HALO, Sobat PIKIRAN POSITIF? Kali ini aku akan bercerita tentang Sekaten. Terkhusus yang diselenggarakan oleh Kraton Yogyakarta.
Terusterang saja aku terpantik untuk menulis tentang Sekaten gara-gara komentar seorang teman blogger. Dia berkomentar di postingan IG-ku tentang Sekaten. Adapun komentarnya berupa pertanyaan, "Sekaten itu apa?"
Semula kukira dia bercyandyaaa. Jadi, komentarnya cuma kujawab pakai emoticon ketawa. Kukira dia sedang berkomentar jail.
Usut punya usut, dia berdomisili di Aceh dan memang orang sana. Jadi, pertanyaan itu bukan gurauan melainkan serius kepo. Hehe .... Maafkan aku, Kawan.
Baik. Mari langsung kita bahas. Kita mulai dari pertanyaan, "Sekaten itu apa?"
Secara umum Sekaten dikenal sebagai perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang diselenggarakan oleh Kraton Solo (Surakarta) dan Kraton Yogyakarta.
Mohon dicatat, karena aku warga DIY dan berdomisili di Kota Yogyakarta, yang kuceritakan pastilah Sekaten Kraton Yogyakarta. Ini bukan soal SARA lho, ya. Semata-mata karena aku tidak paham saja tentang Sekaten Solo.
Sekaten diawali dengan Miyos Gongso, yaitu dikeluarkannya sekati (sepasang) gamelan dari kraton. Pada Maulid 2023 ini, Miyos Gongso dilakukan tanggal 21 September. Bertepatan dengan tanggal 5 Mulud Jimawal 1957 atau 5 Rabiul Awal 1445 H. Waktunya Kamis malam alias malam Jumat.
Adapun akhir Sekaten dimulai ketika Kondur (Mlebed) Gongso, yaitu dikembalikannya sekati gamelan ke dalam kraton. Untuk tahun ini dilakukan tanggal 27 September. Bertepatan dengan tanggal 12 Mulud Jimawal 1957 atau 12 Rabiul Awal 1445 H. Waktunya Rabu malam alias malam Kamis.
Nah! Kurun waktu dari tanggal 5 hingga 12 Mulud Jimawal 1957 (Rabiul Awal 1445 H) itulah yang disebut Sekaten.
Adapun sekati (sepasang) gamelan yang dikeluarkan dari Kraton Yogyakarta adalah Kanjeng Kiai Guntur Madu dan Kanjeng Kiai Naga Wilaga. Yang masing-masing diletakkan di Pagongan Lor dan Pagongan Kidul.
Selama Sekaten berlangsung, dimainkanlah sekati gamelan tersebut. Bergantian. Kalau Kanjeng Kiai Guntur Madu dimainkan, Kanjeng Kiai Naga Wilaga rehat.
Waktunya pagi, siang, dan malam. Berhenti manakala waktu shalat 5 waktu dan shalat Jumat.
Lalu, di manakah Pagongan Lor dan Pagongan Kidul itu? Keduanya terletak di Pelataran ingkang Kagungan nDalem Masjid Gedhe Kraton (Masjid Gedhe Kauman).
Selama Sekaten juga ada pengajian dalam rangka Sekaten. Dilaksanakan tiap hari selepas Isya.
Ada pula makanan khas Sekaten, yaitu sega gurih (semacam nasi uduk dengan topping agak berbeda) dan endog abang (telur rebus yang diwarnai merah dan diberi hiasan).
Demikian cerita singkatku tentang Sekaten. Semoga berfaedah. Insyaallah nanti akan kusambung dengan cerita tentang Grebeg (Garebeg) Mulud. Namun, sembari menunggu bisa juga membaca TULISAN LAMAKU INI dulu.
Sekali lagi berhubung aku tinggal di Yogyakarta, yang kuceritakan ini rujukannya Sekaten ala Yogyakarta. Walaupun garis besarnya mungkin sama, aku tidak tahu apakah ada perbedaan detil pelaksanaan, antara Sekaten Surakarta dan Sekaten Yogyakarta.
