Minggu, 17 November 2024

MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo

7 komentar
HALO, Sobat PIKIRAN POSITIF? Aku mau bercerita tentang sebuah museum baru. Lokasinya di Kawasan Desa Wisata Kasongan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tak lain dan tak bukan, museum yang kumaksudkan adalah MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo.

Dokpri Agustina

Cara penulisannya memang "MuseumKu", ya. Bagian "Ku" memang diawali huruf kapital meskipun terletak di tengah kata. Tentu saja hal demikian diizinkan sebab  yang dipergunakan konteks estetika. Bukan konteks EYD.

Mengapa pakai embel-embel "Ku"? Bukankah pada umumnya cukup ditulis "museum"? Karena museum ini memang spesial. Milik pribadi. Bukan museum pada umumnya yang notabene milik instansi atau komunitas tertentu.

Lalu, milik pribadi siapa? Sudah pasti milik seseorang yang bernama Timbul Raharjo. Sebagaimana yang tertera di bagian depan museum.

Baca juga sebagai pelengkap, tulisanku di Kompasiana ini.

Mungkin kalian merasa tak asing dengan nama tersebut. Terlebih kalau berkuliah di ISI Yogyakarta. Yup! Bapak Timbul Raharjo adalah seorang seniman, pengusaha, dan akademisi.

Puncak karier beliau sebagai akademisi adalah menjadi Rektor ISI Yogyakarta periode 2023-2027. Namun, Tuhan berkehendak lain. Ternyata baru 5 bulan menjalani amanah sebagai rektor, beliau dipanggil pulang oleh-Nya. 

Seniman yang sekaligus profesor itu rupanya ditakdirkan segera menghadap-Nya. Mewariskan banyak kebaikan, inspirasi, dan rencana-rencana. Salah satu rencana yang belum dilaksanakannya adalah meresmikan pembukaan museum pribadinya.

MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo direncanakan dibuka secara resmi pada tanggal 8 November 2023. Tepat pada HUT ke-54 beliau. Akan tetapi, pada tanggal 5 September 2023 Allah Swt memanggil beliau pulang ke haribaan-Nya.

Apa saja isi MuseumKu Gerabah? Tentu sesuai dengan namanya, isinya mayoritas karya gerabah yang dibuat oleh Profesor Timbul Raharjo.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Foto-foto di atas memperlihatkan karya gerabah, yaitu karya yang berbahan dasar tanah liat. Namun, MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo juga menyimpan karya berbahan dasar lain. Misalnya yang tampak pada foto-foto berikut.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Koleksi museum tidak hanya diletakkan di dalam ruangan. Yang berukuran besar diletakkan di luar ruangan. Dijadikan penghias di seantero kawasan museum. Ada yang di halaman luar. Ada yang tersebar di sela-sela meja kursi kafe.

Dokpri Agustina

MuseumKu Gerabah tidak semata-mata museum. Selain menikmati keindahan koleksi gerabah dan koleksi lainnya, di situ kita bisa menikmati kudapan dan minuman. Konsepnya menyatukan museum dan kafe. Plus menyediakan sarana edukasi tentang karya gerabah sekalian workshop-nya.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Tidak perlu ragu untuk berlama-lama nongki estetik di MuseumKu Gerabah. Jam bukanya sejak pukul 08.00 WIB-20.00 WIB. Terlebih fasilitas kamar mandi dan musala juga tersedia. Makin tak ada alasan buat ragu. Begitu azan Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya berkumandang, kamu bisa langsung menunaikan salat fardu.

Perlu diketahui, MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo didedikasikan Profesor Timbul Raharjo untuk Kasongan yang merupakan kampung halamannya. Plus sebagai tanda cinta dan terima kasih.

Keren, keren. Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan budi. Insyaallah Profesor Timbul Raharjo mewariskan banyak karya yang menginspirasi dan mengedukasi.

Jadi, kapan kamu berkunjung ke MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo? Agendakanlah waktu untuk ke situ, ya.

Dokpri Agustina

Sebagai pemanasan sebelum betulan datang ke MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo, kamu bisa mengintip videonya terlebih dulu. Silakan klik saja tautan di bawah ini.



