Kalau sudah pernah, tentunya kalian tahu bahwa rumah-rumah di situ punya kekhasan tersendiri. Mayoritas masih berupa bangunan kuno. Plus bagian depannya ada undakan.
Apa yang kalian pikirkan mengenai undakan-undakan itu? Mengapa tiap rumah di Kauman memilikinya? Apakah untuk mengantisipasi banjir? O, tentu tidak. Undakan di Kauman dibuat lebih untuk kepentingan sosial.
Dari Doktor Munichy B. Edrees, aku mendapatkan informasi menarik. Tatkala itu dalam sebuah pengajian ibu-ibu di Kauman, beliau menceritakan bahwa Kiai Dahlan sering "nongkrong" dengan warga Kauman di undakan depan Langgar adz-Dzakirin.
Tentu saja Kiai Dahlan tidak nongkrong biasa. Nongkrongnya itu nongkrong tendensius. Ada tujuan tertentu, yaitu berdakwah dengan nuansa santai. Kiai Dahlan menyebarkan nilai-nilai Islam dengan obrolan santai.
Doktor Munichy mengatakan bahwa cara tersebut dilakukan demi penyesuaian. Salah satu cicit KHA Dahlan itu menuturkan bahwa warga setempat punya kebiasaan nangga. Sore-sore duduk-duduk depan rumah sambil bersosialisasi dengan tetangga. Itulah sebabnya ada undakan-undakan di depan rumah-rumah di Kauman.
Demikianlah sedikit cerita mengenai Kiai Haji Ahmad Dahlan dan undakan yang ada di Kampung Kauman. Menarik 'kan? Jika merasa perlu mendatangi lokasi undakan-undakan itu, silakan datang ke Kauman Ngupasan Gondomanan Yogyakarta.
Baca juga tulisanku terkait ini di KOMPASÌANA.
Wah suasananya khas banget ya, siap masuk list klo besok ke YK. Trims mba
BalasHapusSuasananya keliatan enak aja sih menurutku. Rumah yang sederhana tapi penuh dengan kenangan. Thanks kak udah berbagi...
BalasHapusNewsartstory
Mesti dikunjungi nih Kauman di Yogyakarta. Tentu saja menarik sekali kisah Kiai Ahmad Dahlan. Apalagi pintu-pintunya yang estetik dan masih asli masih ada dan menjadi ikon sejarah di sana.
BalasHapusbaru tahu kalau undakan di Kauman punya sejarah yang dalam banget! Jadi kayak ruang tamu terbuka gitu ya buat warga sekitar. Keren banget Kiai Dahlan udah mikirin cara dakwah yang asik dan nyambung sama masyarakat.
BalasHapusApakah lokasinya dijadikan tempat wisata? Secara ini juga tempat bersejarah
BalasHapusMaklum gk pernah ke Yogyakarta jadi gak tau kebiasaan disana
nostalgia banget ya kalau masuk ke daerah ini, dan ternyata undakan itu punya fungsi sosial dimasanya. Ah kereen.
BalasHapusKalau liat model teras seperti itu, awalnya aku juga mengira untuk kebutuhan agar lebih tinggi jadi tidak kebanjiran saat hujan..
BalasHapusTapi emang jadi lebih asik aja yah seolah kayak "disediakan tempat" untuk nongkring di depan rumah, lebih punya kesan ketimuran sih kalah menurutku :D
Nama kauman di jogja juga ada ya ternyata.. Hehehe.. Di Malang juga ada nama wilayah kelurahan Kauman, dan model rumahnya juga kurang lebih sama seperti di gambar. Bahkan di Banyuwangi juga ada wilayah yang sama namanya kauman, juga memiliki rumah dengan model yang sama pula.Hmmm,, apa ada sejarahnya ya kenapa rumah di wilayah kauman sama seperti itu??? :D
BalasHapusOh, jadi undakan itu maksudnya untuk jagongan ya mbak. Masuk akal sih. Soale bapak-bapak kalau udah keluar rumah dan nongkrong di teras, pasti bapak-bapak yang lain auto ikutan
BalasHapus