Sudah beli baju Lebarankah? Baru akan belanja bahan-bahan pembuat kue kering? Masih puyeng untuk memutuskan hendak mudik atau tidak?
Tenang, tenang. Walaupun mungkin belum belanja-belanja, baik daring maupun luring, tak jadi soal. Lebih baik sekarang menyimak ceritaku dulu.
Cerita tentang apakah? Kali ini aku hendak bercerita tentang kursi-kursi putih yang ada di Mushola Aisyiyah Kauman Yogyakarta. Sebagaimana yang tampak pada foto berikut ini.
Dokpri Agustina
Ayo, tebak. Kursi-kursi putih yang berjajar di ruangan sholat itu fungsinya apa? Kalau kamu menjawab untuk acara pengajian, itu tidak sepenuhnya salah. Pun, tidak sepenuhnya benar.
Saat pengajian jelang buka puasa atau pengajian Ahad pagi, kursi-kursi memang diduduki sebagian jamaah untuk menyimak pengajian. Namun, itu bukan fungsi utama. Fungsi utama kursi-kursi itu untuk salat.
Jamaah tetap Mushola Aisyiyah Kauman, yang berada di wilayah Kalurahan Ngupasan Kemantren Gondomanan Kota Yogyakarta, mayoritas lansia. Setengahnya masih mampu salat dengan sempurna. Setengah lainnya mesti salat dengan duduk.
Sebagian dari yang cuma mampu salat dengan duduk, berangkat ke musholanya sudah susah payah. Masih bisa berjalan sendiri, tetapi pelan-pelan sekali.
Selebihnya ada yang harus dibantu dengan tongkat dan kursi roda. Kursi rodanya difungsikan sebagai pegangan buat melangkah. Jadi tidak dinaiki, tetapi didorong.
Luar biasa 'kan semangat para nenek untuk melaksanakan salat berjamaah? Para nenek, ya. Cuma para nenek. Mengapa? Sebab Mushola Aisyiyah adalah mushola khusus perempuan.
Saya baru tahu kak ternyata mushala itu memang ada yang diperuntukkan untuk perempuan saja. Karena di beberapa tempat saya pernah datang untuk ikut rapat warga, mushalanya hanya dibatasi tali untuk menyekat batas laki-laki dan perempuan. Berarti untuk yang lali-laki di sana mushalanya beda ya? ❤️
BalasHapusYang laki-laki di Masjid Besar Kauman, sebelah alun alun lor Kraton Yogyakarta.
HapusSaya pernah setahunan shalat sambil duduk karena cedera lutut. Saat itu, kalau ke mana-mana selalu bawa kursi lipat kecil yang bisa dimasukkan ke ransel supaya saya bisa tetap shalat. Karena gak semua masjid menyediakan kursi.
BalasHapusSejak itu, saya semakin menyadari pentingnya masjid atau musholla menyediakan kursi. Sangat membantu banget tidak hanya bagi lansia. Tapi, juga bagi siapa pun yang butuh bantuan kursi untuk shalat.
Iya, Mbak. Betul banget. Terkadang enggak bisa salat sempurna sebab sakit juga. Not only sebab usia.
HapusWah keren ya musholla-nya, menyediakan fasilitas yang pasti berguna untuk orang-orang yang beribadah di dalamnya. Hal-hal kayak gini harus diterapin nih di musholla yang lain
BalasHapusCerita tentang kursi-kursi di Mushola Aisyiyah bikin aku jadi lebih paham tentang kenyamanan tempat ibadah. Gaya penulisannya enak dibaca dan penuh makna. Thanks udah berbagi cerita yang inspiratif ini!. Saran mungkin template di ganti biar lebih enak di pandang
BalasHapusBisa dicontoh untuk musala atau masjid yg lainnya ini ya. Menyediakan kursi agar para lansia atau yg membutuhkan tetap bisa salat.
BalasHapusSungguh mengharukan melihat semangat para lansia di Mushola Aisyiyah. Kursi-kursi itu bukan sekadar tempat duduk, tapi simbol perjuangan dalam beribadah. Semoga kita semua bisa meneladani semangat mereka.
BalasHapusKauman Jogja tempat legendaris yang melahirkan salahsatu tokoh besar Indonesia yaitu KH Ahmad Dahlan. Suasananya memang sangat religius, saya pernah singgah didaerah sana pada era 90
BalasHapusWah, tulisan ini menarik banget! Aku setuju, keberadaan kursi di mushola itu penting banget buat jamaah yang udah sepuh atau punya keterbatasan fisik. Kadang hal kecil kayak gini suka luput dari perhatian, padahal bisa bikin ibadah jadi lebih nyaman. Semoga makin banyak tempat ibadah yang sadar dan menyediakan fasilitas serupa. Makasih udah nulis hal ini, bener-bener inspiratif!
BalasHapus