini, yang juga dimiliki kedua temanku tadi, merupakan tiket kelas rakyat jelata. Bukan tiket VIP. Meja resepsionisnya saja berlainan.
Tentu kami ditolak pas hendak registrasi ulang di meja resepsi VIP. Hahaha! Ampuuun, deh. Siapa kami?
Namun, walaupun undangan untuk kami berkasta rendah, yang penting tetap bisa nonton konser musik bareng sultan. Itungannya tetap lumayan keren dong, ah. Iya 'kan?
Catatan
*Masjid terdekat ini memang masih bagian dari Kraton Yogyakarta. Letaknya di luar area Plataran Keben. Tak jauh dari gerbang plataran tersebut. Insyaallah lain kali akan kutuliskan tentang masjid ini.
beruntung sekali mb dapat undangan dari keraton dan bisa menyaksikan YRO. saya malah baru tau di Jogja ada YRO hehe
BalasHapusAllhamdulillah keangkut, Mbak.
HapusSaya pernah makan di Bale Raos. Masih ada ya restonya? Acaranya musiknya menarik banget. Keren bisa nonton pertunjukkannya
BalasHapusMasih ada kok, Mbak.
HapusWah baca artikel ini bisa sambil ngebayangin keseruan acaranya seperti apa. Menyenangkan sekali kalau bisa hadir dan menyaksikan pertunjukkannya seraca langsung. Yap, jangan lupa untuk mengabadikan momen.
BalasHapusPastilah jeprat jepret sepuasnya. Hehehe ...
HapusSeru banget ya, Mbak... Menikmati indahnya Jogja sambil nonton orkestra.. duh kolaborasi yang bikin tentram hati. BTW kalau nggak salah RAOS itu bahasa jawa yang artinya datang #cmiiw
BalasHapusOalaahh, raos = datang? Tengkiyu infonya.
HapusSukseskan konser budaya Indonesia. Agar literasi tersebar secara merata. Era sekarang ini sudah mulai pudar kunjungan ke konser budaya, museum, dsb.
BalasHapusSiap, Bang.
HapusSeruuu, aku berasa hadir di acara itu, di Konser Kamardikan di Kraton Yogyakarta. Baru tahu teryata raos adalah aba-aba (pemberitahuan) bahwa raja telah tiba di TKP, semua berdiri untuk memberikan penghormatan. Hm, nyambung ga ke Bale Raos ya
BalasHapusHehehehe .... nyambung, Mbak, keduanya milik kraton ... itu sambungannya hehehe ...
HapusMelihat list lagu2 yang dimainkan, aku udh kebayang ini pasti baguuus ❤️❤️. Dan aku penasaran Ama solois saxophone nyaaa 😍. Sebagai fans nya kennie G, lagu2 pakai saxophone itu bisa nenangin hati 😄. Ga kebayang kalo utk lagu2 kebangsaan gitu. Pasti keren ❤️
BalasHapusYoi, Mbak. Memang baguuus.
Hapus