HALO Sobat PIKIRAN POSITIF? Semoga kalian sedang membaca tulisan ini dengan gembira. Segembira diriku yang akhirnya bisa menulis tentang Tan Jin Sing (mungkin ada pula yang menulis pakai "Djin"). Sesuai dengan janjiku tempo hari.
Tentang janjiku itu bisa dibaca di sini dan di sini, ya.
Sebelumnya aku perlu memberikan disclaimer, nih. Tulisan ini ternyata lumayan panjang. Jadi, mohon bersabar dalam membaca sehingga bisa menyimaknya dengan baik.
Namun, tenanglah. Walaupun panjang, kujamin tidak bakalan membosankan. Semua bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman kita terhadap peristiwa Geger Sepehi yang menimpa Kraton Yogyakarta.
Yang lebih menarik sekaligus penting, bakalan membuat kita paham mengapa sikap rasis terhadap orang Tionghoa (Peranakan) demikian pekat.
Sosok Lihai dan Oportunis
Siapakah sebenarnya Tan Jin Sing? Mengapa namanya tercatat dalam sejarah? Terkhusus dalam kaitannya dengan sejarah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, terkhusus lagi semasa pemerintahan Sri Sultan HB II dan III?
Siapakah dia sebenarnya? Bahkan saat memperbincangkan peristiwa besar Geger Sepehi dan Perang Diponegoro (Perang Jawa), nama Tan Jin Sing juga muncul.
Baiklah. Sebelum kujelaskan lebih detil tentangnya, secara singkat ingin kunyatakan bahwa Tan Jin Sing adalah sosok yang pintar, terampil, dan supel. Plus lihai memanfaatkan ketiganya untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Dia luwes menempatkan diri di kalangan pembesar Kraton Yogyakarta. Tetap percaya diri meskipun tidak disukai oleh sebagian dari mereka. Cuek menghadapi fakta bahwa sesungguhnya, orang-orang Cina dan Jawa banyak pula yang tidak menyukainya.
Orang-orang Jawa yang tidak menyukainya adalah golongan konservatif. Tidak rela melihat sepak terjang Tan Jin Sing di kraton, sedangkan dia berdarah Peranakan.
Adapun orang-orang Cina (Tionghoa) tidak menyukainya sebab merasa "dikhianati". Menurut mereka, Tan Jin Sing telah meninggalkan budaya leluhurnya. Secara politis pun mereka merasakan hal serupa.
Perlu diketahui bahwa Tan Jin Sing telah mereduksi penampilannya sebagai orang Tionghoa Peranakan. Kucir rambutnya dipotong. Dia pun menikahi seorang perempuan Jawa sebagai istri kedua. Terlebih dia kemudian memeluk Islam.
Mengapa Tan Jin Sing sepercaya diri itu? Karena dia merasa punya pelindung tangguh sehingga yakin tak bakalan tersentuh. Tak lain dan tak bukan, pelindungnya adalah para pembesar kolonial, baik yang dari Belanda maupun Inggris.
Pendek kata, nama Tan Jin Sing tatkala itu sangat direkomendasikan di kalangan penguasa Eropa di Yogyakarta. Faktanya, dia memang berkualitas. Punya koneksi sosial yang luas dan pandai memanfaatkan situasi.
Itulah sebabnya para penguasa Eropa senang bekerja sama dengan Tan Jin Sing dan berani mengandalkannya. Tentu demi kepentingan politik mereka. Sebaliknya, Tan Jin Sing juga mengambil keuntungan pribadi dari kerja sama dengan mereka. Prinsip yang berlaku bagi semua pihak tersebut adalah "tak ada makan siang yang gratis".
Sebuah sumber menginformasikan bahwa Tan Jin Sing mahir berbahasa Cina (Hokkian), Belanda, Inggris, Melayu, serta Jawa Krama Inggil dan Jawa Ngoko. Wow sekali 'kan? Hal itu pun menjadi sebuah keunggulan tersendiri baginya.