Minggu, 03 November 2024

Yogyakarta Darurat Miras

11 komentar

HALO, Sobat Pikiran Positif? Mungkin belakangan ini kalian mendengar atau membaca kabar-kabar tak sedap tentang Yogyakarta. Yeah? Tak lain dan tak bukan, itulah kabar-kabar tentang kekerasan jalanan dan penikaman terhadap santri. Yang muaranya adalah miras alias minuman keras.

Kasus penikaman terhadap santri itu jelas dipicu oleh minuman keras. Alhasil, kasus tersebut menjadi momentum bagi warga Yogyakarta untuk bergerak. Melakukan demonstrasi damai menolak peredaran miras. Yang beberapa hari kemudian disusul dengan demonstrasi serupa dari para santri. 

Perlu diketahui, sebetulnya sudah sekian waktu masyarakat Yogyakarta jengah dengan urusan miras. Bukan cuma belakangan ini. Namun, sudah sejak zaman baheula.

Selama aku berdomisili di Kota Yogyakarta rasanya tak habis-habis berita tentang minuman keras ini. Bahkan, beberapa kali aku melayat tetangga yang meninggal akibat menenggak miras jenis oplosan. Mengherankan sekali memang. Yang meninggal lebih belakangan kok ya tidak belajar dari pengalaman. Sudah ada koleganya yang tewas sebab oplosan, mengapa dia tetap juga menenggak oplosan? Nauzubillahi mindzalik.

Begitulah faktanya. Mereka tidak mau belajar dari pengalaman buruk itu. Apa boleh buat? Yogyakarta memang darurat miras. Sungguh tak salah kalau ada "slogan" Yogyakarta darurat minuman keras. Walaupun entah sampai kapan kedaruratannya itu.





Rabu, 23 Oktober 2024

Dolan ke Candi Sojiwan

19 komentar
Kusebut dia gagah dan pemberani. Setia menunggu siapa pun yang mau ditunggu. Tak gentar menjalani hari-hari yang jauh dari gaduh. Dialah Candi Sojiwan ...



HALO, Sobat Pikiran Positif? Aku hendak bercerita tentang perjalananku tempo hari. Sebuah cerita yang dimulai dengan naik KRL jurusan Solo dari Stasiun Yogyakarta (Stasiun Tugu). Tentu aku tidak sendiri. Ada dua kawan yang menemani.

Sesuai dengan judul di atas, kami naik KRL untuk dolan ke Candi Sojiwan. KRL-nya tujuan Solo, tetapi kami turun di Stasiun Brambanan (pakai "B", bukan "P"). Kurang lebih 20 menit perjalanan dari Stasiun Yogyakarta.



Apakah lokasi Candi Sojiwan dekat dengan Stasiun Brambanan? Iya, lumayan dekat. Bisa ditempuh dengan jalan kaki santai sekitar 13 menit dari stasiun tersebut. Akan tetapi, kalian bisa naik becak motor kalau tidak mau lelah.

Enak mana antara jalan kaki dan naik becak motor? Kalau bagi kami jelas enak jalan kaki. Apa alasannya? Pertama, hemat ongkos. Kedua, bisa sambil melihat-lihat suasana sekaligus jeprat-jepret sebelum sampai tujuan.

Begitulah. Di sepanjang jalan kami sibuk mengisi galeri HP. Ada rumah lawasan yang tampak menarik, jepret. Ada bunga flamboyan, jepret. Akan tetapi, saat nemu penjual jajan pasar kami singgahi. Kami larisi beberapa ribu rupiah.

Sesantai itulah kami berjalan. Tahu-tahu Candi Sojiwan sudah di depan mata. "Wow! Itu diaaa," kata kami bersamaan.

"Pintu masuknya mana, ya? Lewat sini atau ke sana?" Tanyaku sembari celingukan.

Salah satu kawan menyahut, "Sepertinya lewat sana masuknya. Tuh, lihat. Pagarnya 'kan sama dengan pagar yang ada di Candi Prambanan."

Kedua kawanku kembali melangkah. Sementara langkahku tertahan oleh bangunan di seberang jalan. Oh! Rupanya itu Kantor Kepala Desa. Gerbang pagarnya terbuka lebar, tetapi tidak ada sedikit pun tanda kehidupan.

"Aneh. Hari kerja jam kerja, tetapi di mana orang-orang?" Entah mengapa aku malah terserang overthinking. Tiba-tiba bergidik membayangkan yang bukan-bukan. Untunglah ada sepeda motor lewat. Mengagetkan sekaligus membawaku kembali ke alam nyata.

