HALO, Sobat Pikiran Positif? Aku hendak bercerita tentang perjalananku tempo hari. Sebuah cerita yang dimulai dengan naik KRL jurusan Solo dari Stasiun Yogyakarta (Stasiun Tugu). Tentu aku tidak sendiri. Ada dua kawan yang menemani.
Sesuai dengan judul di atas, kami naik KRL untuk dolan ke Candi Sojiwan. KRL-nya tujuan Solo, tetapi kami turun di Stasiun Brambanan (pakai "B", bukan "P"). Kurang lebih 20 menit perjalanan dari Stasiun Yogyakarta.
Apakah lokasi Candi Sojiwan dekat dengan Stasiun Brambanan? Iya, lumayan dekat. Bisa ditempuh dengan jalan kaki santai sekitar 13 menit dari stasiun tersebut. Akan tetapi, kalian bisa naik becak motor kalau tidak mau lelah.
Enak mana antara jalan kaki dan naik becak motor? Kalau bagi kami jelas enak jalan kaki. Apa alasannya? Pertama, hemat ongkos. Kedua, bisa sambil melihat-lihat suasana sekaligus jeprat-jepret sebelum sampai tujuan.
Begitulah. Di sepanjang jalan kami sibuk mengisi galeri HP. Ada rumah lawasan yang tampak menarik, jepret. Ada bunga flamboyan, jepret. Akan tetapi, saat nemu penjual jajan pasar kami singgahi. Kami larisi beberapa ribu rupiah.
Sesantai itulah kami berjalan. Tahu-tahu Candi Sojiwan sudah di depan mata. "Wow! Itu diaaa," kata kami bersamaan.
"Pintu masuknya mana, ya? Lewat sini atau ke sana?" Tanyaku sembari celingukan.
Salah satu kawan menyahut, "Sepertinya lewat sana masuknya. Tuh, lihat. Pagarnya 'kan sama dengan pagar yang ada di Candi Prambanan."
Kedua kawanku kembali melangkah. Sementara langkahku tertahan oleh bangunan di seberang jalan. Oh! Rupanya itu Kantor Kepala Desa. Gerbang pagarnya terbuka lebar, tetapi tidak ada sedikit pun tanda kehidupan.
"Aneh. Hari kerja jam kerja, tetapi di mana orang-orang?" Entah mengapa aku malah terserang overthinking. Tiba-tiba bergidik membayangkan yang bukan-bukan. Untunglah ada sepeda motor lewat. Mengagetkan sekaligus membawaku kembali ke alam nyata.
Tanpa babibu kususul segera kedua kawan yang telah di depan sana. Ternyata mereka menungguku untuk berswafoto di depan papan nama.
"Di mana orang-orang?" Tanyaku celingukan. Kami sedang memasuki halaman kompleks Candi Sojiwan.
"Maksudmu siapa? Pengunjung lain?"
"Iya," jawabku.
"Eh. Beli tiket dulu. Berapa itu? O, 8000." Kami pun menyiapkan uang tunai untuk membeli tiket masuk.
"Beli tiket, Pak." Salah satu kawanku mendekat ke loket tiket dan menyapa si penjaga loket. "Pak?"
"Pak! Beli tiket!" Barulah si penjaga loket terkejut saat kami sama-sama berbicara secara kompak dan keras. Dia tertidur entah keasyikan main HP.
Singkat cerita, kami kemudian leluasa sekali berfoto ria di seluruh area candi. Mengeksplorasi sisi kiri, lalu pindah ke sisi kanan. Serasa menyewa pokoknya. Bebas jeprat-jepret. Bebas pula membuat video. Sampai-sampai tak terasa kalau nyaris pukul 11.00 WIB. Saatnya pulang sebab mesti mengejar KRL ke Yogyakarta.
Huft! Candi Sojiwan. Bila bisa berbicara, dia pasti akan saling curhat dengan si penjaga loket tiket masuk. Atau, dengan si satpam. Sayangnya si candi tidak bisa bicara.
Selamat tinggal, Candi Sojiwan! Sampai jumpa di lain waktu. Semoga pula dalam suasana yang berbeda. Yang membuat kami mesti mengantre saat hendak berfoto ria. Bukan seperti tempo hari di mana kami bertiga serasa menyewa seluruh areamu.