Tidak mengherankan kalau Tan Jin Sing dikenal sebagai sosok cerdas. Secara logika saja, dengan bekal sederet bahasa tersebut, Tan Jin Sing dapat mengakses sumber-sumber pengetahuan yang ditulis dalam berbagai bahasa.
Kemahiran berbahasa Inggrisnya antara lain terbukti dari kado istimewa yang diberikannya kepada Crawfurd. Kado itu berupa naskah Arjuna Wiwaha yang telah diterjemahkan Tan Jin Sing ke dalam bahasa Inggris. Sebagai kenang-kenangan untuk Crawfurd yang telah habis masa bertugasnya sebagai Residen Yogyakarta.
Dia tahu kalau Crawfurd gemar menonton pertunjukan wayang kulit. Kiranya itulah alasan utama Tan Jin Sing memberikan terjemahan naskah Arjuna Wiwaha kepada pembesar Inggris tersebut.
Crawfurd yang pada dasarnya mengagumi Tan Jin Sing amat gembira menerima kado spesial itu. Dia pun membalas dengan baik. Kepada Tan Jin Sing, dia menyerahkan sebuah karya sastra tenar berbahasa Inggris dari Shakespeare. Judulnya Romeo dan Juliet.
Luar biasa ya, mereka? Pilihan kado keduanya sama-sama keren. Menunjukkan selera baca yang istimewa.
Dan, lihatlah! Selain dapat menjadi andalan penguasa Eropa dalam bersiasat menghadapi penguasa Kraton Yogyakarta, Tan Jin Sing pun terbukti bisa menjadi teman yang baik. Dia bahkan paham seni kesukaan Crawfurd 'kan?
Menjadi K. R. T. Secodiningrat
Kita telah tahu bahwa Tan Jin Sing merupakan sosok yang lihai dan oportunis. Kasarannya dia tak segan bersikap licik demi mencapai tujuan. Namun, sisi baiknya dia mengimbangi semua itu dengan isi otak yang berkualitas.
Alhasil di kemudian hari, kepandaian dan kelihaian Tan Jin Sing sukses mengantarkannya ke puncak karier. Setelah sekian lama menjadi Kapiten Cina di Kota Yogyakarta, dia kemudian juga berhasil menjadi nayaka (pejabat kraton). Tepatnya ditunjuk sebagai Bupati Yogyakarta.
Yang menunjuk Sultan HB III atas persetujuan Raffles (penguasa Inggris). Tatkala itu Kraton Yogyakarta memang dalam cengkeraman penjajah Inggris.
Pencapaian tersebut membuatnya tercatat sebagai Bupati Yogyakarta pertama yang berdarah Peranakan. Nama Tan Jin Sing pun diubah menjadi Kanjeng Raden Tumenggung (K. R. T.) Secodiningrat.
Tentu saja jabatan sebagai Bupati Yogyakarta itu merupakan sebuah balas budi. Sultan HB III berterima kasih sebab Tan Jing Sing telah membantunya merebut tahta dari sang ayah.
Seorang anak merebut tahta ayahnya? Bagaimana bisa? Bisa, dong. Dalam hidup ini, apa pun bisa terjadi 'kan? Terlebih Pangeran Soerojo (yang menjadi Sultan HB III) bukanlah putra mahkota pilihan Sultan HB II.
Dalam posisi seperti itu, sudah pasti putra mahkota yang direstui Sultan Sepuh (Sultan HB II) tidak berdiam diri. Jadi Pangeran Soerojo mesti berebut tahta dengannya, bahkan dengan pangeran lain yang juga ngebet jadi raja. Tanpa bantuan Tan Jin Sing dan penjajah Inggris, belum tentu dia bisa menjadi raja.
Kalian mungkin pernah mendengar tentang peristiwa Geger Sepehi yang membuat Kraton Yogyakarta habis-habisan sebab diserbu pasukan Inggris. Nah! Tan Jin Sing punya keterlibatan besar dalam penyerbuan tersebut.
Dialah yang menyediakan ransum makanan untuk pasukan Inggris selama penyerbuan. Dia pula yang menyediakan tangga-tangga bambu yang dipergunakan pasukan Inggris untuk melompati Benteng Baluwarti dan jagang (parit dalam yang mengelilingi benteng kraton).