Tanpa babibu kususul segera kedua kawan yang telah di depan sana. Ternyata mereka menungguku untuk berswafoto di depan papan nama.



"Di mana orang-orang?" Tanyaku celingukan. Kami sedang memasuki halaman kompleks Candi Sojiwan.

"Maksudmu siapa? Pengunjung lain?"

"Iya," jawabku.

"Eh. Beli tiket dulu. Berapa itu? O, 8000." Kami pun menyiapkan uang tunai untuk membeli tiket masuk.

"Beli tiket, Pak." Salah satu kawanku mendekat ke loket tiket dan menyapa si penjaga loket. "Pak?"

"Pak! Beli tiket!" Barulah si penjaga loket terkejut saat kami sama-sama berbicara secara kompak dan keras. Dia tertidur entah keasyikan main HP.

Singkat cerita, kami kemudian leluasa sekali berfoto ria di seluruh area candi. Mengeksplorasi sisi kiri, lalu pindah ke sisi kanan. Serasa menyewa pokoknya. Bebas jeprat-jepret. Bebas pula membuat video. Sampai-sampai tak terasa kalau nyaris pukul 11.00 WIB. Saatnya pulang sebab mesti mengejar KRL ke Yogyakarta.




Huft! Candi Sojiwan. Bila bisa berbicara, dia pasti akan saling curhat dengan si penjaga loket tiket masuk. Atau, dengan si satpam. Sayangnya si candi tidak bisa bicara.

Selamat tinggal, Candi Sojiwan! Sampai jumpa di lain waktu. Semoga pula dalam suasana yang berbeda. Yang membuat kami mesti mengantre saat hendak berfoto ria. Bukan seperti tempo hari di mana kami bertiga serasa menyewa seluruh areamu.

Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.

Rabu, 09 Oktober 2024

Ultah yang Terselamatkan BRI

28 komentar
Enggak di X, enggak di Instagram. Tiap ada warganet yang memaki-maki BRI, aku hanya bisa termangu. Seburuk itukah BRI? Kalau tidak buruk, mengapa begitu ada satu nasabah BRI yang komplain, segera saja bermunculan respons warganet lain dengan cerita buruk masing-masing bersama BRI? Sementara satu-satunya rekening bank yang kupunya adalah Simpedes by BRI.



HALO, Sobat PIKIRAN POSITIF. Apa kabar Oktober kalian? Sudah dipenuhi oleh hujankah? Kalau Oktoberku sih, sudah dipenuhi cerita. Mulai dari cerita konyol hingga cerita hepi. Bahkan, ada pula cerita ultah yang melibatkan BRI. 

Sampai di sini kalian pasti langsung paham, mengapa judul tulisan ini "Ultah yang Terselamatkan BRI". Iya, benar. Salah satu ceritaku di Oktober, sejak tanggal 1 hingga saat kuunggah tulisan ini pada tanggal 9, memang berkaitan dengan ultah dan BRI.

Ultah siapakah? Ultah anak semata wayangku, dong.  Pada tanggal 3 Oktober lalu. Lalu, apa hubungannya dengan BRI? Baiklah. Mari langsung simak ceritaku berikut ini. Nanti kalian bakalan tahu hubungannya.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tiap ultah anakku minta dibelikan kue tart. Ukuran yang paling kecil pun tak jadi soal. Yang penting tersedia ketika hari H ultahnya. Lagi pula, buat apa besar-besar? Tujuan pembelian kue tart itu 'kan untuk dinikmati sendiri. Bukan untuk dibagi-bagi ke tetangga atau ke teman-temannya.  dalam pesta.

Jangankan dibagi-bagi dengan orang lain. Dibagi denganku saja tidak. Menurut anakku, tugasku hanya membelikan. Bukan untuk menemaninya menghabiskan kue tart. Ckckck! Pintar dia. Alhamdulillah. Enggak sia-sia 1.000 hari kehidupan pertamanya dulu aku jungkir balik mencukupi nutrisinya. Hehe ...

Baik. Mari balik ke kue tart. Anakku memang suka sekali kue tart sejak TK. Akan tetapi, aku tidak pernah membelikannya di luar momentum ulang tahun. Mungkin itulah penyebab kesukaannya terhadap kue tart abadi hingga kini. Entahlah kapan berhentinya.