Jika di antara kalian ada yang paham, tolong jelaskan yuk di kolom komentar. Apakah memang ada perbedaan tata cara Sekaten di kedua wilayah itu atau tidak? Terima kasih banyak sebelumnya.
hanya di Yogya sahaja ke yang guna perkataan Sekaten ini? di tempat-tempat lain di Indonesia?
BalasHapusYogya dan Solo.
HapusMantap kakak, aku tertarik pada sepasang gamelan, kenapa dinamai kyai?
BalasHapusKebiasaan orang Jawa saja dih apa-apa kan memang diberi nama dan kyai itu semacam nama kehormatan untuk gamelannya bukan dlm arti guru ngaji ya.
Hapusooh gitu, jadi adaptasi yaah antara ajaran Islam dengan kearifan lokal. Kerenn bangets sih ini, btw selain sekaten ada apa lagi kakak?
BalasHapusKlo untuk Maulid Nabi SAW cuma ada Sekaten, yg puncaknya nanti Garebeg.
HapusNambah info ini, saya juga penasaran sama Garebeg.
BalasHapusSiap, Kak. Nanti insyaallah aku ceritakan lagi, ya.
HapusJd ingat beberapa th lalu pernah pergi ke Jogja.. kota yang indah, tenang, orangnya juga ramah2.
BalasHapusSetuju mba.. Indah kota Jogja tuh
HapusHehe Alhamdulillah klo Yogyakarta dianggap indah.
HapusAlhamdulillah juga klo wong Yogyakarta dianggap ramah.
Hapusmenurut saya, banyaknya peninggalan budaya seperti ini membuat indonesia menjadi unik.. karena saya tinggal di jakarta, membaca hal ini, kemudian membayangkan hal ini, membuat naluri saya ingin hadir disana dan memotret suasana disana.. tentunya sangat bagus jika diabadikan untuk konsep human interest..
BalasHapusnice post!
Terima kasih atas apresiasinya, Kak. BTW di Yogyakarta memang banyak hal menarik, terlepas dari hal paitnya. Hahahah.
HapusSekaten asal kata syahadatan seingat saya. Di mana pada masa lalu kegiatannya masyarakat membsca syahadat sebagai syarat berislam, dilanjut makan sebagai keberkahan. Solo juga merayakan sekaten lho.
BalasHapusIya, itu dalam tulisan sudah ada keterangan kalau di Solo juga ada.
HapusSaya juga baru tau kak sekaten itu dari artikel ini maklum kak saya orang lombok belum tau
BalasHapusHehe ... Alhamdulillah kalau artikel ini bisa nambah wawasan pembaca.
Hapusngomomgin sekaten jogja itu jadi mengingatkan kenangan luar biasa di kota gudeg ini
BalasHapusdua kata untuk jogjakarya adalah LUAR BIASA!
mantap!
salam rahayu
Hmm. Luar biasa? Hehe mungkin bgitu sih, ya? Hehehe ...
HapusSekaten tahun ini kebetulan sangat dekat dengan rumah di Jogja, tapi sekarang ini masih harus stay di luar kota jadi cukup lihat postingan teman-teman saja untuk mengobati rindu suasana sekaten. Terima kasih sharingnya mba!
BalasHapusIya, nih. Jika berdomisili dekat dengan Kraton Yogyakarta pasti selalu dekat dengan Sekaten.
Hapusmelihat bagaimana tradisi masih dijalankan di jogja sungguh membuat rasa bangga ya kak. Banyak budaya bangsa yang sarat dengan makna terus dipertahankan. pasti ini seru sekali ada disana
BalasHapusAlhamdulillah Yogyakarta masih cukup menjaga tradisi.
Hapussaya orang jawa barat baru tau apa itu Sekaten, ternyata perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, makasih kak atas sharingnya. menambah wawasan saya terkhusus daerah jawa.
BalasHapusSama-sama. Iya, ini terkhusus wawasan tentang Jawa bagian Daerah Istimewa Yogyakarta.
HapusMaulid di Kraton Yogyakarta ternyata penuh cerita seru ya Kak. Penasaran banget jadinya pengen lihat langsung kemeriahannya, hehe
BalasHapusMemang banyak yang seru dan gokil, Kak.