Pastilah sebelum membantu Tan Jin Sing sudah punya kesepakatan tertentu dengan pihak Inggris. Dia memastikan bahwa kawannya, yaitu sang putra mahkota, yang bakalan diangkat menjadi Sultan HB III jika Sultan HB II berhasil dilengserkan.
Pihak Inggris pun setuju dengan syarat, sultan baru nantinya bersedia tunduk kepadanya. Alhasil pada hari penyerbuan, Tan Jin Sing telah mengamankan sang putra mahkota di kediamannya yang berlokasi di Ketandan.
Bangunan tertutup mobil itu dulunya kediaman Tan Jin Sing/Dokpri |
Demikianlah adanya. Tan Jin Sing telah menjadi "pahlawan" bagi dua pihak, yaitu Sultan HB III dan penjajah Inggris.
Andai kata tidak terlibat politik praktis serupa itu, sangat mungkin Tan Jin Sing tidak dijadikan bupati. Pencapaian tertingginya dalam karier bisa jadi cuma sebagai Kapiten Cina.
Baiklah. Kucukupkan #BagianPertama ini. Sudah terlampau panjang. Tunggu, ya. Nanti bakalan ada juga penjelasan mengenai anekdot Cina wurung, Londo durung, Jawa tanggung.
O, ya. Referensinya kusertakan nanti di bagian terakhir.
seorang figura hebat yang pernah dilahirkan... 👍
BalasHapusEeeh, tapi dia pun kurang bisa disebut pahlawan.
HapusSyukaaaaaaak😍😍kunantikan seri sambungannya kakak 👍🏼👍🏼deskriptif dan nyenengin banget bacanya🥰
BalasHapusTengkiyuu telah membacaaa.
HapusWah lengkaaaaap. Sejujurnya saya baru dengar nama ini. Tan Jin Sing. Ternyata beliau punya peran yang sangat penting dalam sejarah bangsa kita ya. Terimakasih udah sharing, kak
BalasHapusSMa-sama. Terima kasih pula telah singgah.
HapusJasa beliau juga besar dalam arkeologi.di mana beliau yang member i dukungan fasilitas penggalian situs borobudur.
BalasHapusYoiii. Di bagian selanjutnya juga kubahas, Kak.
Hapuswaah baru tahu, baru denger juga ini namanya. langsung googling dan nemu banyak hal menarik, baca sejarah eamng bisa jadi hal yg menarik thanks kak
BalasHapusSama-sama. Terima kasih telah berkenan membaca.
Hapusaku baru denger nama ini. ternyata menarik juga ya ceritanya
BalasHapusBegitulah, Kak.
HapusBaru dengar cerita beliau, terimakasih informasinya kak informasinya sangat lengkap
BalasHapusSama-sama. Syukurlah tulisan ini bisa mengabarkan sesuatu yang baru bagi kakak.
HapusMeski baru baca bagian pertama, saya jadi paham kenapa orang Jogja bersikap tidak menyukai keturunan Tionghoa, karena pernah dikhianati.
BalasHapusIni baru satu hal, Kak. 😃
HapusWah jadi tahu cerita sejarah di keraton Jogja. Biasanya baca cerita sejarah itu membosankan, tapi di sini disajikan dengan menarik
BalasHapusTerima kasih atas apresiasinya, Kak.
HapusPolitik emang selalu dinamis dan tak kenal pekewuh. Kayaknya akan selalu begitu, sistem apapun politiknya pasti ada kelicikan untuk bisa mencapi tujuannya.
BalasHapusHahahha ... yeah, apa boleh buat?
HapusWah.. suami bakal suka banget nih baca kisah sejarah seperti ini, dan saya nanti tinggal dengerin ceritanya saja sambil pillow talk.. izin share ke suami ya, Mbak 😅
BalasHapusHahhaha silakaan ...