Oleh karena itu, tanggal 3 Oktober selalu spesial. Menjadi momentum istimewa bagiku untuk keluar duit demi membeli kue tart. Namun, tahun ini ritual tersebut nyaris gagal sebab kecerobohanku. Tempo hari hingga H-1 ultah anak, aku belum order kue tart. Kelupaan. Untunglah jelang tidur mendadak ingat.

Seketika aku batal tarik selimut. Segera bangkit dari tempat tidur dan mencatat di selembar kertas, "Jangan lupa order kue tart sepagi mungkin". Tak lupa aku juga memasang alarm untuk pukul 08.00 WIB. Tujuannya sebagai pengingat jam buka toko kue tart.

Keesokan harinya, sembari menunggu toko kue tart buka, aku klak-klik aplikasi lapak makanan daring. Hendak order nasi kuning. Sebagai antisipasi kalau kue tart tidak bisa dipesan secara dadakan.

Hasilnya? Luar biasa. Kutemukan nasi kuning yang dikemas lucu sehingga cocok dipakai untuk perayaan ulang tahun. Oke gas saja. Langsung order tanpa babibu. Untung isi e-wallet-ku di aplikasi itu masih cukup untuk membayar nasi kuning.

Syukur sekali saat toko kue tart buka, pesan WA-ku cepat dibalas adminnya. Jawabannya pun bikin lega. Kue tart bisa siap hari itu juga, tetapi jadinya sekitar Magrib. Hiasannya pun tidak bisa yang detil.

Pucuk dicinta ulam tiba. Yang penting kue tart bisa diambil pas hari H ultah si bocah. Soal hiasan kue it's okay. Enggak perlu dihias-hias. Yang penting kue tart tersebut bisa diselimuti krim sesuai warna pilihanku. Selain tentu ada tulisan nama, slogan, dan tanggal ultah.


Admin toko kue tart bilang kalau orderanku akan segera diproses kalau aku sudah membayar. Jika cepat membayar, berarti cepat jadinya. Wah! Di titik inilah aku merasa amat bersyukur karena beberapa waktu sebelumnya sudah punya BRImo. Jadinya bisa membayar kue tart dengan cara transfer. Plus sekalian bisa mengisi e-wallet-ku yang menipis tadi.

Bayangkan kalau tak punya BRImo. Aku harus cepat-cepat ke toko kue tart, malamnya pun mesti balik ke situ lagi untuk mengambil orderan. Rempong sekali. Untungnya, untungnya. Syukurlah telah punya BRImo pada saat yang tepat. Ultah anakku pun terselamatkan.

Itulah pengalamanku dalam melakukan dan menikmati Transaksi & Digitalisasi BRI tempo hari. Semudah itu rupanya. Aku telah salah sangka. Belum mencoba, tetapi sudah buru-buru menyimpulkan kalau digitalisasi itu rumit bin sulit.

Ngomong-ngomong setelah berulang kali kuteliti dan kuingat-ingat secermat mungkin, aku berani menyatakan bahwa aku tidak punya pengalaman buruk dengan BRI. Iya, lho. Yakin banget begitu. Jangan-jangan karena isi rekeningku sedikit? Atau, karena jenis tabunganku Simpedes? Atau, sebab aku termasuk ke dalam golongan orang-orang sabar?

Orang-orang sabar yang kumaksudkan itu adalah para nasabah yang setia menanti antrean panjang sewaktu di kantor BRI. Kalau antrean untuk ke Teller dan Customer Service mengular, ya sudah. Tinggal ditunggu dengan ikhlas sampai tiba giliran dipanggil ke Teller atau Customer Service.

Nah! Karena ikhlas itulah, sepanjang menunggu antrean aku merasa baik-baik saja. Buat apa jengkel kalau faktanya aku tidak sedang buru-buru? Lagi pula, bukankah ada pilihan untuk melakukan transaksi daring (online)? Jika memang tak punya  banyak waktu untuk pergi ke kantor BRI, mengapa tidak pakai BRImo?



Khawatir dengan keamanan data kita? Tenanglah. BRI sudah memberikan jaminan keamanannya, kok. Takut salah sebab tak terbiasa melakukan transaksi daring? Tenanglah. Transaksi & Digitalisasi BRI tidak serumit yang kita bayangkan, kok. Buktinya aku yang agak gaptek bisa melakukannya dengan baik. Iya 'kan?


*Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI


 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template