HapusOh baru denger juga istilah sekaten ini untuk memperingati kelahiran Rasulullah SAW ya. Indonesia emang kaya dengan tradisi dan kebudayaannya ya, menarik sekali bisa tahu tentang perayaan Sekaten di Jogja melalui tulisan ini.
BalasHapusSyukurlah kalau tulisan sederhana ini bisa bermanfaat.
Hapuswah makasih banyak info detailnya mba, komen saya bisa berujung artikel bagus kekgini hehehe
BalasHapusAku juga ucapin terima kasih, ya, karena komentar itu memantik ide buat ngisi blog hahahaha ...
HapusSaya pun baru tau kalau sekaten tuh tradisi buat ngerayain maulid, jadi penasaran kalau liburan ke Jogja pas bertepatan dengan sekaten tuh kayaknya seru.
BalasHapusMakin seru klo sampai nonton garebegnya sekalian, lho.
HapusAku belum pernah menyaksikan langsung keramaian selama sekaten, baik di Jogja maupun Solo. padahal ya dekat aja kalau dari Semarang. Harus nih kapan2 dijadwalkan untuk main ke sana saat Sekaten.
BalasHapusHehe iya, Mbak, dekat kadangkala memang bersekat dan tersendat hahhaha ...
HapusSejarah Sekaten memang kudu dilestarikan sih ya. Masih penasaran banget bisa hadir langsung dan lihat tradisi ini.
BalasHapusSilakan datang ke Yogyakarta, Mbak. Hehe ...
HapusMbak, aku pun baru tau apa itu Sekaten lho, ahaha. Padahal aku orang Jawa, tapi karena lahir di Jakarta, jadi gak terlalu paham dengan kebiasaan ini. Makasih penjelasannya yaa :)
BalasHapusYoi, Mbak. Sama-sama.
HapusAku berencana ke jogja, solo trip. Ini bakal masuk wishlist. Btw, aku baru tau maksud Sekaten, emang jawa termasuk jogja selalu menghadirkan budaya yang unik banget
BalasHapusKlo ke Yogya dan ing8n liat Sekaten, pastikan tanggalnya yg dekat dg saat Maulid Nabi SAW.
HapusMungkin karena aku orang jawa tetapi bukan dari Yogya dan Solo, jadi nggak tau juga tentang sekaten kak. Dalam bayanganku tadi agak tercampur dengan suro, sebenarnya sama nggak sih kak upacara sekaten dengan suro?
BalasHapusBeda. Pelaksanaan Sekaten aja bukan di bulan Sura.
HapusSelain sekaten pastinya banyak juga acara kebudayaan lain ya kak. Kalau di hari biasa bakal ada acara tradisional juga ngga ya?
BalasHapusKadangkala ada. Di Kraton Yogyakarta ada jadwal tertentu untuk pentas tarian dan wayang orang.
HapusThank youuuu mba tin, aku jadi tau Sekaten. Sebelumnya memang blaaaas ga tau. Mungkin kalo mama mertua masih ada, beliau pasti tahu. Tapi kurasa Sekaten solo, karena mama orang solo.
BalasHapusAku Amazed dengan 2 gamelannya yang diberi nama. Ini mah suamiku yg orang solo aja pas aku tanya Sekaten, dia juga ga tau. Pernah denger doang, tapi maknanya apa, langsung blank 🤣🤣
Hahaha sama-sama, Mbak. Iya klo orang Solo pasti lebih kenalnya yg ala Solo.
HapusBaru paham sekarang kalau acara sekaten itu adalah acara maulid versi keraton ya. Padahal dulu pernah tinggal di Jogja tapi memang belum mengerti makna Sekaten itu apa.
BalasHapusBegitulah, Kak. Alhamdulillah kini jadi tahu.
HapusSekaten jaman dulu sebelum Covid saya rasa lebih meriah ya.. Saya sering ikut itu, dan pernah naik kora kora juga.. Jadi kangen deh
BalasHapusNaah, naik kora-kora itu di Pasar Malam Sekaten. Bukan acara Sekaten. Dulu Sekaten terkesan lebih ramai sebab nyampur lokasinya, antara Sekaten dan Pasar Malam Sekaten.
Hapus