APA kabar Sobat PIKIRAN POSITIF? Gimana, nih? Sudah siap menuju ke TPS pada 14 Februari nanti? Sudah punya pilihan untuk pilpres dan pileg 2024 'kan? Jika belum, masih ada waktu sedikit hari untuk berpikir. Go go go!
Oke. Tentu saja aku tidak akan menulis tentang politik walaupun paragraf pembuka tulisan ini mengandung ajakan ke TPS. Siapalah aku ini? Bukan politikus. Bukan pula pengamat politik. Takut ngawur kalau ikut-ikutan membahas dunia perpolitikan yang panas bin ganas. Haha!
Sesuai dengan judul di atas, tulisan ini hanya menyoal baliho yang banyak bertebaran selama masa kampanye pilpres pileg 2024. Sekali lagi, selama masa kampanye. Oke? Jadi saat kalian membaca tulisan ini, mestinya sudah tak ada lagi baliho pemilu yang bertebaran.
Kalau di tempat kalian ternyata baliho-baliho masih eksis, ayo copot saja. Kalau lebar bisa dimanfaatkan sebagai tikar, lho. Yang kecil-kecil bisa dikumpulkan, lalu diloakkan. Lumayan 'kan?
Kalau dipikir-pikir di era serba digital begini, mestinya baliho jalanan yang berpotensi menjadi sampah diminimalkan jumlahnya. Mestinya cuma di daerah-daerah pelosok saja dipasangnya. Terkhusus yang sinyal internetnya kerap angin-anginan.
Iya. Sudah tiba masanya kita beralih ke baliho digital. Kupikir-pikir, durasi kampanye di dunia maya saat ini sudah memadailah. Dengan demikian, jumlah baliho pilpres pileg jalanan sudah saatnya dikurangi.
Ayolah beralih ke model kampanye dan baliho yang lebih ramah lingkungan alias tidak menimbulkan sampah. Setuju 'kan?
Baik. Untuk mengakhiri tulisan ini, kutampilkan deretan foto baliho pemilu 2024. Silakan cermati satu demi satu. Siapa tahu ada salah satu caleg yang kalian kenal?
Baliho pilpres 2024 semarak banget memenuhi jalan raya hahaha :D Paling ngenes itu kalau baliho sampai menimpa mepotor maupun pejalan kaki, seperti yang diberitakan di televisi waktu itu kan, kasihan :( Kalau tertata rapi sih oke ya tapiiiii yach mau gimana lagi.
BalasHapusIya sih, kerap masang balihonya sembarangan.
Hapusberkat baliho saya bisa hapal loh beberapa nama caleg, sangking sering dilewatinnya wkwk.. terus pas masa tenang baliho yang jumlahnya bejibun bisa langsung hilang dalam sekejap.. dan herannya saya masih inget letak-letak baliho caleg yang biasa saya lihat :D
BalasHapusHahahha beneran tertancap dalam ingatan ya, Bang.
Hapussangking banyaknya baliho di tempel di gang rumah sampai pusing lihatnya dari ujung gang ke ujung lagi tembokpun penuh. tapi setelah itu lumayan juga sih baliho tadi bisa di manfaatkan warga sekitar entah itu buat penutup atap, telapak meja jualan dll,
BalasHapusHahahha ambil hikmahnya aja
HapusBanyak orang terganggu dengan banyaknya baliho tapi aku justru menikmati sih, seru aj liat mereka mempromosikan diri dengan foto yang banyak di edit hehehe.... kadang sering juga jadi tahu, ooo si ini nyaleg.... :D
BalasHapusBenar, Kak, dilihat dari sisi positifnya saja.
HapusSaya lupa memcopoti baliho di dekat rumah. Sedih, lho. Huhu. Padahal kan bisa dimanfaatkan jadi apa saja dan gede2 pula.
BalasHapusBtw menurut saya baliho masih sangat efektif di masyarakat.
Ternyata demikian faktanya, Mbak, sebab belum semua orang nengok medsos.
HapusPas pulkam sebelum pencoblosan udah banyak yg bongkar-bongkar baliho. Cucok jg sih sebenarnya kalau baliho besarnya dijadiin karpet pas ke kebun atau piknik biar nggak kebuang sia-sia.
BalasHapusNah, nah. Benar tho lumayan banyak manfaatnya? Hahaha.
HapusMbak aku kog baru kepikiran ambil baliho buat tikar sih, Mayan nih buat duduk santai pas di pantai ya wkwkw
BalasHapusXixixi
HapusAku setuju sih mending pake baliho digital ya biar gak jadi sampah & menuhin tembok yg ujung2nya ngerusak cat. Bingung kmrn mau pilih caleg siapa soalnya gak tau orang2nya haha
BalasHapusHihihi sama, Kak, saya buta caleg di dapil saya juga.
HapusBener sih, apalagi ga izin sama yang punya rumah. Itu depan rumah ada banner segede gapura kecamatan, dipaku di pohon mengkudu, ga ada izin ke yang punya rumah. Tiba-tiba pas subuh, sudah terpasang nyata menghalangi pemandangan. Merusak pohon juga, nyampah emang jadinya.
BalasHapusItulah. Asal pasang, bikin kzl.
HapusAku kemarin tiap lewat bawah flyover dekat stasiun Tanah Abang selalu ovt kalau ada angin kenceng gmn itu kalau alat perga kampanye kyk baliho dll jatuh kan nimpa ya. Apalagi gak sedikit yg selama kini jadi korban. belum lagi, benerm sampahnyaaa.
BalasHapusMakanya aku suka kampanye gaya diskusi atau melalui medsos, asal gak hoax dan menyebar kebencian aja.
Iya ya, selain nyampah juga berbahaya.
HapusMenurutku baliho dipinggir jalan udah gak relevan lagi sih buat para caleg. Ya walaupun itu bisa saja menggaet pemiih usia 50-an ke atas yang gak bisa main medsos. Kampanyenya mending di medsos, lebih massif.
BalasHapusKlo 50-an masih pada melek internet sih.
HapusSepertinya sistem baliho di Indonesia harus dapat mencontoh sistem baliho nya di Jepang ya, lebih rapi dan juga enak dilihat
BalasHapusYup, intinya mesti dibenahi.
Hapus