HALO, Sobat Pikiran Positif? Semoga kalian tidak sedang galau gara-gara isu Efisiensi Anggaran, ya. Woilah. Bukan isu. Maaf, maaf. Itu betulan. Fakta.
Gimana, ya? Sejujurnya aku bingung juga dengan persoalan Efisiensi Anggaran ini. Ketika awal tahu adanya kebijakan tersebut, responsku seketika sangat setuju. Aku bahkan kesal kepada orang-orang yang menentangnya.
Dalam bayanganku, kebijakan tersebut bisa memusnahkan kebiasaan buang-buang anggaran saat jelang penghujung tahun. Pun, instansi-instansi negara bakalan lebih hemat dalam menyelenggarakan kegiatan masing-masing.
Misalnya pertemuan tak lagi dilakukan di hotel, tetapi di kantor saja. Lebih hemat jadinya. Tak perlu bayar sewa tempat. Tak perlu juga ada ongkos transportasi.
Kemudian untuk akomodasi makan dan minum, bisa dikurangi jumlah dan jenisnya. Misalnya selama ini isi kotak snack adalah 3 jenis kudapan, sekarang dijadikan 2 jenis saja.
Akan tetapi, suatu hari aku bertemu dengan seorang kawan. Dia seorang ASN di sebuah kementerian. Perihal Efisiensi Anggaran pun menjadi topik obrolan kami.
Nah. Obrolan tersebut membuatku tahu kalau ada sudut pandang kami yang berlainan. Insyaallah kawanku objektif meskipun seorang ASN. Tidak semata-mata menentang kebijakan Efisiensi Anggaran secara membabibuta.
Dia menyampaikan bahwa kantornya bukanlah tipe kantor yang terbiasa melakukan mark up anggaran kegiatan. Dengan demikian, pengurangan anggaran lumayan berpengaruh dalam pelaksanaan program-program kegiatan.
Aku masih biasa-biasa saja tatkala menyimak penuturannya itu. Namun, saat dia menyampaikan bahwa yang paling menyedihkan adalah bakalan adanya putus hubungan dengan beberapa UMKM, hatiku mencelos.
Di situlah aku tersadarkan. Kebijakan Efisiensi Anggaran mau tidak mau pasti akan berdampak secara luas. Seketika aku teringat snack-snack yang kuterima dalam acara-acara di UGM.
Di kotak kardus snack-snack tersebut selalu tertera nama jasa penyedianya. Adapun jasa penyedianya bermacam-macam. Yang berarti UGM menjalin kerja sama dengan beberapa usaha kuliner.
Kiranya itulah pula yang terjadi di kantor kawanku. Instansi pemerintah itu menjalin kerja sama dengan beberapa UMKM di sekitarnya. Mulai dari UMKM penyedia makan dan minum hingga transportasi dan akomodasi lain.
Iya, iya. Jalinan kerja sama dengan UMKM pelbagai bidang itu berarti ikut menggerakkan roda perekonomian. Alhasil, Efisiensi Anggaran besar-besaran berpotensi memutus kerja sama tersebut. Yang berarti mengganggu pergerakan roda perekonomian. Wah?!
Setelah tahu bahwa dampak Efisiensi Anggaran tak cuma ditanggung ASN, aku menjadi resah. Sungguh tak kusangka kalau hal-hal yang terdampak bakalan sebanyak itu.
Keresahanku kian memuncak saat membaca informasi di X. Informasi tentang apakah? Tentang pengaruh Efisiensi Anggaran terhadap pemberian beasiswa dan KIP Kuliah.
Duh, duh. Apa jadinya ini nanti? Apa kabar sekian banyak mahasiswa UGM yang merupakan penerima beasiswa dan KIP Kuliah? Masak iya harus diputus tiba-tiba? Sementara banyak mahasiswa UGM yang memutuskan kuliah sebab adanya beasiswa.
Semoga cerita buruk terkait Efisiensi Anggaran dan beasiswa pendidikan tidak bakalan ada. Semoga.
Jumat kemarin update dari bu Menkeu katanya gak ngaruh ya beasiswa ya
BalasHapusSemoga betulan tidak ngaruh.
HapusSejatinya efisiensi ini bagus dan aku setuju, tapi kadang aku jadi mikir, apa ndak terlalu ekstrim ya. Beberapa berita yang kubaca malah ada yang harus "merumahkan" pegawainya imbas efisiensi ini. Salah seorang temanku yang honorer juga kena imbas adanya pemangkasan ini. 🥹
BalasHapusIya, sesungguhnya efisiensi anggaran bagus, hanya saja banyak pimpinan kantor yang kurang kreatif dan inovatif dalam pelaksanaannya. Jadinya ya terkesan ekstrem.