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.
Mungkin karena jarang ada pengunjung jadi petugasnya kurang sigap mba
BalasHapusIya, Bang. Jadi kalau saat ada pengunjung dia malah merasa sedikit aneh. 🤣🤣
HapusJadi kepengen kesana juga. Lama aku gak jalan-jalan keluar. Thanks kak infonya yang ini. Jadi makin tahu, heheh
BalasHapusNewsartstory
Oke. Sama-sama.
HapusCandi Sojiwan ternyata keren banget, ya! Sejarah dan budaya Jawa terasa banget. Semoga destinasi ini semakin ramai dikunjungi dan terjaga keindahannya. _Marcellow
BalasHapusIni candinya cuma satu ya mbak? Jadi penasaran mengenai sejarah candi sojiwan ini. Terus kenapa sepi ya? Apa karena jam kerja?
BalasHapusSepi banget yahhh, ngga se terkenal Prambanan juga pastinya. Sampe bapak yang jaga loket aja ketiduran. Situs cagar budaya yang kaya hidup segan mati tak mau :(
BalasHapusWah, seru banget ceritanya! Jadi pengen langsung cus ke Candi Sojiwan.Foto-fotonya bagus banget! Terlihat banget kalau kamu menikmati perjalanan. Aku juga suka jajan pasar, apalagi kalau pas lagi jalan-jalan. Suasananya pasti tenang banget, ya?
BalasHapusTerasa menyewa candi yaa kak bisa leluasa jepret-jepret, hehe. Indah banget candinya, menikmati momen bersama teman-teman puas jepret di sana ya. Sambil menikmati jajanan di sana juga.
BalasHapusCandi adalah tempat eksotis di zaman kolosal yang aku ketahui dari cerita tutur tinular.
BalasHapusMungkin candinya memang kurang banyak peminat kak. Di tempatku juga ada candi dan memang terlihat sepi kalau tidak ada special event di sana. Haia, sepertinya cagar budaya kaya gini lebih di gaungkan lagi ya, jadi pak satpamnya bisa lebih melek kalau ada pengunjung. hehehe.. :D
BalasHapusKalau banyak yang menarik dan cuaca mendukung, saya memilih berjalan kaki. Apalagi kalau saya ke sana kan sebagai wisatawan. Sayang aja gitu kalau banyak hal menarik dilewatkan. Itujadi candinya hanya 1 gitu, ya? Trus sekitarnya tanah lapang?
BalasHapusTidur dikamar klo cuaca panas lebih enak kayaknya .. wkwkwk
BalasHapusBentuknya mirip Candi Prambanan tapi dalam versi kecil ya.
BalasHapusDuh, sepertinya aku mesti tinggal paling nggak 3 bulan di Yogya dan Solo supaya puas menjelajahi candi-candi di sekitar sana.
Seru banget sih kak, jalan-jalan ke Solo barengan teme.n buat mengunjungi candi. Ah, anak zaman now pasti jarang yang tahu tentang candi ini, ya
BalasHapusWaahh aku belum pernah ke Candi Sojiwan ini, ternyata keren ya... bentuknya mirip2 Candi Arjuna gak sih?
BalasHapusKebayang gimana ngantuknya si bapak yang jaga loket saking jarangnya pengunjung yang datang deh, Mba. Wkwkwk ... Nah, aku pun jadi ikutan kebayang, gimana jadinya kalau bangunan Candi Sojiwan ini curhat sama satpam dan penjaga loket saking sedikitnya pengunjung yang datang. Asik yaaa bisa dijangkau dengan jalan kaki dari Stasiun Brambanan. Serius ini nama stasiunnya hampir bikin aku salah paha. Untung ada barbuk berupa foto yang bikin aku ngerasa "Oh, nama stasiunnya bukan typo, emang pakai huruf B."
BalasHapusSeneng lihat cerita dolan ke candi yang beda! Jadi pengen cobain jalan kaki sambil menikmati suasana desa sampai ke Candi Sojiwan.
BalasHapusPengen dolan juga tetapi ada buntut masih kecil
BalasHapusTunggu sesaat lagi karena memang anak-anak cepat lelah kalau diajak jalan