HapusBaru tauu.. Blom pernah diajarin di pelajaran sejarah sekolah. Makasih loh kak jd nambah wawasan baru ttg kratonan jogja
BalasHapusSama-sama. Yeah, apa hendak dikata, sejarah tampaknya sengaja tak mencatat.
HapusMenarik. Sejarah memang sudah membuktikan banyak anak mengkudeta ayah, adik mengkudeta kakak, dsb.
BalasHapusPengen tahu sumbernya nih Mbak, biar bisa baca langsung (kalau memungkinkan).
Di tulisan seri terakhir sudah kucantumkan sumbernya, Mbak. Silakan runut saja ke postingan-postingan setelah postingan yang ini.
HapusSejarah ini bisa jadi reminder buat yang baca bahwa gak ada pertemanan/koalisi yang abadi, semua dilakukan atas rasa saling pengertian dan menghargai.
BalasHapusYoiii. Inilah politik kekuasaan.
HapusBanyak sejarah yang hilang dan bahkan disembunyikan, atau bahkan tidak dihargai, salahsatunya tan jin sang ini, niatnya baik tapi kurang dianggap juga karena beberapa hal.
BalasHapusBegitulah. Sejarah adalah milik hegemoni, milik penguasa.
HapusTernyata Tan Jin Sing salah satu bagian dari sejarah yang tidak terceritakan. Terima kasih ya tulisannya Kak
BalasHapusIya, begitulah. Terkadang memang ada yg sengaja tak dikisahkan oleh sejarah.
HapusSama-sama.
Kak, aku jujur baru tahu ada nama Tan Jin Sin di dalam sejarah perkeratonan. Asli .. Apalagi ya Tan Jin Sin ini punya hubungan diplomatik sama orang² Eropa kan kala itu. Penasaran sama tokoh ini deh ❤️❤️
BalasHapusBanyak yang memang tidak tahu Tan Jin Sing, padahal dia bisa dikatakan sebagai sosok penentu dlm perjalanan Yogyakarta.
HapusWah aku jadi tahu nih tentang Tan Jing Sing. Pintar sekali ya sampai mahir banyak bahasa gitu dan jadi bupati. Ditunggu tulisan selanjutnya kak, penasaran juga aku meski aku darah sunda hehe tapi aku suka kalau baca sejarah gini jadi tahu.
BalasHapusDia pintar, luas wawasannya sebab menguasai berbagai bahasa sehingga mudah mengakses sumber ilmu. Namun, di sisi lain dia oportunis juga sih.
Hapusbaru tahu kalo riwayatnya ada orang berdarah cina yang justru mampu menjadikan kraton yogyakarta disegani oleh masyarakatnya, sejarah yg luar biasa si menurutku,
BalasHapusEhh, maksudnya gak gitu sih. Coba dibaca sekali lagi, Kak, apakah persepsi Kakak masih sama begitu?
HapusBaru tau sosok Tan Ji Sing. Kurang belajar sejarah jadinya begini. Makasi infonya, nambah pengetahuan nih.
BalasHapusTerima kasih, Kak, atas apresiasinya.
HapusWhoaaa nice artikel kak. Aku baru tau siapa Tan Jin Sing nah, dan juga disini diberikan penjelasan yg detai nah. Kak btw apakah ada gambar dari Tan Jin Sing sendiri? Penasaran nah
BalasHapusSaya belumenemukannya, Kak, bahkan di Rumah Tan Jin Sing pun gak kujumpai fotonya.
HapusHayo.. siapa hayo... Ternyata eh ternyata sosok kontroversial pada jamannya meninggalkan nilai sejarah hingga saat ini
BalasHapusHehehe ...
HapusAku baca malah, "lohh kok udah habis" hehee saking enjoy dg cara penulisannya.
BalasHapusHehe ... makasih Kak telah membaca dengan enjoy
HapusAda beberapa hal yang bisa dipelajari dari kisah Tan Jing Sing ini. Salah satunya bisa mahir dalam beberapa bahasa. Dengan begitu, beberapa hal bisa dikerjakan dan dicapai dengan lebih mudah
BalasHapusBenar, Bang. Dia menguasai kuncinya.
Hapus