Hapussaya juga awalnya setuju dengan efisiensi tapi pelaksanannya seperti kurang persiapan. jadi terlalu banyak aspek-aspek krusial yang terdampak, sedih juga jadinya.
BalasHapusNah! Memang bagus, tetapi pelaksanaan di lapangan kureeeng.
HapusSaatnya bagi mereka yang sering dapat job basah di instansi negara bertarung fair dengan kita yang tidak pernah mendapatkan apapun fasilitas untuk berusaha.
BalasHapusBetul juga.
HapusEfisiensi bagus, kalo memang digunakan untuk meng-cut pengeluaran yang tidak terlalu berguna. Sayangnya, kenyataan di lapangan tidak demikian. Di sosmed udah banyak seliweran dampak yang akan terjadi jika efisiensi anggaran tetap dilaksanakan. Bacanya jadi ngeri sendiri, cuma bisa berdoa semoga negeri ini segera bisa tertolong.
BalasHapusSemoga negeri kita makin baik-baik ke depannya.
HapusKalau yang aku baca ya kak, KIP kuliah emang gak terdampak efisiensi. Tapi UGM nya yang terdampak. Tapi semoga tidak "merepotkan" dunia pendidikan ya
BalasHapusJujur info yang begini-beginian aku kok lagi kurang update yak? :) secara kondisi ekonomi memang sepertinya sedang banyak penyesuaian.. aahshh.. mbuhlah!
BalasHapusEfisiensi sebetulnya bisa dilakukan banyak cara. Pemotongan anggaran memang jadi salah satu opsi. Sebetulnya, saya setuju aja, asalkan dilakukan dengan benar. Saya yakin, kalau dilakukan efektif, keadaan negara bisa cepat pulih. Sayangnya yang terjadi justru lebih banyak yang bikin narik napas panjang.
BalasHapusKalau efisiensi yang dilakukan pemerintah,keknya emang gak sinkron antara mulut sama tindakan sih mbak huhu.
BalasHapusSayangnya yang kena efeknya ya pegawai2 negeri yang bawah2 yang kudu hemat dan kadang malah kabarnya ada yang terpaksa memakai dana pribadi huhu.
Sebaliknya, kalau rakjel kek kita, dengan kondisi ekonomi sekarang yaaa, banyak2 berhemat, apalagi dekat lebaran gini. Kudu banyakin nabung, invest, skip yang gak penting.
Saya setuju kalau efisien itu diberlakukan untuk kegiatan pemerintah yang terkesan menghambur-hamburkan dana seperti studi banding keluar negeri dan kegiatan sejenisnya.
BalasHapusTapi kalau sampai menyentuh keberlangsungan hidup orang banyak sangat disayangkan sekali. Seperti keberlangsungan UMKM itu sebaiknya jangan ada efisiensi.
Iya efisiensi anggaran selayaknya dipilih² lagi sih. Mana yg beneran pemborosan itu yg dipangkas, mana yg malah membantu masyarakat kecil yg membutuhkan, itu harus dipertahankan. Aamiin doanya kak. Aku pun H2C klo UKT mahasiswa naik, krn anak sulung baru aja kuliah thn lalu.
BalasHapusSebenarnya saya setuju banget ada program efisiensi anggaran, karena memang anggaran kita sering terbuang-buang percuma untuk program gak jelas. Tetapi, kenapa kayak pilih-pilih ya efisiensinya? Sektor yang harusnya dijadikan prioritas malah kena efisiensi yang besar, di sisi lain yang cuma untuk kepentingan politik malah tidak kena efisiensi.
BalasHapusHatiku juga mencelos jika benar efisiensi anggaran berdampak pada beasiswa pendidikan dan hal terkaitnya. Sayang banget ya, apalagi jika nanti berdampak luas pada kualitas pendidikan anak bangsa ke depannya. Hiks!
BalasHapusEfisiensi anggaran begini sebenarnya dampaknya besar banget deh, Mba. Semisal UMKM yang terpaksa putus hubungan dari kantor kementerian tempat teman Mba bekerja itu. Atau sesederhana aturan untuk kerja hybrid kepada beberapa ASN di beberapa lembaga dan kementerian sekarang, Tujuannya apa? Biar biaya operasional kantor bisa ditekan. Kan kinerja ikut dipertaruhkan. Sementara di sisi lain, DPR sepertinya tetap jadi ranah yang basah ya. Kita berjuang, apakah oknum nakal di sana juga mewakili hidup kebanyakan dari kita yang ngos-ngosan menyambut kehidupan seperti sekarang? Hmm ... kan jadi mikir lebih panjang nih.
BalasHapus